Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Kisah Selir Dinasti Ming: Pelecehan, Penyiksaan, dan Pembunuhan Ribuan Wanita
29 September 2020 19:38 WIB
Tulisan dari Cinta dan Rahasia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Dinasti Ming Tiongkok berlangsung selama 276 tahun (1368 - 1644 M) dan telah digambarkan sebagai salah satu era pemerintahan yang tertib dan stabilitas sosial terbesar dalam sejarah manusia. Dinasti ini menjadi negara adidaya global, melakukan ekspedisi laut sebelum Christopher Columbus, dan memproduksi buku sebelum mesin cetak ditemukan di Inggris.
ADVERTISEMENT
Dibalik pujiannya, terdapat beberapa kasus yang dinilai mengerikan. Melansir dari Ancient Origins, berikut kisah selir Dinasti Ming, yang tidak lepas dari pelecehan, penyiksaan, dan pembunuhan ribuan wanita.
Kekejaman Kaisar Ming tidak mengenal batas, dan secara khusus ditujukan kepada para selir kekaisaran. Beberapa Kaisar Ming memiliki lebih dari 9.000 selir. Banyak diantaranya telah diculik dari rumah mereka dan dilarang meninggalkan penjara berlapis emas kecuali dipanggil ke tempat tidur kaisar. Tak hanya itu, para wanita tidak dapat melarikan diri atau bahkan berjalan ke kamar tidur kaisar, melainkan harus digendong telanjang.
Pemimpin Obsesif
Pendiri Dinasti Ming adalah Kaisar Hongwu, sehingga dia dianggap sebagai salah satu Kaisar Tiongkok yang paling berpengaruh dan penting. Namun, kekejamannya melampaui medan perang. Di balik pintu tertutup dia menahan selir dan menyiksa mereka.
ADVERTISEMENT
Hongwu kerap kali mengontrol para selir atas nama kecemburuan dengan membunuhnya, dipaksa bunuh diri, atau dikubur hidup-hidup bersama kaisar yang telah mati. Syukurlah, Kaisar Zhengtong menghapuskan praktik tersebut dalam wasiatnya pada tahun 1464, jadi para selir hanya perlu takut kehilangan dukungan, alih-alih kehilangan nyawa mereka.
Pembantaian Massal di Kota Terlarang
Kaisar Yongle adalah tokoh yang menciptakan ibu kota kedua untuk Tiongkok, selain Nanjing, dan menamakannya Beijing seperti yang disebut hingga sekarang. Di sini dia membangun "Kota Terlarang", Istana kekaisaran Tiongkok di Beijing, yang berlangsung dari 1420-1912. Pada tahun 1421, terdapat desas desus bahwa salah satu selir favoritnya telah bunuh diri karena berselingkuh dengan seorang kasim istana.
Karena dipermalukan, kaisar membungkam semua orang yang terlibat. Tak hanya itu, fenomena tersebut membuat kaisar mengumpulkan 2.800 wanita dari harem dan menyuruh mereka semua dieksekusi dengan cara diiris.
ADVERTISEMENT
Meskipun pembantaian ini tidak disebutkan dalam catatan resmi, ada catatan tertulis dari salah satu selirnya, Lady Cui, yang berada jauh dari istana pada saat itu. Tak lama kemudian, Lady Cui serta 15 selir kaisar yang tersisa digantung oleh tali sutra putih di aula Kota Terlarang pada hari pemakaman Yongle.
Obsesi Alternatif
Penguasa Ming kesepuluh, Zhengde, yang naik pada 1505, bosan dengan selir dan terobsesi dengan kehidupan warga negara biasa. Zhengde menyelinap dan menyamar untuk mengunjungi rumah pelacuran lokal. Namun, tetap saja dia mengoleksi banyak selir, hingga tidak dapat dinafkahi dan membuat para wanita mati kelaparan. Banyak sejarawan mengklaim bahwa itu adalah aturan Zhengde yang menyebabkan jatuhnya Dinasti Ming.
Penggantinya, Jiajing terobsesi menemukan ramuan kehidupan kekal yang harus didapat dari darah menstruasi para perawan. Oleh karena itu, ribuan gadis ditangkap dan dibawa ke Kota Terlarang untuk “dipanen”. Bahkan, makanan mereka dibatasi untuk memastikan tubuh mereka murni. Banyak yang mati akibat inisiasi gila ini. Namun, pada tahun 1542, sekelompok 16 selir melakukan perlawanan. Upaya mereka dikenal sebagai Plot Renyin.
ADVERTISEMENT
Para wanita pemberani ini melakukan percobaan membunuh kaisar dengan mencekik dan mengikatkan tali sutra di lehernya. Namun, singkat cerita, upaya mereka mengalami kegagalan. Para wanita dieksekusi dengan cara dimutilasi lambat, atau dikenal dengan 'kematian seribu luka'. Tak hanya itu, keluarga dari wanita terlibat juga ikut dieksekusi.
Kemunculan Seorang Kaisar Ming yang Baik
Di antara kekejaman tersebut, ada seorang Kaisar Ming yang membatasi perilakunya dan tidak pernah didokumentasikan sebagai orang yang kejam terhadap anggota istananya.
Hongzhi, kaisar Ming kesembilan melihat kebiasaan kaisar pendahulunya yang memiliki ribuan selir selalu berujung pada kehidupan yang buruk. Ayahnya, Kaisar Chenghua, terobsesi dengan pornografi dan mengabaikan tahtanya.
Bahkan, Ibu Hongzhi, seorang permaisuri bernama Nyonya Ji, dibunuh oleh salah satu selir, Lady Wan, karena cemburu. Sebelumnya, Lady Wan telah membunuh banyak anak kaisar.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu, Chenghua melihat sebuah kehancuran jika memiliki terlalu banyak selir. Pada akhirnya, dia hanya memilih dua permaisuri, dan tidak ada dokumentasi yang menunjukkan bahwa dia sekeras, atau bahkan menyiksa selir, seperti Kaisar Ming lainnya.