Konten dari Pengguna

Aku Menjadi Simpanan Banyak Lelaki

Cinta dan Rahasia
Mulailah membaca dengan Bismillah, akhiri dengan Istighfar. Kisah didramatisir dari kisah nyata.
21 September 2021 16:11 WIB
·
waktu baca 7 menit
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Cinta dan Rahasia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Dok. Pixabay.com
zoom-in-whitePerbesar
Dok. Pixabay.com
ADVERTISEMENT
Disclaimer: Cerita ini hanyalah fiksi
Banyak cerita yang menggambarkan kalau kehidupan sepertiku bermula dari keadaan ekonomi yang sulit atau pernah kaya tapi sudah bangkrut total. Namun mungkin hanya segelintir orang yang seperti aku, keadaan ekonomi keluargaku baik-baik saja bahkan bisa terbilang cukup berada. Ayah seorang manajer di sebuah bank swasta sedangkan ibu pengusaha pakaian modis, tapi aku adalah anak satu-satunya. Tak punya teman bicara apalagi mendapatkan perhatian dan kasih sayang.
ADVERTISEMENT
Aku tidak mau menjajakan diri secara murahan dengan bayaran yang bahkan tidak cukup untuk menghidupiku. Semua bermula dari ketidaksengajaanku jatuh cinta pada seorang pria. Kami bertemu di sebuah klub malam dan untuk pertama kali kami bercinta setelahnya. Biasanya aku tidak pernah mau diajak bermalam di hotel tapi entah mengapa ia sungguh bisa menghipnotisku, tak hanya seksual yang ia bicarakan tapi banyak hal.
Di dalam kamar ia menjadi sosok yang selama ini kuimpikan, pintar, nakal, tapi tetap berkarisma. Kami membicarakan masa depan, masa lalu, kehidupan sehari-hari bahkan ia senang sekali melemparkan guyonan. Marco tidak memperlakukanku sebagai wanita murahan yang bisa ia beli kapan saja, sentuhannya, ucapannya sangat lembut. Aku tergila-gila padanya, di situlah kedekatan bermula dan ia sama sekali tidak terlihat keberatan jika aku terus mendekatkan diri.
ADVERTISEMENT
Di malam yang sama kami saling bertukar nomor dan terus menjalin hubungan hingga enam bulan kemudian kami memutuskan untuk tinggal di apartemen yang sama. Aku hanya seorang mahasiswi tingkat menengah, sedangkan dia seorang direktur di sebuah perusahaan ternama dan tentu saja ia sudah berkeluarga. Marco memberitahukannya padaku tepat di malam pertama kami bertemu tetapi saat itu ia hanya memperlihatkan foto istirnya. Cantik, menawan, raut wajahnya terlihat sangat dewasa dan memiliki naluri keibuan yang sangat tinggi.
Namun berdasarkan cerita Marco, dia tidak hebat dalam memuaskan fantasi suaminya dan di situlah peranku. Aku rasa itu cukup adil. Dia mendapatkan sisi baik Marco dan aku sisi lainnya. Tak ada satu pun yang tahu bagaimana kehidupan asliku karena sebenarnya keluargaku sudah cukup bisa memberi aku segalanya tapi hasratku saat melihat Marco tidak bisa terbendung! Tak ada pula pertanyaan dari mereka alasanku memutuskan untuk hidup terpisah karena toh secara teknis aku memang hidup sendiri sejak dulu, jadi apa bedanya?
ADVERTISEMENT
Marco membanjiri aku dengan banyak pujian, kasih sayang, dan tentu saja uang. Bukan berarti dia tidak tahu tapi justru sebaliknya, karena ia tahu makanya ia memberiku uang lebih banyak dari papa. Aku tidak mengerti apa maksudnya tetapi selama itu tidak merugikanku, itu tidak masalah karena mungkin itu hanya perkara gengsi seorang lelaki. Memiliki Marco tidak lantas membuat hidupku berubah, aku tetap seperti Erica yang dulu. Pergi ke mal, nongkrong di kafe, atau pergi liburan dengan teman dekatku.
Sejak SMA kami terbiasa jalan berempat. Aku, Dila, Elena, dan Gracia. Meski melanjutkan kuliah di universitas yang berbeda tapi itu tidak membentangkan jarak di antara kami. Tapi setelah dua tahun bersama dengan Marco, tiba-tiba aku melihat foto Gracia terpampang di layar ponsel miliknya “ini siapa?” Tanyaku spontan, ia melirikku sambil tetap melepaskan kancing kemejanya. “Oh itu, anak pertamaku” jawabnya, “Gracia” Timpalku, kedua alisnya berkerut “kamu kenal?” Tanyanya terkejut, lututku rasanya sangat lemas.
ADVERTISEMENT
Jantungku berdegup sangat kencang dan keringat dingin mulai muncul di dahiku. Marco perlahan menghampiriku yang sedari tadi sudah terduduk di pinggir kasur, “tidak apa-apa selama dia tidak tahu” ucapnya menenangkanku. “Kenapa kamu tidak mengatakannya padaku kalau anakmu adalah Gracia?” Tanyaku yang mulai terisak, “sebenarnya ada yang harus kamu tahu Erica” jawabnya, jantungku sudah berdetak tak karuan.
Aku terlalu gugup menunggu apa yang akan keluar dari mulutnya, “sebenarnya aku sudah tahu kalau kamu adalah temannya Gracia dan sudah lama aku memerhatikan kamu, makanya kupikir saat itu kesempatanku untuk mendekatimu, tidak ada istriku dan Gracia” jelasnya. Aku terkejut dan tak bisa berkata-kata lagi, penjelasannya terlalu mengejutkan untukku karena ia secara sadar tega menyakiti perasaan anaknya sendiri. “Makanya malam itu aku tidak memperlihatkan foto keluargaku padamu tapi..tapii..aku minta ini semua jangan pernah berubah. Aku mencintai kamu Erica” tambahnya.
ADVERTISEMENT
Penjelasannya terasa seperti tamparan hebat di wajahku. Lalu sejenak aku berpikir apakah semua orang dewasa yang memiliki jabatan tinggi memang seperti itu? Bagaimana dengan papa? Atau mama? Apa mereka melakukan hal yang sama? Aku merasa terlalu banyak pikiran saat itu dan tidak ingin melakukan apa pun selain menangis. Aku menangis di dalam pelukan Marco dan dia dengan lembut mengusap bagian belakang tubuhku.
“Semua akan baik-baik saja, aku janji. Aku tidak akan melibatkan kamu dalam urusan apa pun, termasuk Gracia” janjinya padaku. Aku tidak bisa berhenti terisak, pikiranku melanglang buana tanpa arah. Dalam pelukan Marco aku berjanji untuk tidak akan pernah menikah dan melahirkan seorang anak, aku tidak ingin ada anak di dunia ini yang merasakan hal sepertiku. Aku tidak tahu bagaimana kehidupan kedua orang tuaku, meski tampak baik-baik saja tapi kemungkinan mereka seperti Marco itu sangat besar.
ADVERTISEMENT
Marco dan istrinya pun tidak pernah ada masalah, sama seperti mereka. Janjiku, untuk tidak lagi memiliki sahabat karena aku tidak ingin mereka melakukan hal yang sama padaku. “Boleh aku minta sesuatu?” Tanyaku, “apa pun” jawab Marco tegas namun lembut, “aku ingin bahagia dan bebas dengan siapa pun, aku tidak ingin bersahabat dengan anakmu lagi” jawabku. Aku melihat sedikit kilatan di matanya, ia berkaca-kaca “aku tidak tahu apakah aku bisa atau tidak tapi ini semua salahku dan kalau permintaan itu bisa menebus semuanya maka silahkan” sahutnya.
“Aku tidak ingin terikat seperti ini, kamu punya istri dan anak yang pasti akan bahagia memiliki kamu. Aku tidak bisa pungkiri kalau bersamamu aku benar-benar merasa nyaman, menemukan sosok Papa yang hilang sekaligus pasangan tapi aku tidak ingin kamu merasa menang. Seolah hanya istrimu dan Gracia yang merasa tersakiti. Aku mau kamu sadar kalau semua hal tidak bisa selalu kamu kontrol di bawah tanganmu, termasuk aku atau istrimu” jelasku. “Bagaimana kalau ia tahu? Bagaimana kalau dia melakukan hal yang sama di belakangmu?” Tanyaku.
ADVERTISEMENT
“Meski terlihat baik-baik saja, hal itu yang membuatku justru khawatir dengan kondisi orang tuaku. Aku tidak tahu kehidupan mereka yang sebenarnya dan kalau mereka sepertimu, aku akan mempersiapkan diri” tambahku. Wajah Marco terlihat sangat terkejut mendengar ucapanku, mungkin di dalam benaknya ia tidak menyangka kalau pengakuannya akan menjadikan aku memiliki pikiran serumit itu. “Tidak semua orang jahat sepertiku Erica, mungkin nasib orang tuamu lebih baik. Mungkin mereka saling setia, tidak sedikit orang yang setia di luar sana” jawabnya.
“Apa yang membuat kamu akhirnya menjadikan aku opsi kedua? Kenapa kamu berpaling dari istrimu?” Tanyaku, “karena dia tidak lagi memerhatikanku dan hanya sibuk pada anak-anak” jawabnya. “Kamu kekurangan kasih sayang?” Tanyaku lagi dan ia hanya menganggukkan kepala, “mungkin itu juga yang dirasakan oleh Papa, sejak dulu Mama terobsesi menjadi desainer ternama dan menciptakan gaun masterpiece-nya. Kalau aku saja merasa kesepian dan kurang kasih sayang, bagaimana ia bisa tidak merasakannya?” Tambahku.
ADVERTISEMENT
Sejenak aku menarik napas dalam-dalam, menyiapkan semua hal buruk yang sekiranya akan memukuli kepalaku satu per satu. “Aku tidak ingin menikah dan memiliki sahabat lagi, aku tidak ingin semua ini berbalas padaku. Aku ingin jadi wanita independen dan tidak terikat dengan apa pun atau siapa pun” lanjutku, “maafkan aku kalau semua pengakuan itu justru malah menyulitkan kamu Erica” sahut Marco, “tidak, aku justru berterima kasih karena kamu telah membukakan pintu yang seharusnya kulihat dua tahun lalu” jawabku.
Sejak pembicaraan hari itu, aku dan Marco tidak terikat apa pun meski ia sering kali datang ke apartemenku. Kami terus melakukannya tapi kali ini aku tidak hanya menjadi milik dia seorang. Ada tiga pria lain yang sering datang dan memanjakanku dengan banyak hal, mereka lebih kaya dan memiliki jabatan lebih tinggi. Namun hanya mereka berempat yang bisa mendapatkanku, aku tidak ingin kebebasan itu justru menjadi petaka buatku. Setelah aku mengambil keputusan tak lama banyak rumor yang menyebar di lantai apartemenku yang mengatakan kalau aku menjadi simpanan banyak lelaki.
ADVERTISEMENT
Aku tidak bisa mengatakan kalau itu salah tapi apa salahnya menjadi simpanan? Aku bahagia dan mereka juga bahagia. Kami simbiosis mutualisme bukan? Apa pun yang dikorbankan, itu tidak berpengaruh apa pun dalam hidupku. Aku bebas menjalani hidup dan bahkan memperluas bisnis yang baru kujalani beberapa saat ini.