Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Cerpen: Jauh dari Istri, Aku Malah Selingkuh dengan Pramugari
6 Mei 2020 20:51 WIB
Tulisan dari Cinta dan Rahasia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Disclaimer: Cerita ini hanyalah karangan semata. Bila ada kesamaan nama, waktu, tempat, profesi, dan cerita itu bukan merupakan kesengajaan.
ADVERTISEMENT
Bagi sebagian orang menjadi pilot mungkin bagian dari cita-cita mereka tetapi untukku ini adalah sebuah keberuntungan. Aku terlahir dari keluarga kurang mampu, dulu sambil bersekolah aku membawa dagangan ibu untuk dijajakan di sana. Aku tidak memiliki ayah ataupun saudara, ayahku pergi meninggalkan ibu setelah tahu kalau ibu mengandungku.
Sejak saat itu, ibu memutuskan untuk membesarkanku seorang diri. Hanya dengan berjualan kue basah kami bisa makan dan membiayai sekolahku. Ibuku termasuk wanita yang cantik, aku yakin banyak yang ingin menggantikan posisi ayah. Namun, ibu selalu bilang padaku untuk tidak memikirkan hal itu.
Terkadang aku suka kasihan melihat ibu yang harus bangun pagi-pagi sekali untuk membuat kue basah dan sorenya pergi ke pasar membeli bahan-bahan. Ketika aku SMA, ada seorang laki-laki yang datang ke rumah dan sempat bertemu denganku beberapa kali.
ADVERTISEMENT
Saat itu ibu bilang kalau dia adalah teman sekolahnya. Aku tidak ada masalah dengan itu, kalaupun ibu ingin menikah dengannya aku akan lebih senang. Aku tidak ingin melihat ibu kesusahan terus-menerus, akhirnya semua itu ku sampaikan padanya. Ibu terlihat senang sekali, ternyata belakangan ini ia memang bingung bagaimana caranya menyampaikan keinginannya itu.
Tak perlu waktu lama untuk mereka menikah, sedangkan aku diminta untuk meneruskan ke sekolah pilot. Di sekolah aku memang cukup terkenal pandai dan beberapa kali pernah memenangkan olimpiade sains.
Aku menerima tawaran itu, hitung-hitung investasi jangka panjang kalau pria itu menyakiti ibu dan aku sudah menjadi pilot. “Jadi, ibu tidak akan kesusahan lagi nanti” pikirku.
ADVERTISEMENT
Semua berkas sudah dimasukkan ke lembaga tersebut dengan melalui berbagai tes akhirnya aku diterima untuk menjadi calon pilot di sana. Butuh waktu sekitar tiga tahun untukku menyelesaikannya dan ternyata lulusan dari lembaga itu akan disalurkan ke salah satu maskapai penerbangan ternama di luar negeri.
Ketika lulus dan menjadi co-pilot di maskapai tersebut aku sering mendapat pujian karena berhasil mengatasi beberapa masalah secara profesional. Beberapa tahun menjadi co-pilot, pesawat yang kami bawa mengalami masalah dan memerlukan pendaratan secepatnya tetapi pada saat itu, pilot rekananku mendapat serangan jantung.
Aku memanggil dua pramugari ke ruang kokpit untuk menangani pilot tersebut, sedangkan aku mengambil alih posisi pilot dan mendaratkan pesawat dengan sangat mulus di atas sebuah persawahan. Saat mendarat, pilot rekananku segera dibawa ke rumah sakit terdekat dan semua penumpang diturunkan. Aksiku mendapat sorotan dari pihak manajemen dan sangat diapresiasi karena aku tidak panik saat mengambil alih posisi pilot tersebut.
ADVERTISEMENT
Aku merasa memiliki tanggung jawab menyelamatkan 700 penumpang beserta pramugara dan pramugari di dalamnya. Tidak mungkin aku mengambil risiko untuk panik dan mengaburkan semua pikiranku, kalau seperti itu kemungkinan mereka untuk selamat hampir tidak ada. Ternyata keputusanku itu membuatku mendapat kesempatan tiga bulan awal menjadi seorang pilot airbus dengan rute yang cukup jauh.
Setelah melewati masa percobaan itu, aku kemudian dipercaya untuk memegang airbus rute jauh. Beberapa tahun aku menjalani sebagai pilot sementara dan aku rasa berhasil karena setelahnya aku mendapatkan izin resmi untuk menjadi pilot airbus. Sejak menjadi pilot aku hanya berkomunikasi melalui telepon dengan ibuku, sudah lama rasanya aku tidak melihatnya.
Semua dikarenakan tempat menetapku saat tidak bekerja bukanlah di Indonesia. Butuh waktu beberapa jam untuk bisa sampai di Indonesia, sedangkan aku harus selalu siap untuk membawa penumpang ke rute mana saja. Sudah hampir lima tahun aku tidak kembali ke tanah air, akhirnya aku mengambil cuti dua bulan untuk bertemu ibuku.
ADVERTISEMENT
Pertemuan kami dirundung rasa haru, setelah beberapa hari di rumah, ibu memintaku segera menikah. Sebenarnya ada satu pramugari yang aku taksir dan ingin ku jadikan ia sebagai istriku, namun sepertinya ia tidak akan mau jika aku minta untuk berhenti dari pekerjaannya. Aku sedang tidak menjalin kasih dengan siapa pun, saat itu aku hanya memikirkan karier sebagai pilot.
Meski begitu, tidak kupungkiri kalau pergaulan di kalangan kami memang cukup bebas. Akhirnya ibu mengenalkanku pada satu wanita, ia cantik dan tatapannya sangat teduh. Ia ternyata adik kelasku saat SMA dan sejak aku menjadi pilot, ia sering datang ke rumah untuk mengajak ibuku berbicara.
Rumah tangga ibu dengan ayah tiriku cukup harmonis, mungkin karena sama-sama pernah dicampakkan. Ayah tiriku ditinggal begitu saja oleh mantan istrinya demi seorang lelaki yang lebih kaya, beruntung ia tidak memiliki anak sehingga tidak ada hal yang diperebutkan. Mereka hanya memiliki aku dan menaruh harapan besar di pundakku.
ADVERTISEMENT
Selama cuti aku rajin berkomunikasi dengan wanita itu, ia juga sering datang ke rumah untuk membantu ibu membuat kue basah. Meski aku sudah menjadi pilot dan ayah tiriku bekerja di sebuah perusahaan besar, ibu tetap memilih untuk menjual kue basah. Mungkin kebiasaan itu susah dihilangkan karena sudah dilakoninya selama belasan tahun.
Awal ibu bertemu dengan wanita ini karena ia sering membeli kue basah dan ingin belajar cara membuatnya. Dari situlah mereka banyak mengobrol dan ibu tahu kalau dia adalah adik kelasku. Semakin sering bertemu dan bercerita, aku semakin mengenal kepribadiannya. Ia sangat ceria dan berpikir positif.
Dua bulan aku cuti tidak semua aku habiskan di dalam rumah, aku bermain bersama teman-temanku dan dikenalkan banyak wanita. Kami bertukar nomor kontak, tetapi satu per satu aku eliminasi dari kategori “calon istri” karena mereka terlalu berorientasi pada uang.
ADVERTISEMENT
Aku mencari uang bukan untuk mereka, tetapi untuk ibuku. Dari lima wanita yang dikenalkan kepadaku hanya tersisa dua orang, adik kelasku dan sepupu temanku. Sebenarnya, sepupu temanku ini kehidupannya tidak jauh berbeda denganku dan aku yakin ia pasti akan mengerti, tetapi bukan itu masalahnya. Aku tidak ingin memiliki anak dan besar dengan lingkup sepertiku sedari kecil, bagaimana masa depannya nanti?
Meski begitu aku tetap berkomunikasi dengan dua wanita ini sampai hari terakhir cutiku. Di saat aku tidak di Indonesia adalah penentunya, aku akan melihat bagaimana mereka akan bersikap jika aku tidak ada. Aku sudah mengenalkan sepupu temanku pada ibuku, tinggal menunggu apakah ia akan berusaha mendekati keluargaku atau tidak.
ADVERTISEMENT
Sebagai seorang pilot, pastilah hidupku banyak di luar negara dan aku membutuhkan istri yang bisa menjaga anak-anakku sekaligus ibuku. Enam bulan sejak keberangkatanku kembali ke negara orang lain hanya tiga kali sepupu temanku menghampiri ibu. Sedangkan adik kelasku hampir setiap minggu karena ia tetap belajar membuat kue basah.
Adik kelasku tidak diberitahu oleh ibu kalau aku sedang mencari seorang istri dan dia masuk ke dalam kandidatku. Tetapi perlakuannya terhadap ibu yang membuatku luluh dan memilihnya, diam-diam aku juga lebih menyukainya dibandingkan sepupu temanku.
Satu tahun kemudian, aku kembali dan melamar adik kelasku. Tentu saja selama satu tahun itu kami sudah menjalin kasih dan kepulanganku kali ini memang khusus untuk meminangnya. Setelah menikah ia tinggal dengan ibuku, aku bisa saja membelikannya rumah tetapi sepertinya ibu ingin mendapatkan teman bertukar cerita.
ADVERTISEMENT
Aku mendapatkan libur setelah menikah selama tiga bulan dan ku tambah dengan cutiku selama tiga bulan, jadi total enam bulan aku berada di Indonesia. Ibu berharap selama aku di Indonesia bisa memberikan cucu untuknya, rupanya doa ibu terkabul. Empat bulan menikah, istriku hamil tetapi dua bulan setelahnya harus aku tinggal karena masa cutiku sudah habis.
Istriku tidak keberatan dengan hal itu, hanya saja sebelum ia melahirkan aku sudah harus di Indonesia untuk menemani proses bersalinnya. Aku menyanggupinya, dua bulan kemudian aku berangkat ke negeri orang dan tetap memantau istriku hanya melalui video call. Ia juga sering mengirimkanku foto-foto hasil usg anak kami.
Rasanya saat-saat seperti itu membuatku sangat bahagia. Lima bulan kemudian aku kembali mengambil cuti dua bulan untuk menemani istriku melahirkan. Ternyata anak kami laki-laki, aku bahagia sekali. Dua bulan aku menemaninya, aku pun harus kembali berangkat ke negeri orang. Kali ini aku sudah tidak bisa sering-sering ambil cuti karena akan menurunkan performaku sebagai seorang pilot.
ADVERTISEMENT
Jauh dari istri membuat aku merasa kesepian dan sulit melampiaskan hasratku. Ingin bersama istri rasanya tidak mungkin karena jarak kami yang begitu jauh, selama menjadi pilot aku memang dekat dengan seorang pramugari yang sebelumnya sudah aku sebutkan. Benar saja, ia tidak mau untuk berkomitmen dan hanya menikmati hubungan terbuka.
Selama di negeri orang aku selalu melampiaskan hasratku dengannya dan kebetulan asrama kami tidak begitu jauh sehingga kami bisa pergi bersama ke sebuah hotel terdekat. Lingkup pergaulan kami sama, semua teman-temanku mengenal temannya, begitu pun sebaliknya.
Setelah bermalam di hotel, paginya aku terbiasa untuk kembali ke asrama dan menyiapkan perlengkapan sebelum akhirnya aku harus membawa penumpang. Sudah menjadi rutinitas sebelum terbang aku selalu menelepon istri dan anakku meski di Indonesia masih malam hari. Terkadang aku suka merasa bersalah karena menyembunyikan rahasia besar ini, tetapi mau bagaimana lagi aku tidak bisa membendung hasrat dan melampiaskannya pada istri yang ku temui beberapa tahun sekali.
ADVERTISEMENT
Setiap habis bermalam dengan pramugari itu, aku selalu menelepon istri dan anakku. Mereka tampak ceria menerima teleponku, sedangkan aku tetap merasa bersalah. Beruntung pramugari itu tidak menginginkan komitmen dan sudah memakai alat kontrasepsi, jadi aku tidak mengkhawatirkan apa pun tentang dirinya. Kami bermalam tanpa memiliki perasaan apa pun hanya sekadar melampiaskan kebutuhan.
Aku tetap menyayangi istriku, tetapi tidak bisa membendung terlalu lama hasratku. Aku sudah ‘bermain’ dengan pramugari itu jauh sebelum kami menikah. Ia pun tahu kalau aku sudah menikah dan memiliki anak bahkan terkadang aku bercerita tentang kemajuan anakku padanya.
Andai saja aku bisa membawa anak dan istriku ke mana pun aku pergi. Aku pasti tidak akan membohongi dan melakukan hal seperti ini. Tetapi kenyataannya itu adalah mimpi semata, hubunganku dengan pramugari itu tetap berlanjut hingga kini. Ketika aku kembali ke tanah air, aku seperti lelaki yang tidak memiliki rahasia apa pun.
ADVERTISEMENT