Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Aku Meninggalkan 17.000 Calon Pengantin Wanitaku
18 Maret 2021 12:05 WIB
Tulisan dari Cinta dan Rahasia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Disclaimer: Cerita ini hanyalah fiksi
Menikahi wanita yang memiliki penghasilannya sendiri, siapa yang tidak bangga? Aku sangat bangga dengan Katie, ia selalu berusaha membuat uangnya sendiri meski sering kali berakhir gagal. Di tahun ketiga kami berkencan, Katie memilih untuk membuat kanal YouTube-nya sendiri yang berisikan cerita kehidupan, tutorial makeup, dan lain sebagainya. Ia sangat senang melihat angka subscriber-nya bertambah tiap kali ia membuka kanal itu.
ADVERTISEMENT
Katie selalu menceritakannya padaku dengan antusias meskipun aku kembali dengan wajah yang sangat lelah. Setelah membicarakan soal kanal itu biasanya Katie akan membahas tentang pernikahan kami yang sudah dijadwalkan satu tahun sebelumnya. "Bagaimana kalau kita giveaway undangan pernikahan kita?" Tanyanya, "kamu mau orang asing datang ke pernikahan kita?" Ucapku kembali bertanya. "Apa salahnya? Aku bisa membuat video saat itu terjadi pasti akan sangat menyenangkan!" Jawabnya, "baiklah terserah kamu saja" sahutku.
Aku harus mulai terbiasa dengan katie yang membawa kamera ke mana pun kami pergi. Terbiasa juga dengan tatapan asing dari orang-orang yang kami temui bahkan di pinggir jalan sekalipun! Tidak berkomentar menjadi cara untukku mengharagai semua yang ia lakukan meskipu itu artinya harus mengganggu sedikit privasiku. "Aku akan berteman dengan semua subscriber-ku" ucapnya, aku yang tak mengerti maksud ucapannya hanya bisa terdiam sambil sesekali meminum minuman kalengku.
ADVERTISEMENT
Hampir satu tahun Katie membuat kanal itu dan tak pernah satu hari terlewatkan dari cerita tentang para subscriber miliknya. Ia selalu menceritakannya padaku dengan antusias bahkan ketika aku ingin tidur. Di saat Katie sibuk dengan kanalnya dan menjadi terkenal, aku pun sibuk mengurus semua pekerjaanku dan persiapan pernikahan kami "kamu harus membantuku mengurus semuanya" ucapku kesal ketika dia terus menceritakan hal yang tidak penting buatku. Meski sudah mengungkapkan kekesalanku, Katie terlihat tidak antusias menyiapkan semua perlengkapan pernikahan.
Jelas sekali terlihat kalau Katie lebih antusias dengan kanal dan ketenarannya di internet dibandingkan pernikahan kami. Hingga suatu malam ketika aku baru saja tiba di depan rumah, aku mendengar teriakan Katie dari kamar kami. Tanpa berpikir panjang aku langsung membuka pintu, yang kebetulan tidak dikunci, dan berlari melompati banyak anak tangga. "Ada apa?" Tanyaku saat melihat Katie yang menutup mulutnya sambil memandangi laptop. "Lihaaatt Kane subscriber-ku sudah sepuluh ribu!" Teriaknya. Seketika aku merasa mnyesal sudah melompati banyak anak tangga hanya untuk perubahan angka di internet.
ADVERTISEMENT
"Aku akan merayakannya dengan pergi berlibur! Ayo kita pergi Kane!" Ajaknya, ternyata tidak sia-sia aku bertahan dari semua gangguan itu jika akhirnya ia mengajakku berlibur. "Baiklah sudah lama kita tidak pergi bersama" jawabku, "menurutmu mana yang lebih bagus Hawaii atau Bali?" Tanyanya, "Bali saja! Kita sudah pernah ke Hawaii waktu pertama kali berkencan" jawabku. "Oke aku akan mencari tiket ke Bali" sahut Katie yang mulai kembali berkutat dengan laptopnya, sementara aku harus pergi ke kamar mandi membersihkan diri.
Hari yang ditunggu pun akhirnya tiba, tentu saja setelah melewati beragam perdebatan tentang jadwal keberangkatan kami. Aku kira kami akan benar-benar menikmati liburan seperti sebelumnya, tetapi ternyata Katie tetap membawa kameranya dan merekam apa pun di sana. Kamera itu seakan separuh dari nyawanya sekarang dan lagi-lagi aku hanya bisa menikmati sedikit waktu untuk bersantai bersama tunanganku. Catat, hanya di malam hari.
ADVERTISEMENT
Usai liburan subscriber Katie meningkat cukup pesat dan entah dapat ide dari mana, ia memberitahu alamat kami lalu mengundang mereka semua untuk datang. Sejak hari itu hidupku mulai tidak tenang, setiap hari rumah kami selalu ramai dan orang baru terus berdatangan. Aku tidak lagi bisa beristirahat dengan tenang jika Katie terus mengundang mereka semua untuk datang. "Kamu tidak bisa seperti ini, aku tidak lagi punya privasi sekarang" ucapku kesal, "jangan terlalu kasar Kane, aku sudah memutuskan untuk tidak punya rahasia dengan mereka" jawabnya.
Mungkin pesta itu memang menggunakan uang dari Katie, tetapi rumah dan privasiku juga ikut ia gadaikan demi ketenarannya di internet. Tidak ada hari yang terlewatkan oleh Katie untuk berpesta dan mendatangkan banyak orang ke rumah kami bahkan aku harus menunggu mereka semua pergi baru bisa tertidur pulas. Dua bulan Katie terus antusias dengan orang-orang baru itu dan mulai melupakan kehadiranku hingga aku harus masuk rumah sakit karena tidak mendapat cukup istirahat.
ADVERTISEMENT
Di rumah sakit aku baru merasakan kedamaian. Suasana yang sangat kurindukan dua bulan belakangan. Berbaring, mendengarkan musik, tertidur pulas tanpa gangguan merupakan hal paling membahagiakan untukku saat itu. Ada satu perawat wanita yang memerhatikanku dengan teliti "apa kamu calon suami Katie?" Tanyanya, aku melirik perawat itu dengan tatapan takut "oh tidak!" Jeritku dalam hati. "Hahaha wajahmu kenapa?" Tanyanya, "tolonglah aku baru bisa mendapat kedamaian di sini" jawabku, perawat itu tampak melihat ke sekelilingnya.
"Di sini? Di rumah sakit?" Tanyanya dan aku hanya menganggukkan kepala sebagai jawaban, "bukannya di sini jauh lebih berisik dengan bunyi alat pernapasan, roda ranjang yang berjalan, langkah kaki yang cepat, dan bahkan teriakan banyak orang kesakitan" jawabnya. "Tapi itu lebih baik dibandingkan suara musik kencang, tawa para wanita yang menggelegar, dan teriakan di sana-sini" sahutku yang mulai sebal jika mengingat keadaan di rumah. Perawat itu hanya tersenyum dan mulai mengecek alat yang dipasangkan pada tubuhku.
ADVERTISEMENT
Satu minggu berada di rumah sakit membuat suasana hatiku jauh lebih baik dan aku hanya perlu melihat video Katie untuk memastikan kalau dia baik-baik saja. Namun beberapa kali Katie tampak terlihat mesra dengan seorang wanita berperawakan Latin di video itu, para wanita hanya meneriakinya dengan sangat gembira. "Ia terlalu sibuk dengan dunia gemerlapnya hingga lupa keberadaanku" batinku, selama berada di rumah sakit tak sekali pun Katie datang untuk memastikan keadaanku. Ia terlalu sibuk berpesta dengan para pendatang baru.
Sementara Katie sibuk dengan dunianya, aku pun mulai dekat dengan si perawat yang kalau kulihat lagi memiliki paras menawan. Kami banyak bertukar cerita kalau dia tidak sedang memiliki tugas jaga dan sesekali menertawakan kebodohan kami di masa lalu. Ketika dokter sudah memperbolehkanku untuk keluar dari rumah sakit, aku dan June, perawat wanita itu, bertukar nomor agar tetap bisa saling bertukar kabar. Sepulang dari rumah sakit, aku langsung pergi ke rumah dan membicarakan masalah serius ini dengan Katie.
ADVERTISEMENT
Dugaanku benar, rumah itu masih disesaki dengan banyak orang dan aku tak menemukan Katie di mana pun. Wajah-wajah yang kulihat sangat asing, "tentu saja mereka adalah orang yang berbeda Kane" makiku dalam hati. Aku pun akhirnya memutuskan untuk mencari Katie ke kamar "mungkin dia sedang beristirahat" pikirku, tetapi setelah pintu itu terbuka aku justru menemukan Katie yang tidak mengenakan sehelai benang pun. "Apa yang kalian lakukan di sini?" Tanyaku menyela aktivitas mereka, "Kane ini bukan seperti yang kamu pikirkan! Aku mabuk" jawabnya.
"Keluar dan usir mereka semua dari rumahku, sekarang!" Teriakku hingga berhasil membuat kebisingan itu berhenti. Hanya alunan lagu yang terdengar dari pengeras suara dan satu per satu mereka pergi meninggalkan kekacauan itu di rumahku. Katie hanya terduduk di ranjang tanpa busana dan menutupi tubuhnya dengan selimut. "Kamu juga harus pergi dari sini, aku tidak akan menikahimu bersama tujuh belas ribu pengikutmu. Pernikahan kita batal! Berpakaian dan bereskan semua kekacauan, kamu punya waktu enam jam untuk meninggalkan rumah ini" ucapku.
ADVERTISEMENT
Aku tak lagi melihat wajah Katie dan berbalik memunggunginya lalu keluar dari rumah itu. Aku sudah tahu kalau pernikahan kami akan batal, tepatnya akulah yang membatalkannya. Kejadian di rumah sakit membuatku tersadar kalau Katie tidak menganggapku lebih penting daripada dirinya dan ketenaran yang sedang ia rasakan. Aku menikah bukan untuk mendapat popularitas tetapi kenyamanan saat kembali ke rumah. Dengan sengaja aku menghubungi June karena teringat kalau jam kerjanya sudah habis. Aku bertemu dengan June di kedai kopi dekat rumah sakit dan menceritakan apa yang terjadi padaku.
Wajahnya sangat menunjukkan empati dan tiap kali memandang June, aku merasakan kedamaian. Sejak saat itu aku mulai lebih sering mengunjungi June dan pergi dengannya. Secepat itu aku melupakan Katie? Mungkin iya karena sebenarnya sudah cukup lama aku merasa kalau dia bukanlah orang yang sama dengan wanita yang membuatku jatuh cinta.
ADVERTISEMENT