Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.0
Konten dari Pengguna
Asal Muasal Pria Yunani Kuno Melamar Kekasihnya dengan Melempar Apel
24 September 2020 19:31 WIB
Tulisan dari Cinta dan Rahasia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Banyak yang beranggapan bahwa pengakuan cinta terhadap kekasih yang ditunjukkan pada banyak orang tidak terlalu perlu. Beberapa orang percaya bahwa perubahan budaya terkait dengan fenomena ini merupakan aspirasi dari generasi muda yang cepat dan sesuai dengan tempo kehidupan saat ini.
ADVERTISEMENT
Maraknya pasangan yang memimpikan momen menjawab “saya bersedia” dan melamar kekasihnya merupakan hal yang ditunggu. Tak hanya bersifat personal, bahkan beberapa kasus, pria rela memasang reklame besar dan menunjukkan kalimat “maukah kamu menikah denganku?” yang ditujukan pada calon belahan jiwanya, atau segala macam ide unik lainnya.
Tidak ada yang salah untuk melakukan apapun untuk orang yang dicintai. Bahkan, para pendahulu juga melakukan adegan pamer di depan umum dalam melamar wanita pujaan. Orang Yunani kuno, misalnya, menyatakan keseriusan dengan cara unik, melempar apel pada wanita pilihannya! Jika wanita bersedia menangkap apel itu, maka lamaran dianggap diterima. Melansir dari The Vintage News, berikut ini cerita tentang tradisi pria Yunani kuno dalam melamar kekasihnya, dengan cara melemparkan apel.
ADVERTISEMENT
Asal-usul kebiasaan ini dapat ditemukan pada mitologi Yunani, seperti kebanyakan tradisi lainnya pada bangsa tersebut. Mitos dimulai dengan pernikahan Thetis, dewi air, dan Peleus yang fana, putra Aeacus, raja pulau Aegina. Pesta pernikahan sedang berlangsung, dan semua dewa, dewi, pengawal, dan makhluk mitos lainnya bersenang-senang kecuali Eris, dewi konflik, yang tidak mendapatkan undangan pernikahan. Eris sangat terhina dan akan balas dendam, jadi dia mengacaukan pesta dan melemparkan apel emas ke tiga dewi, Athena, Aphrodite, dan Hera, yang mengobrol bersama. Apel itu diukir dengan kata-kata "untuk yang terindah".
Percakapan segera berubah menjadi pertengkaran tentang siapa yang melempar apel itu. Tamu lainnya dan pengantin baru mencoba menenangkan mereka, tetapi ketiga wanita itu tidak menyerah, masing-masing mempertahankan penampilan dan pesona sebagai yang tercantik. Zeus Yang Agung memerintahkan Hermes untuk memanggil Paris dari Troy, seorang pangeran terkenal, dan membiarkan dia memutuskan siapa pemilik sah apel itu.
ADVERTISEMENT
Masing-masing tiga dewi mencoba membujuk Paris untuk memilihnya sebagai yang tercantik. Paris kebingungan dan memberitahu kepada para dewi bahwa keputusannya akan dibuat sesuai dengan tawaran terbaik. Aphrodite datang pada satu penawaran, membuat Helen jatuh cinta pada sang pangeran. Aphrodite memenangkan apel dan menepati janjinya. Jodoh yang dia ciptakan menandai dimulainya Perang Troya dan, berakibat pada berakhirnya Troy.
Apel adalah objek menarik dari cerita ini, yang juga dikenal dengan “apel perselisihan”, dimana mengacu pada perselisihan yang dipicu oleh Eris. Meskipun legenda ini menggambarkan apel sebagai pertengkaran, kesombongan, dan godaan, mitos dan nenek moyang Yunani menganggapnya sebagai buah yang menandakan cinta, kecantikan wanita, seksualitas, dan kesuburan.
Catatan sejarah menunjukkan bahwa seiring dengan lemparan apel sebagai tanda cinta dan kekaguman, apel yang dilemparkan kepada pasangan pengantin baru, memiliki arti serupa melempar nasi dan biji. Asosiasi apel dengan pernikahan pada masa itu juga memperkenalkan tradisi pengantin baru berbagi apel pada malam pertama untuk memastikan persatuan yang berbuah dan kemakmuran perkawinan.