Konten dari Pengguna

Istilah Benci Tapi Cinta Menurut Para Ahli

Cinta dan Rahasia
Mulailah membaca dengan Bismillah, akhiri dengan Istighfar. Kisah didramatisir dari kisah nyata.
14 Februari 2021 10:29 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Cinta dan Rahasia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Benci tapi istilah bukan sekadar ungkapan melainkan ada kenyataannya. Foto. dok: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Benci tapi istilah bukan sekadar ungkapan melainkan ada kenyataannya. Foto. dok: Pixabay
ADVERTISEMENT
Selama ini, kalian yang pernah membicarakan soal percintaan pasti sering mendengar istilah benci tapi cinta. Yes, ungkapan itu adalah salah satu ungkapan yang sering dikatakan oleh orang-orang jika membahas mengenai percintaan.
ADVERTISEMENT
Lebih umum lagi istilah ini juga kerap kali digunakan di luar masalah percintaan. Apapun itu, ternyata istilah benci tapi cinta ternyata memang benar adanya loh. Menurut laman Medium, yang sering membahas soal percintaan dan psikologi, istilah ini benar adanya dan bisa dijelaskan.
Menurut penjelasan singkatnya, benci tapi cinta adalah sesuatu di mana seseorang sebenarnya membenci orang lain atau kekasihnya karena perilakunya yang tidak sesuai dengan harapan kalian. Meski benci, kadar cinta seseorang tak lantas hilang.
Mereka masih bisa merasakan cinta meskipun benci dan banyak orang yang mengalami hal ini. Tapi, menurut Dr Berit Brogaard dari Psychological Today, ada penjelasan lainnya yang lebih panjang mengenai hal tersebut.
Cinta dan benci datang bersamaan ketika orang yang kita perhatikan atau kita tuju tak membalas perlakuan kita dengan baik. Hal ini yang kemudian menimbulkan rasa benci atau ketidaksukaan. Lebih jauh dia menjelaskan, ada kalanya meskipun perilaku dibalas dengan baik, namun tetap ada rasa benci yang terselip.
Penelitian mengenai hal tersebut sudah dilakukan. Foto. dok: Pixabay
Lantas kenapa bisa demikian? Merasakan cinta dan benci ketika hubungan baik-baik saja bisa dipicu oleh rasa bosan. Apalagi jika seseorang sering menghabiskan waktu secara bersamaan di mana di suatu titik dia bakal bosan. Di situlah rasa benci dan tidak suka akan muncul.
ADVERTISEMENT
Belum lagi banyaknya waktu bersamaan terkadang akan menimbulkan sedikit perdebatan yang membuat hubungan memanas. Sekecil apapun faktor seperti mencuci piring, pemilihan acara yang ditonton, atau cara mengatur rak buku bisa menjadi pemicu perdebatan yang membuat rasa benci hadir.
Menurut penjelasannya, menghabiskan waktu dengan orang lain bagus, tapi ketika seluruh waktu kita habiskan dengan orang tersebut, maka itu terkadang akan menjadi hubungan yang tidak sehat. Menurut Brogaard, untuk bertahan agar tak muncul rasa benci, seseorang harus rela mengorbankan kebutuhan dan preferensi-nya demi orang yang mereka cinta.
Tapi, jangan bilang tugas yang satu ini mudah. Menurut Broogard, melakukan pengorbanan adalah hal yang susah apalagi jika kita adalah seseorang yang sudah terbiasa melakukan apa yang kita inginkan dan kapan pun kita mau.
ADVERTISEMENT
Broogard juga menjelaskan konsep bernama Ambivalensi di mana itu adalah ketika perasaan cinta bercampur dengan kebencian dalam sebuah hubungan. Mau bagaimanapun, cinta dan benci selalu beriringan. Bagaimana kita mengendalikan apakah mau dikuasai rasa benci atau justru mengalahkannya dengan cinta.
Pasalnya, membenci orang yang kita cinta memang tak lantas membuat kita jadi orang jahat.
Tapi, Brogaard mengatakan jika cinta dapat berubah menjadi benci dengan sangat cepat. Sebuah studi tahun 2008 dari Semir Zeki dan John Paul Romaya di PLoS ONE mencatat bahwa daerah otak yang aktif ketika kita mencintai seseorang adalah daerah yang sama persis yang aktif ketika kita membenci mereka.
Letak cinta dan benci yang ada di dalam otak kabarnya sama. Foto. dok: Pixabay
Cinta dan benci adalah emosi yang membangkitkan gairah tinggi, dengan cinta menjadi emosi positif, dan benci menjadi emosi negatif. Secara psikologis, efek gairah bisa berubah dengan cepat dari positif menjadi negatif atau sebaliknya.
ADVERTISEMENT
Jadi kami mencintai orang yang kami benci. Dan kami membenci orang yang kami cintai. Jarang kita memiliki hubungan di mana cinta yang tegas dan positif sepanjang waktu. Singkatnya, rasa ini tak bisa dihindari setiap insan yang hidup di dunia.
Bicara soal ini, banyak pasangan yang saling cinta justru putus dalam hitungan waktu yang cepat. Sebaliknya, ada pasangan yang saling benci namun kemudian saling menyayangi kembali dan balik menjalin hubungan.
Cinta dan benci adalah nyata dan tak bisa dihindari.