Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.0
Konten dari Pengguna
Transformasi Gubugklakah Jadi Desa Wisata Terbaik di Indonesia
31 Agustus 2023 17:40 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Cindy Nahdia Yusupi Salsabil tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Teh hangat buatan rumah, sepiring kacang tanah rebus, serta ubi ungu kukus menemani percakapan kami di rumah dua lantai yang cukup besar dengan arsitektur tradisional milik Pak Anshori. Perpaduan yang sempurna di tengah dinginnya cuaca malam di desa yang terletak di kaki Gunung Bromo itu.
ADVERTISEMENT
Pak Anshori dengan kaos oblong, sarung hijau, dan lengkap dengan pecinya menyambut kedatangan kami dengan hangat. Beliau adalah Purnomo Anshori, pendiri sekaligus ketua lembaga Desa Wisata Gubugklakah (DWG) yang menjabat selama 11 tahun.
“Saya bercita-cita Gubugklakah ini suatu hari bisa menjadi desa wisata nomor 1 di Indonesia,” ucap Pak Anshori syarat dengan keyakinan dan keteguhannya. Keinginan tersebut tidak bisa disebut sebagai angan-angan belaka, mengingat prestasi mentereng yang telah dimiliki oleh Desa Wisata Gubugklakah sampai saat ini.
Salah satunya, Desa Wisata Gubugklakah pernah menyandang prestasi sebagai Desa Wisata Terbaik di Jawa Timur. Jika cita-cita besar Pak Anshori adalah Gubugklakah menjadi desa wisata nomor 1 di Indonesia bisa disebut masuk akal. Lalu, bagaimana dengan dulu ketika ia mulai mebangun desa kecil di lereng gunung Bromo menjadi sebuah desa wisata, apakah beliau juga punya alasan yang masuk akal?
Pak Anshori menyeruput teh hangatnya, memberi jeda, lalu bercerita dengan semangat bahwa desa ini dulunya hanyalah salah satu rute menuju kawasan wisata Gunung Bromo. Tidak ada turis yang melirik desa ini, hanya perkampungan biasa dengan penduduk yang mayoritas bertani. Bagi wisatawan khususnya yang ke daerah Bromo, tidak ada yang perlu diingat dari desa ini, apalagi sampai dikunjungi.
ADVERTISEMENT
Warga desa, termasuk Pak Anshori, sadar akan kondisi ini. Gubugklakah memiliki potensi sumber daya alam yang menjanjikan tetapi perekonomian di dalamnya tidak tumbuh. Oleh karena itu, beberapa warga tergerak untuk membangkitkan desa wisata dengan satu tujuan mulia memberdayakan dan mensejahterakan masyarakat.
Seiring berjalannya waktu, Desa Wisata Gubugklakah semakin dikenal dengan penginapannya yang bergaya jawa kuno, wisata petik apel, arum jeram, air terjun, dan sebagainya. Pendapatan Desa Wisata Gubugklakah pun tidak main-main. Di 2021, Pak Anshori mengatakan bahwa omset desa wisata menyentuh angka sekitar 6 Miliar Rupiah.
Lalu yang menjadi pertanyaan, apa rahasia pertumbuhan ekonomi dan pariwisata Desa Wisata Gubugklakah yang begitu masif? Jawaban Pak Anshori begitu simpel yaitu “Marketing terbaik adalah pelayanan.” Sebagai ketua lembaga pada masa itu, beliau selalu berpesan kepada tamu-tamunya bahwa “Kalau tidak puas silahkan komplain ke kami, kalau anda puas jangan ceritakan ke kami tapi ceritakan ke yang lain.”
ADVERTISEMENT
Pelayanan menjadi salah satu kunci kesuksesan Desa Wisata Gubugklakah. Dengan begitu, ekonomi warga desa pun semakin tumbuh, setidaknya sekarang mereka memiliki rumah yang layak huni. Meskipun demikian, satu prinsip yang ditekankan Pak Anshori kepada pengurus desa wisata, yaitu “Jangan meninggalkan pekerjaan utama.” Hal ini dimaksudkan agar penduduk desa tidak kehilangan sumber pemasukan primer mereka.
Malam semakin larut, teh dan cemilan yang disajikan Pak Anshori mulai dingin. Akan tetapi, hal ini tidak mengurangi kenikmatan menyeruput teh dan mendengarkan cerita Pak Anshori. Meskipun di desa Gubugklakah jaringan internet sudah ada, tetapi sinyalnya masih cukup langkah. Kami yang tinggal di lantai dua rumah Pak Anshori pun terkena imbasnya.
Namun, hal inilah yang memberi kita momen hangat bercengkrama dengan salah satu pendiri desa wisata terbaik di Jawa Timur, memberi kita jeda sejenak dengan segala hal digital. Kembali ke masa lalu, bercengkrama sambil menyeruput teh hangat di ruang tamu. Di tengah dinginnya lereng Gunung Bromo, desa Gubugklakah terasa begitu hangat dan nyaman.
ADVERTISEMENT