Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Konten dari Pengguna
Tragedi Pulang Basamo
12 Juli 2018 14:07 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:07 WIB
Tulisan dari Cindra Prasasti tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Hampir 5 tahun ini saya kehilangan momen mudik, tepatnya sejak nenek meninggal di tahun 2013. Hari raya hanya saya nikmati bersama keluarga besar di Jakarta. Karena memang sebagaian besar keluarga dari ibu saya sudah tinggal di Jakarta sedangkan ayah saya asli orang Jakarta. Makanya ketika mertua mengajak saya dan suami untuk mudik ke kampung halamannya di Bukittinggi–Sumatera Barat saya sangat antusias sekali, terlebih untuk anak laki-laki saya yang mungkin ini akan menjadi pengalaman pertama kali merasakan mudik.
ADVERTISEMENT
Kami pun mempersiapkan segala sesuatunya jauh-jauh hari sebelum keberangkatan. Hanya saja masih belum diputuskan akan mudik lewat jalur udara atau darat. Banyak sekali pertimbangan-pertimbangan yang harus dipikirkan dari masalah biaya akomodasi, transportasi dan kenyamanan. Mertua saya menginginkan kami berangkat lewat jalur darat. Yang namanya “Pulang Basamo” begitulah mertua saya menyebutnya dengan logat padangnya, akan lebih terasa jika lewat darat. Rasanya lebih kekeluargaan. Sedangkan untuk kami dan anak-anaknya yang masih membawa anak kecil, tampaknya lewat jalur darat akan lebih ribet. Takut anak-anak bosan karena harus 3 hari di dalam mobil, belum lagi kalau mau buang air dan lain-lain. Namun pada akhirnya yang muda yang mengalah, kami mudik lewat jalur darat.
ADVERTISEMENT
Pucuk dicinta ulam pun tiba, rencana mudik kami seakan mendapat sponsor hahaha.. Sepupu dari suami yang bekerja di salah satu maskapai penerbangan mengabarkan bahwasanya ia mendapatkan jatah dari pihak maskapai untuk mudik gratis ke tujuan manapun, dan boleh membawa keluarganya. Wah, bahagia dong kami sekeluarga, setidaknya transportasi enggak perlu dipikirkan lagi jadi kami tinggal fokus mempersiapkan pakaian dan barang-barang yang akan kami bawa.
Namun bagaikan disambar petir di siang bolong, 2 hari sebelum tanggal keberangkatan, sepupu suami saya mengabarkan bahwa jatah mudik gratisnya dibatalkan karena satu dan lain hal. Berantakanlah semua rencana yang sudah kami susun dengan matang. Bahkan saudara di Bukittinggi sudah bersiap menyambut kami. Mertua saya tampak sedih karena 90% kami enggak jadi mudik. Mau sewa mobil pun pasti susah apalagi sudah dekat dengan hari raya. Tiket pesawat pasti juga susah didapat apalagi high season begini. Sebenarnya sih, yang paling kecewa adalah anak saya, karena dia sudah membayangkan bagaimana rasanya pulang kampung.
ADVERTISEMENT
Malam harinya, saya coba mencari tiket pesawat online walaupun kemungkinan dapatnya kecil tapi saya berdoa semoga masih dikasih kesempatan berbuat sesuatu untuk membahagiakan mertua. Toh, lewat online enggak makan waktu buat nyari #TiketKemanapun. Dan jujur saya masih berharap dapat tiket pesawat murah , hahahaha…
Setelah beberapa situs tiket online saya kunjungi sampailah saya bertemu dengan tiket.com. Di sanalah akhirnya saya bisa tersenyum sumringah. Saya mendapatkan tiket penerbangan Jakarta-Padang dengan keberangkatan malam hari, dan harga yang bisa dikatakan lebih murah ketimbang di tiket online lainnya.
Namun yang paling penting dari semua hal yang hampir membuat kami gagal mudik adalah kembali melihat senyum mertua saya karena akhirnya bisa bertemu orangtuanya saat hari raya. Maklum mertua saya anak rantau yang enggak setiap saat bisa bertatap muka langsung dengan orangtuanya. Tapi ada yang lebih penting lagi dari semua itu, akhirnya anak saya merasakan naik pesawat terbang, yeiy! I think he is a lucky boy in the world.
ADVERTISEMENT