Konten dari Pengguna

Pro dan Kontra Vaksin Oxford-AstraZeneca

Cindy Prindiaznova
Mahasiswi S1 Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Pamulang.
20 Juni 2021 18:19 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Cindy Prindiaznova tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Vaksin COVID-19 menjadi salah satu hal yang sedang ramai diperbincangkan di masyarakat. Vaksinasi yang dianggap sebagai salah satu upaya pencegahan ini malah menuai pro dan kontra di tengah masyarakat.
Gambaran vaksin sangat dibutuhkan. (sumber: dokumen pribadi)
zoom-in-whitePerbesar
Gambaran vaksin sangat dibutuhkan. (sumber: dokumen pribadi)
Vaksin yang disuntikan pertama kali di Indonesia adalah vaksin Sinovac. Vaksin asal Tiongkok ini memanfaatkan virus SARS-CoV-2 yang telah dimatikan untuk memicu respons imun. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO, vaksin Sinovac ini memiliki nilai efikasi mencegah 51% kasus COVID-19 bergejala pada orang usia 18 tahun ke atas. Pada tanggal 13 Januari 2021, Presiden Jokowi menjadi orang pertama yang menerima vaksin tersebut. Sampai saat ini pemerintah gencar mengajak masyarakat untuk melakukan vaksinasi.
ADVERTISEMENT
Tahukah kamu bahwa saat ini di Indonesia sudah masuk vaksin baru dengan nama vaksin AstraZeneca?
Vaksin AstraZeneca merupakan vaksin yang diproduksi di Inggris oleh holding company AstraZeneca yang bekerja sama dengan University of Oxford. Vaksin AstraZeneca merupakan vaksin vektor adenovirus simpanse. Adenovirus yang dipakai merupakan virus hidup tidak berbahaya yang dimodifikasi sebagai "pengirim" protein khusus. Protein tersebut akan menginstruksikan sel tubuh untuk memproduksi sebagian kecil dari virus Corona yang kemudian memicu respons imun. WHO menyebut vaksin AstraZeneca efektif 63,09% mencegah kasus COVID-19 bergejala. Selain itu, AstraZeneca juga menambahkan bahwa vaksin buatannya ini 100% efektif mencegah penyakit parah karena COVID-19 dan rawat inap.
Ilustrasi vaksin corona. Foto: Dado Ruvic/REUTERS
Lalu apa yang menjadi pro dan kontra vaksin AstraZeneca?
ADVERTISEMENT
Vaksin AstraZeneca mulai diterima di Indonesia pada Maret 2021. Vaksin AstraZeneca sempat menuai pro dan kontra di masyarakat, karena dalam proses pembuatannya mengandung tripsin yang berasal dari enzim babi. Berdasarkan penjelasan MUI vaksin AstraZeneca dinyatakan haram, namun boleh digunakan. MUI memperbolehkan penggunaannya, salah satu alasannya karena Indonesia sedang mengalami darurat kesehatan sehingga sangat membutuhkan vaksin COVID-19 tersebut. Ditambah lagi dengan ketersediaan vaksin halal di Indonesia dan global yang tidak mencukupi. Dari beberapa media yang saya baca juga disebutkan, vaksin Sinovac akan segera mencapai kedaluwarsa. Meskipun MUI menyatakan vaksin AstraZeneca haram, namun ternyata vaksin ini telah lebih dulu disetujui penggunaannya di lebih dari 70 negara di dunia, termasuk negara-negara Islam.
Vaksin AstraZeneca juga menuai pro dan kontra karena risiko efek samping dari vaksin tersebut. WHO mendapati laporan pembekuan darah yang terjadi pada sejumlah orang yang telah divaksinasi AstraZeneca. Belum diketahui penyebab langsung pembekuan darah tersebut. Namun, WHO tetap dengan tegas menyatakan bahwa vaksin AstraZeneca ini lebih besar manfaatnya daripada efek samping yang ditimbulkan.
ADVERTISEMENT
Penggunaan vaksin AstraZeneca ini haruslah disertai kehati-hatian. Saya rasa efek samping seperti pembekuan darah tersebut bisa timbul bagi orang-orang dengan keluhan tertentu misalnya orang yang memiliki trombosit rendah. Namun, vaksin AstraZeneca ini sudah pasti aman karena sudah melewati standar yang telah ditetapkan oleh WHO.
Efek samping ringan yang mungkin ditimbulkan setelah vaksinasi pasti akan terjadi pada beberapa orang. Efek samping tersebut seperti demam, nyeri otot, kelelahan, kemerahan dan gatal, sakit kepala, pembengkakan hingga mual. Namun, efek samping tersebut merupakan efek samping yang tidak berbahaya dan dapat pulih.
Dari pengalaman teman-teman saya yang telah mengikuti vaksinasi, beberapa menceritakan bahwa dirinya mengalami efek samping ringan tersebut, namun dalam waktu 1-2 hari efeknya sudah hilang. Ada juga beberapa teman yang mengaku tidak merasakan efek samping yang berlebih, hanya merasa nyeri otot. Hal ini menurut saya merupakan hal yang yang wajar sebagai bentuk reaksi tubuh karena adanya benda asing yang dimasukkan. Tetapi reaksi yang terjadi memang berbeda-beda pada setiap orang, bisa jadi tergantung pada imunitas tubuh kita.
ADVERTISEMENT
Pro dan kontra ini sering saya dengar di sekitar lingkungan saya. Kebanyakan masyarakat takut untuk mengikuti vaksinasi karena menganggap efek samping yang ditimbulkan bisa sangat parah bahkan sampai menyebabkan kematian. Penyebab ketakutan masyarakat tidak terlepas dari informasi yang mereka terima cenderung menakutkan mereka. Ada beberapa media yang cenderung melebih-lebihkan berita COVID-19 apalagi jika pasien tersebut telah divaksinasi. Seolah-olah vaksin tersebut malah membahayakan pasiennya. Pikiran-pikiran seperti ini seharusnya kita buang jauh, karena vaksinasi merupakan bagian dari usaha kita mencegah. Apabila dikemudian hari kita terkena virus COVID-19 dan terjadi hal yang tidak diinginkan, menurut saya penyebab langsungnya bukanlah karena vaksin ini, tetapi bisa jadi karena pola hidup atau ada penyakit lain yang mendukung.
ADVERTISEMENT
Sebagai upaya mencegah penularan virus COVID-19 dan untuk menekan angka kematian akibat virus COVID-19, kita sebagai masyarakat seharusnya tidak perlu ragu lagi untuk melakukan vaksinasi. Dengan banyak membaca fakta mengenai vaksinasi yang akan dilakukan, bisa menambah keyakinan kita untuk mengikuti vaksinasi. Saya juga termasuk orang yang awalnya meragukan vaksinasi ini, karena kurang pemahaman akan vaksin yang ada. Namun setelah membaca berita mengenai vaksin AstraZeneca yang mana telah diuji oleh penguji dari Oxford dan sudah sesuai dengan standar WHO, meyakinkan saya untuk segera mengikuti vaksinasi COVID-19.