Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Bertahun-tahun Menjadi Sugar Baby, Orang Jepang Paling Mengerti
7 Mei 2020 16:24 WIB
Tulisan dari Cinta dan Rahasia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Disclaimer: Cerita ini hanyalah karangan semata. Bila ada kesamaan nama, waktu, tempat, profesi, dan cerita itu bukan merupakan kesengajaan.
ADVERTISEMENT
Sugar baby mungkin menjadi pekerjaan paling hina bagi sebagian orang, tetapi tidak denganku. Sudah beberapa kali aku menjadi sugar baby seorang pejabat atau pengusaha. Meski sudah berulang kali menjadi pemuas mereka, tetap saja untuk keperluan sesuatu aku perlu meminta.
Rasanya tidak mengenakkan karena seperti meminta kepada orang tua. Aku ingin mereka yang sensitif untuk membahagiakanku, hitung-hitung balasan karena aku sudah sering memuaskan fantasi mereka. Namun, sepertinya menjadi sugar baby dengan orang lokal memang tidak terlalu mengasyikkan.
Saat sudah ‘mencicipi’ menjadi sugar baby lokal, kini aku ingin mendapatkan orang asing. Kebetulan aku suka dengan orang-orang Asia. Aku memiliki beberapa teman yang partner kerja mereka adalah orang Asia, beberapa kali aku dikenalkan tetapi mereka bukan seleraku.
ADVERTISEMENT
Sebagai anak muda metropolitan, aku sering mengikuti tren yang ada. Saat itu aku sedang berada di sebuah klub yang memang sedang ramai diperbincangkan karena musik dan fasilitas di sana sangat menyenangkan. Ditambah banyak ‘mangsa’ yang bisa dibawa pulang.
Malam itu aku sedang bersama dengan teman-temanku. Masing-masing dari mereka mengurusi urusan pribadi, lalu aku melihat ada seorang lelaki yang sedang asyik berdansa dengan wanita. Lelaki itu sangat masuk dengan kriteriaku, aku menghampirinya dan mengajaknya berdansa. Memblokir wanita itu, dalam kata lain mengusirnya.
Wanita itu sempat ingin marah sampai tiba-tiba ada seorang lelaki yang membalikkan badannya dan menciumnya. Sepertinya lelaki itu memang menunggu giliran untuk bersama dengannya. Aku bersenang-senang dengan lelaki itu, dari caranya berdansa aku sudah tahu kalau dia bukan asli sini.
ADVERTISEMENT
Terkadang ada warga Indonesia yang memiliki muka sangat oriental, tetapi sepertinya ia benar-benar dari luar negaraku. Benar saja, saat ia mencoba mengajakku berbicara ia tidak sengaja mengeluarkan kalimat dalam bahasa Jepang. Kebetulan aku bekerja secara lepas menjadi translator bahasa Jepang untuk sebuah perusahaan di kota besar.
Aku membalas kalimatnya dengan bahasa Jepang, ia terkejut saat aku melakukannya. Mungkin karena ia tertarik padaku yang bisa berbicara bahasa ibunya, maka ia mengajakku untuk pindah dan mengobrol lebih banyak lagi. Saat itulah aku tahu kalau dia adalah seorang presiden direktur di salah satu pabrik besar yang memiliki cabang di Indonesia.
Setelah banyak mengobrol akhirnya kami pindah ke apartemen miliknya dan bersenang-senang. Keesokkan pagi aku baru benar-benar melihat wajahnya, maklum saja pencahayaan di dalam bar begitu redup. Sangat sulit untuk mengenali seseorang dengan jelas saat berada di sana.
ADVERTISEMENT
Lelaki itu sangat tinggi, tampan, berbadan bidang, dan tidak memiliki kumis atau janggut sama sekali. Kulitnya sangat putih dan mulus. Saat aku sedang memandangi wajahnya, ia terbangun dan mencium keningku. “Good morning” sapanya sambil mencium bibirku, aku menyambutnya dengan bahagia.
Ketika ia terbangun, ia langsung berjalan ke dapur dan membuatkanku sarapan. Sesekali ia menunjukkan aksinya saat memasak, terkagum-kagum aku dengan keahliannya. Setelah selesai, kami pun makan bersama sambil menonton film.
Ia berterima kasih padaku karena semalam mau melayaninya. Ia bercerita kalau sudah menikah dan memiliki dua anak laki-laki. Usia mereka tidak terpaut jauh sehingga seperti saudara kembar. Ia tidak ingin keluarganya datang dan tinggal di Indonesia, tetapi ia selalu merasa kesepian saat berada di apartemennya.
ADVERTISEMENT
Saat mendekati wanita Indonesia, ia pun termasuk orang yang pemilih dan ia menjatuhkan pilihannya padaku karena dianggap aku sangat menarik untuknya. Ia memintaku untuk menjadi kekasihnya, tetapi ia tidak ingin pernikahannya hancur dan mengorbankan anak-anaknya.
Ia hanya ingin aku bisa memenuhi kebutuhannya selama di Indonesia dan ketika kembali ke Jepang, ia berharap aku tidak mengganggunya. Tanpa berpikir panjang, aku menyetujui permintaannya. Sudah lama aku ingin menjadi kekasih orang Asia dan sekarang itu sudah ada di depan mataku, jadi untuk apa aku menyia-nyiakannya?
Hari itu aku memindahkan beberapa barang ke dalam apartemennya, tentu karena itu permintaannya. Ia ingin aku tinggal bersamanya layaknya sepasang kekasih sungguhan. Aku tidak keberatan karena aku juga tinggal sendiri di salah satu apartemen.
ADVERTISEMENT
Ketika aku tinggal bersamanya, ia menyarankan agar apartemenku disewakan. Aku menganggap itu adalah keputusan bagus, aku bisa mendapatkan pemasukan lebih dari sana. Selama menjadi kekasihnya, pagi-pagi ia selalu memasak untukku bahkan terkadang memberiku sebuah kejutan.
Ia sering kali menawarkanku barang-barang mewah tanpa perlu aku pinta. “Wow sangat sensitif sekali” pikirku, lelaki seperti ini yang aku cari, berusaha untuk membahagiakanku meski hubungan kami hanya sebatas pemenuh kebutuhan. Kebutuhan batinnya terpenuhi dan kebutuhan keuanganku juga tercukupi.
Kami berusaha menjalankan hubungan ini tanpa menggunakan perasaan. Ia tidak ingin perpisahan dalam keluarganya dan aku pun tidak ingin menghancurkannya. Setiap malam ia selalu video call dengan istrinya dan bahkan melakukan hal dewasa secara virtual untuk memenuhi hasrat istrinya.
ADVERTISEMENT
Saat mereka melakukan itu, aku akan pergi ke mal atau restoran terdekat sampai ia memberi kabar kalau urusan dengan istrinya selesai. Ketika aku kembali ke dalam apartemennya, ia akan menyenangkanku seolah ia merasa bersalah karena telah mengabaikanku.
Sulit rasanya untuk tidak melibatkan perasaan, padahal sebelumnya aku sudah terbiasa seperti itu. Namun, ia memperlakukanku dengan sangat baik. Ia tidak menganggapku seperti sebuah barang yang bisa ia beli, tetapi sebagai wanita yang selalu ia hargai.
Selain menjadi sugar baby, aku juga bekerja lepas sebagai translator bahasa Jepang untuk beberapa perusahaan. Terkadang mereka hanya perlu mengirimkan email untuk meminta aku datang jika partner kerja mereka sudah tiba.
Di duniaku yang seperti ini, sering kali aku mendapatkan pelecehan seksual. Sebelum menjadi sugar baby si orang Jepang, aku sering menerima atau bahkan melayani mereka untuk mendapat tambahan uang. Tetapi sejak mulai bersamanya, aku sudah tidak melakukan itu lagi.
ADVERTISEMENT
Terlalu jahat rasanya jika tetap melakukan itu. Ia sudah sangat baik padaku bahkan ia sering meminta aku untuk tidak bekerja karena ia akan menjamin semua kebutuhanku. Tetapi aku bukanlah orang yang seperti itu, aku tetap harus mencari uang dengan usahaku agar tidak merasa bergantung dengan orang lain.
Lelaki ini jarang sekali pulang ke Jepang, namun sekalinya ia pergi aku selalu merasa kesepian. Aku sudah berjanji untuk tidak mengontaknya saat ia berada di sana, jadi semua itu aku lampiaskan pada orang lain. Bahkan terkadang aku menjadi sugar baby orang lain hanya sampai ia kembali ke Indonesia.
Entah akan sampai kapan aku akan terus begini, yang pasti aku tidak akan bisa memilikinya. Aku hanya bisa berharap kalau istrinya tidak akan pernah tahu dan ia tidak akan kembali ke negara asalnya.
ADVERTISEMENT