Konten dari Pengguna

Aku dan 2 Lelaki Beristri

Cinta dan Rahasia
Mulailah membaca dengan Bismillah, akhiri dengan Istighfar. Kisah didramatisir dari kisah nyata.
27 April 2020 19:53 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Cinta dan Rahasia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Dok. WikiHow
zoom-in-whitePerbesar
Dok. WikiHow
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Aku adalah wanita berusia 22 tahun, sebut saja aku Jelita. Aku berasal dari keluarga yang serba kekurangan, aku bosan hidup seperti itu. Semasa sekolah berulang kali aku gunakan uang SPP untuk mentraktir teman-temanku, ada kepuasan tersendiri ketika melakukannya.
Dulu tak kupedulikan bagaimana nasib keluargaku yang kesusahan membayar uang SPP dua kali. Selama aku senang, aku melakukannya. Sekarang usiaku sudah bisa dibilang dewasa, sudah tidak bisa lagi aku memakai uang SPP atau semester, mereka bilang aku harus bekerja untuk mendapatkan uang. Jujur saja, aku malas untuk diatur oleh orang lain, aku suka bernyanyi dan kebetulan ada seorang teman yang menjadi penyanyi dangdut di sebuah restoran.
Ia mengajakku untuk bekerja dengannya, setelah dikeluarkan dari dua perusahaan, aku memutuskan ikut dengannya. Setiap hari aku pergi sekitar jam 15.00 dan pulang hampir tengah malam, keluargaku yang menyadari pekerjaanku sebagai penyanyi dangdut pun mengharamkan uang yang hendak kuberi.
ADVERTISEMENT
Aku pikir itu bagus, aku bisa menggunakannya sendiri untuk kesenanganku. Suatu malam, aku sedang bernyanyi dan melihat seseorang duduk di salah satu meja bersama teman-temannya, ia menatapku dengan tatapan menggoda. Sekilas aku abaikan, namun pandangannya tak lepas dariku. Saat penampilanku selesai, ada salah seorang penyanyi yang mengenalkanku pada seseorang dan itu dia.
Dia yang sedari tadi tidak menatap yang lain selain diriku. Namanya adalah Abdul, seorang kontraktor terkenal di kawasan Jakarta. Kami berkenalan, ia mentraktirku makan dan minum. Kami banyak bercerita, tepatnya aku yang menceritakan kisah hidupku.
Tahu bahwa dia adalah seorang kontraktor, aku mulai mengarang ceritaku sendiri. Aku bilang kalau aku bekerja di dua tempat karena aku harus menghidupi ibu dan keempat saudaraku. Ia menganggapku sebagai superhero. Tiba waktuku untuk kembali tampil dan ia tetap menatapku dengan tatapan seorang yang sedang mengagumi.
ADVERTISEMENT
Tiba saatku pulang, ia menawarkan diri untuk mengantar sampai ke rumah. Aku menyetujui, “Kapan lagi aku pulang diantar lelaki kaya menggunakan mobil bagus?” pikirku. Aku mengikutinya hingga ke parkiran, benar saja dugaanku ia membawa mobil crossroad merek terkenal. Ia membukakanku pintu, layaknya tuan putri.
Aku masuk ke dalam dan kami kembali bertukar cerita. Ternyata, semakin dia cerita semakin kagum aku akan kekayaannya. Mungkin dia tidak bercerita banyak tentang apa yang dia punya, tetapi instingku mengatakan bahwa ia punya segalanya.
Sebelum sampai di rumahku, ia berhenti di salah satu toko donat terkenal “bawakan sesuatu untuk keluarga kamu ya” ucapnya. Aku mengangguk dan mengikutinya ke dalam toko tersebut. Memilih beberapa yang kelihatannya sangat lezat dan pegawainya pun mengambilkannya untukku.
ADVERTISEMENT
Sesampainya di rumahku, ia ikut turun dan kukenalkan pada keluargaku. Semakin percayalah dia dengan kondisi rumah dan ekonomi kami yang memang kurang mencukupi. Sambil bersalaman dengan ibuku, ia memberikan donat yang tadi sudah kupilih.
Sebelum pulang, ia meminta nomor ponselku. Dari sanalah kami sering berkomunikasi hingga akhirnya menjalin asmara. Hampir setiap hari aku bertemu dengannya di restoran, mengantarku pulang, dan membelikan keluargaku makanan. Sedangkan aku? Aku sering kali diajaknya belanja dan bahkan diberi uang saku.
Setelah beberapa bulan berpacaran, aku mengetahui bahwa ia memiliki seorang istri dan satu pasang anak. Aku tidak masalah dengan statusnya sebagai suami orang, aku tetap menjalankan hubunganku dengan baik sampai akhirnya ia mengajakku untuk menikah. Ia memberanikan diri bertemu keluargaku dan mengatakannya. Di depannya, ayahku biasa saja tetapi setelah ia pulang, ayahku marah besar. Ia tidak setuju dengan pernikahanku, tetapi aku tetap ingin menikah dengannya.
ADVERTISEMENT
Ibuku membujuk ayah untuk merestui hubungan kami dengan alasan agar kami tidak berzina. Ayahku tetap tidak mengizinkan, aku nekat tetap ingin menikah dengannya. Aku terima lamarannya tanpa persetujuan ayahku, akibatnya ayahku tidak mau menjadi wali dari pernikahanku.
Semua keluargaku bingung, entah harus mencari wali di mana sedangkan abangku tidak mau melangkahi ayahku. Akhirnya, jalan tengah pun diambil kami menikah jauh dari rumah agar aku bisa menggunakan wali hakim. Sebelum berangkat ke lokasi pernikahan, ayahku tiba-tiba datang dan ikut kami ke sana. Rupanya ia berubah pikiran untuk tidak menjadi waliku, aku merasa menang lagi kali ini.
Sebelum pernikahan berlangsung, aku diberi syarat kalau setelah ini aku harus keluar dari pekerjaanku. Aku menuruti maunya, “Toh aku tetap bisa megang uang walau tidak kerja” pikirku. Pernikahan selesai, kami memutuskan untuk tetap tinggal bersama keluargaku, baru sampai di rumah ia sudah meninggalkanku karena harus kembali pada istrinya.
ADVERTISEMENT
Aku marah tidak karuan, “Bagaimana bisa baru menikah langsung pergi begitu saja?” batinku. Semua keluargaku mengingatkan kalau ini adalah risiko menjadi bini muda, saat ia kembali ke rumah aku meminta banyak hal dan ia menuruti kemauanku. Setiap hari ia memberiku uang untuk diberikan ke ibuku, “uang belanja” katanya. Tapi aku putuskan untuk tidak memberikannya ke ibuku, “Untuk apa? Tanpa uang ini semua orang di rumah masih bisa makan kok” pikirku.
Kupakai semua uang belanja itu, sampai suatu ketika aku dipanggil ke ruang makan “coba kamu duduk sini” katanya datar, setelah aku duduk “kenapa kamu tidak kasih uang belanja sama ibu? Selama ini aku kasih uang itu ke kamu, aku kira aku makan di sini karena aku memberi uang belanja. Kalau kamu tidak kasih aku malu dong makan di sini, itu artinya aku numpang” bentaknya. Aku diam tak bergeming, “mulai sekarang aku yang akan kasih uang belanja langsung ke tangan ibu” jawabnya sambil pergi tanpa menoleh ke arahku “sial uang tambahanku sudah melayang” gerutuku.
ADVERTISEMENT
Semua berjalan baik sampai akhirnya adikku membawa seorang laki-laki, cukup tampan, tinggi, dan kaya. Dia memiliki mobil yang sama dengan suamiku tetapi versi terbarunya, kudekati dia karena kupikir suamiku tidak akan tahu karena dia sibuk dengan istri pertamanya. Beberapa kali lelaki itu mengajak adikku, tetapi aku yang menemuinya.
Sampai akhirnya, aku tidak tahu kalau suamiku akan datang tiba-tiba. Di rumah ada lelaki itu karena kami habis pergi ke salah satu mal, suamiku datang dan curiga karena melihat mobil serupa terparkir di halaman rumahku. Buru-buru ia memasuki rumah dan menemuiku sedang bersama lelaki itu di teras, ia masuk dan mengusir lelaki itu.
Adikku yang melihat hal itu diam saja dan malah masuk ke dalam rumah “sial” gerutuku. Lelaki itu pergi dengan mobilnya, aku menghadapi suamiku dengan emosi sedang berada di puncak, ia mengambil panic dan membantingnya ke lantai. Semua orang di rumah hening seketika, ia marah-marah dan meracau kepadaku. Aku berusaha membalas argumen itu “kamu aja bisa kok sibuk dengan istri kamu” jawabku, ternyata jawabanku semakin memancing emosinya “kamu yang setuju untuk menjadi istri mudaku! Ini risikonya!” bentaknya.
ADVERTISEMENT
Aku diam seribu bahasa, aku menangis meminta maaf. Setahun berlalu, kini usia kandunganku sudah memasuki sembilan bulan, tiba-tiba ada seorang wanita datang ke rumah mencariku “apa lagi ini” pikirku. Ternyata dia adalah istri pertama dari suamiku, ia sudah tahu tentang keberadaanku dan tidak marah sama sekali. Ia bilang kalau kemungkinan aku diguna-guna sama suaminya sehingga aku mau menikah. Karena itu, ia tidak marah padaku.
Wanita itu mengizinkan aku merebut suaminya dengan dalih kalau aku diguna-guna hanya karena fotoku ada di bawah bantal suaminya. Ia tidak tega karena aku sedang hamil besar, aku pura-pura histeris dan tidak menyangka kalau semua itu terjadi. Semua keluargaku bersimpati kepadaku, beberapa hari kemudian aku melahirkan seorang bayi perempuan.
ADVERTISEMENT
Hari itu dia datang terlambat, tidak menemaniku saat berada di ruang persalinan tetapi untungnya saja dia yang meng-azan-kan anakku. Dua bulan berlalu, aku menyampaikan ingin berpisah darinya, kugunakan pernyataan istrinya kalau dia melakukan hal tidak wajar padaku.
Keluargaku melarang, “semua yang sudah terjadi biarkan saja, bertahanlah demi anakmu kasian dia tidak tahu apa-apa” kata ibuku. Aku mengabaikan nasihatnya “aku cantik kok, aku pasti bisa dapat yang jauh lebih kaya dari dia” batinku. Setelah berdebat berminggu-minggu akhirnya ia menyerah, ia menceraikanku. Ia berjanji akan tetap bertanggung jawab kepada anakku dengan mengirimkan sejumlah uang untuk susunya.
Beberapa bulan kemudian, uang kiriman dari mantan suamiku tidak cukup untukku. Aku memutuskan untuk kembali bernyanyi di restoran berbeda, jauh lebih bagus dari sebelumnya. Restoran ini lebih besar dan pengunjungnya lebih banyak, rata-rata mereka yang datang adalah orang kantoran karena letaknya memang dekat denga gedung perkantoran.
ADVERTISEMENT
Bekerja di sini, lagi-lagi aku diajak oleh seorang teman, lebih lama dari restoran sebelumnya mungkin karena baru jadi live music di sini hampir mengikuti jam buka-tutup mereka. Beberapa hari kerja di sini aku sudah mengenal banyak orang kantoran, salah satunya Subrata.
Pertama kali bertemu dengannya saat istirahat selepas tampil, tiba-tiba ia membawakanku minuman dingin dan mengajak berbincang. Dari semua yang memperkenalkan diri, rasanya aku lebih menyukai Subrata, dia adalah seorang PNS jajaran atas, bisa dibilang eselon. Wajahnya cukup menarik, kulitnya putih, meski agak gemuk.
Saat itu, setelah beberapa minggu kenal kami memutuskan untuk menjalin kasih. Karena tempat kerjaku lebih jauh dari sebelumnya, aku memberanikan diri meminta untuk disewakan tempat tinggal yang lebih dekat. Tak kusangka responsnya cukup bagus malah ia yang mencarikan tempat tinggal bagus untukku.
ADVERTISEMENT
Aku kira akan disewakan kosan atau semacamnya, ia menyewakanku unit apartemen di dekat tempatku bekerja. Di sana aku tidak tinggal sendiri, kami memutuskan untuk tinggal bersama. Lagi-lagi sebelum dia mengajakku berkencan dia memberitahuku soal dirinya yang sudah bekeluarga dan memiliki dua anak laki-laki tapi bagiku itu bukan masalah.
Beberapa bulan kami tinggal bersama, Subrata ingin sekali bertemu dengan anakku tapi aku tidak mengizinkan karena malu. Entah kenapa aku malu mengakui bahwa aku sudah memiliki anak yang sekarang tinggal bersama ibuku. Suatu ketika kami bertengkar hebat, aku tidak mau berbicara dengannya tetapi ia meninggalkanku di apartemen sendirian.
Aku tidak menyangka kepergiannya meninggalkanku ternyata hanya untuk mencari rumah ibuku. Subrata datang sendiri hanya untuk menemui anakku yang saat itu sedang rewel karena tidak enak badan. Dengan sigap ia menggendong anakku dan menidurkannya.
ADVERTISEMENT
Melihat itu, ibuku langsung mendesak aku dan Subrata untuk segera menikah karena keluarga sudah tahu kalau kami tinggal bersama, ditambah kedekatan yang begitu cepat antara Subrata dan anakku. Aku tidak punya pilihan, kali ini aku memutuskan untuk menikahi Subrata “dia juga kaya dan jauh lebih baik dari Abdul, tidak ada salahnya kan?” batinku.
Pernikahanku dengan Subrata kali ini tidak semewah dengan Abdul, kami hanya mengundang beberapa kerabat untuk makan di sebuah restoran. Setelah menikah, Subrata memutuskan untuk membeli rumah dan membawa serta anakku “aku sudah jatuh hati dengan anakmu, aku anggap dia anak kita, aku mau dia tidak tinggal di sini agar ayahnya tidak menemuinya”.
Satu tahun usia pernikahan kami tiba-tiba ada bunyi aneh di depan rumah kami, aku berusaha mencari tapi tidak menemukan apa pun. Esoknya, Subrata datang ke rumah “istriku sudah tahu soal keberadaanmu” ucapnya. Kedua kalinya aku tertangkap basah menjadi istri muda, meski sebenarnya usiaku lebih tua beberapa tahun dari istri pertamanya.
ADVERTISEMENT
Akhirnya, Subrata mengatur pertemuan antara aku dan istri pertamanya lengkap dengan orang tua kami. Di pertemuan itu, istri pertama Subrata mengikhlaskan untuk membagi suaminya denganku “kali ini aku restui ya, tapi kalau ada yang lain lagi aku akan minta pisah” ucap istri pertamanya kepada Subrata.
Empat tahun usia pernikahan kami diberi kado kehamilan keduaku. Katanya anak laki-laki, aku girang bukan main karena jujur saja selama ini aku cemburu dengan istri pertamanya hanya ia memiliki anak laki-laki. Sekarang aku memiliki keduanya, laki-laki dan perempuan, Subrata sangat sayang dengan anak perempuanku.
Sejenak aku merasa unggul dari istri pertamanya karena memiliki anak perempuan yang begitu dicintai Subrata. Sedangkan istri pertamanya hanya punya anak laki-laki saja, Sembilan bulan mengandung akhirnya anakku lahir juga. Ia terlihat sangat mirip dengan Subrata, meski cemburu dengan istri pertamanya tapi hubungan kami cukup akrab bahkan sering menginap bersama.
ADVERTISEMENT
Beberapa tahun kemudian, istri pertamanya mengandung anak perempuan. Rasanya darahku mendidih! Aku tidak mau perhatian Subrata terbagi hanya karena dia memiliki anak perempuan, aku mencari cara bagaimana bisa menarik semua perhatian Subrata.
“Aku ingin hamil anak perempuan lagi!” ucapku pada Subrata, ia menatapku heran karena menurutnya aku sudah memilikinya. Cara itu aku anggap gagal, “aku mau pernikahan kita resmi terdaftar negara” ucapku di suatu malam. Subrata terkejut, “bagaimana bisa? PNS hanya diperbolehkan memiliki satu istri” jawabnya “aku tidak mau tau, aku mau pernikahan kita sah!” balasku.
Setengah mati aku harap-harap cemas kalau cara ini berhasil, jika tidak maka akulah yang akan diceraikan oleh Subrata. Subrata meminta bantuan ibuku untuk pergi ke KUA dan menanyakan peraturannya, ternyata nasib baik berpihak padaku. Keinginanku bisa terkabul asal istri pertamanya melakukan sidang kesediaannya dimadu.
ADVERTISEMENT
Subrata bingung karena tidak tega dengan kondisi istri pertamanya yang sedang hamil besar jika harus bolak-balik pengadilan. Subrata meminta saran dari ibuku “jangan Subrata, kasian bisa-bisa dia stress” jawab ibuku “biarin saja Jelita seperti itu dia hanya ketakutan perhatianmu akan hilang, jangan dituruti nanti juga dia balik seperti biasa lagi” tambah ibuku.
Sepertinya keluargaku tidak ada yang berpihak padaku, aku menganggap semua keluargaku sudah kubiayai meski uang yang diberikan untuk mereka terkadang aku potong setengahnya. Subrata dan keluargaku membujuk agar aku tidak memaksa istri pertamanya. Padahal istri pertamanya itu sudah bersedia menjalankan persidangan, tapi apalah daya daripada aku yang dicerai dan hilang semua uangku, kuputuskan untuk tidak memaksanya.
Bayi perempuan itu akhirnya lahir, aku jadi membenci anakku sendiri karena sudah tidak ada gunanya dia ada. Aku sudah tidak lebih unggul dari istri pertamanya, akhirnya aku menyiksa anakku sendiri karena tidak tahan melihatnya lebih disayang Subrata daripada aku. Aku melampiaskan kemarahanku pada Abdul dan Subrata ke anakku dan berbelanja sesuka hati.
ADVERTISEMENT
Hampir setiap hari aku pergi ke mal dan membeli banyak barang yang aku mau. Aku belikan anakku barang-barang yang membuatnya terlihat tua agar tidak ada lagi yang sayang padanya, tapi ternyata usahaku gagal. Subrata tetap menyayangi anak itu jauh lebih banyak daripada sayang kepadaku.
Aku jadi tidak bisa mengontrol emosiku dan terus menerus bertengkar dengan Subrata hingga akhirnya aku menemukan struk belanjaan barang perempuan di dalam sakunya. Aku marah besar dan meminta untuk bercerai! Subrata tidak ingin menceraikanku, tetapi cemburu membuatku gelap mata. Aku mendesaknya untuk menceraikanku hingga permintaanku dikabulkan. Aku bercerai dengan Subrata dan tak lama ia meninggal dunia.
Kini hidupku jauh lebih susah dibandingkan sebelumnya, anak yang kuperlakukan tidak baik sudah dewasa dan bekerja tetapi ia tidak mau memenuhi hasratku. Bahkan anakku sampai sekarang tidak tahu siapa ayahnya yang sebenarnya.
ADVERTISEMENT