Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten dari Pengguna
Cinta Adalah Medan Perang: Sejarah Ishtar, Dewi Cinta dan Perang
30 September 2020 17:34 WIB
Tulisan dari Cinta dan Rahasia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Di Mesopotamia kuno, yang saat ini adalah Irak modern, sebagian Iran, Suriah, Kuwait, dan Turki, cinta adalah kekuatan yang kuat, di mana mampu mengubah tatanan duniawi dan menghasilkan perubahan status yang tajam.
ADVERTISEMENT
Namun, kemunculan Dewi Cinta dan Perang pertama di dunia, Ishtar, dan pasangannya, Tammuz, makna cinta telah sedikit bergeser. Melansir dari Ancient Origins, artikel berikut ini akan mengulas sejarah tentang Dewi Ishtar, yang dikenal dengan Dewi Cinta dan Perang.
Ishtar, yang berasal dari bahasa Akkadia, sebenarnya adalah dewa yang terkait erat dengan cinta romantis, ikatan cinta antar manusia, dan cinta secara seksual. Namun, kelembutan tersebut juga dikombinasikan dengan dirinya yang merupakan dewi prajurit untuk membalas dendam. Tentunya, kepribadian yang bertolak belakang ini membuat para sejarawan bingung.
Ishtar adalah dewi cinta yang menakutkan di medan perang. Kecantikannya adalah subjek puisi cinta, dan amarahnya diibaratkan badai yang merusak. Tetapi dalam kapasitasnya untuk membentuk takdir dan keberuntungan, mereka adalah dua sisi dari mata uang yang sama.
Pada tahun 2300 SM, puisi pertama untuk Ishtar ditulis oleh Enheduanna, seorang pendeta wanita Dewa Bulan dan putri Sargon dari Akkad. Dalam karyanya, Enheduanna mengungkapkan keragaman Ishtar, termasuk kapasitas superlatifnya dalam konflik bersenjata dan kemampuannya untuk membawa perubahan mendadak dalam status dan kekayaan.
ADVERTISEMENT
Pada medan perang, kemampuan dewi mampu menentukan nasib kemenangan. Sementara itu, dalam sihir cinta, kekuatan Ishtar dapat mengubah menjadi nasib yang romantis. Pengaruh dewi kerap kali digunakan untuk menenangkan, atau memenangkan hati kekasih yang diinginkan.
Sedangkan dalam puisi cinta yang ditulis dirinya sendiri dan oleh orang lain, Ishtar digambarkan sebagai wanita muda yang cantik. Tammuz juga memuji atas keindahan matanya. Dalam puisi cinta yang menceritakan masa pacaran mereka, keduanya memiliki hubungan yang sangat mesra. Tapi seperti banyak kisah cinta yang hebat, persatuan mereka berakhir dengan tragis.
Selain itu, Ishtar suka berdandan agar penampilannya maksimal, ketika bertemu kekasih, bahkan sebelum melakukan pertempuran. Layaknya laki-laki yang memakai pelat dada sebelum bertarung, Ishtar melapisi matanya dengan maskara.
ADVERTISEMENT
Seperti yang disebutkan bahwa Ishtar memiliki kekuatan balas dendam, tak terkecuali pada pasangannya, sehingga dia memiliki peran pada kematian suaminya karena seakan tidak peduli pada kematian Ishtar. Hal ini membuat sang dewi mendapatkan reputasi yang berubah-ubah. Namun, Ishtar dan keturunannya dipercaya sebagai sosok yang memiliki kesetiaan luar biasa, di samping sifat pendendamnya.
Cinta dan perang adalah kekuatan yang berpotensi menciptakan kekacauan dan kebingungan. Meski begitu, cinta di Mesopotamia bisa bertahan dari kematian. Bahkan bagi Tammuz, cinta adalah keselamatan dan perlindungan, yang dia dapat dari saudara perempuannya, Geshtinanna.
Selain Ishtar, wanita dan pembalasan terbukti merupakan kombinasi populer dalam mitos Yunani kuno dan Roma, di mana wanita kuat seperti Electra, Clytemnestra, dan Medea membawa konsekuensi yang mengerikan bagi orang yang mereka anggap telah berbuat salah.