Konten dari Pengguna

Mantan Istri dari Suami Terus Mengganggu Hidupku

Cinta dan Rahasia
Mulailah membaca dengan Bismillah, akhiri dengan Istighfar. Kisah didramatisir dari kisah nyata.
7 Januari 2021 14:12 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Cinta dan Rahasia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Dok. Pixabay.com
zoom-in-whitePerbesar
Dok. Pixabay.com
ADVERTISEMENT
Disclaimer: Cerita ini hanyalah fiksi
Memasuki usia satu tahun hubunganku dengan North aku mulai mendapatkan teror dari mantan istrinya, Jessie. Ia selalu menghubungi North dan menjadikan Cindy sebagai alasan. Aku tahu North memiliki anak dengan Jessie sejak awal hubungan kami dimulai, mereka menamainya Cindy. Namun aku tak tahu kalau Jessie masih terobsesi untuk mendapatkan North kembali.
ADVERTISEMENT
Hampir setiap minggu North mendapatkan panggilan dari mantan istrinya agar ia menjemput anak mereka. Mulanya aku tak keberatan tetapi lama-lama aku muak dengan sikap Jessie. "Apa dia tidak bisa mengurus anaknya sendiri?" Pikirku, hal yang kuyakini adalah Jessie sengaja menaruh Cindy di tempat kami agar dia bisa fokus untuk mempercantik diri.
Aku mengatakannya bukan tanpa alasan, pertemuan demi pertemuanku dengan Jessie, aku melihat dia semakin kurus hampir menyentuh bentuk tubuh ideal. Jika Cindy bersama kami, sudah pasti dia memiliki banyak waktu untuk merawat tubuhnya. Aku semakin kesal ketika Jessie masih mengganggu North saat di pesta pernikahan kami dengan menjadikan Cindy sebagai alatnya.
Ia bahkan mengacaukan bulan madu kami! Aku sudah membayangkan akan menghabiskan waktu dengan pria yang kucintai usai pernikahan. Berendam di jacuzi, menikmati wine, dan suara debur ombak di pinggir pantai. Namun lagi-lagi Jessie mengacaukan semuanya! Ia membawa Cindy langsung ke bandara beserta dengan tiket yang sama.
ADVERTISEMENT
Aku dan North tidak bisa meninggalkan Cindy begitu saja di bandara. Dia hanya anak kecil yang sudah dijanjikan liburan oleh mamanya, tanpa sepengetahuan kami. Terpaksa Cindy kami ajak dan semua rencana liburan dibatalkan. Selama berada di Bali, aku dan North sibuk mencari alternatif liburan untuk Cindy sehingga kami lupa dengan apa yang sudah kami jadwalkan.
North berjanji padaku kalau usai liburan bersama Cindy, ia akan mengajakku pergi ke suatu tempat hanya berdua dengannya. Aku berusaha untuk tidak meluapkan emosiku dan melampiaskannya pada Cindy. Tetapi jujur saja, aku mulai sedikit membenci anak itu karena melihat dia seperti melihat senjata yang digunakan Jessie untuk menyingkirkan aku.
Aku ingin sekali memiliki anak dari North dan sangat berharap liburan selanjutnya semua itu akan terwujud karena Cindy tidak memberi kesempatan untuk kami bermesraan. Ketika pulang dari Bali, aku melihat Jessie semakin cantik dengan tubuh yang sudah ideal dan aku kesal karenanya. Ia menggagalkan rencana bulan madu kami dan menjadi cantik! Aku semakin yakin kalau Jessie menggunakan Cindy untuk merebut North dariku.
ADVERTISEMENT
Tak ada satu minggu pun yang terlewatkan dari telepon Jessie. Ia menghubungi North untuk mengajak Cindy pergi jalan-jalan atau membawanya ke rumah kami. Akhir pekan yang seharusnya menjadi waktu untukku berdua dengan North harus kubagi lagi dengan Cindy. Aku mulai terbiasa mengurus Cindy tetapi di sisi lain merasa kesal karena Jessie terus menjadikan anak itu sebagai senjata.
Hari di mana North menjanjikan bulan madu kedua akhirnya tiba tetapi lagi-lagi semua digagalkan oleh Jessie! Malam sebelum kami berangkat, Jessie menghubungi North dan meminta agar kami mengajak Cindy lagi. Aku yang sudah tidak bisa menahan amarah mengambil kunci mobil dan pergi ke rumah Jessie. Aku menggedor pintu rumahnya cukup keras dan ia membuka pintu dengan wajah yang sangat pucat.
ADVERTISEMENT
"Berhenti menggunakan Cindy sebagai senjata untuk merebut North dariku!" Bentakku, tetapi tak lama Jessie jatuh pingsan. Tubuhnya sangat dingin dan wajahnya memucat, aku panik dan segera menghubungi ambulans. Sesampainya di rumah sakit, Jessie langsung dibawa oleh beberapa perawat ke ruang ICU dan aku hanya bisa menunggu di luar ruangan.
Aku menelepon North dan memberi kabar tentang Jessie, untung saja malam itu Cindy sedang berada di rumah oma dan opanya. Aku baru tahu kalau Jessie adalah pasien tetap di rumah sakit itu selama hampir satu tahun. North menghampiriku ke rumah sakit dan menenangkanku, aku merasa sangat berasa karena sudah membentak Jessie hingga ia jatuh pingsan. Malam itu aku dan North sepakat untuk membatalkan perjalanan kami, aku menemani Jessie hingga keadaannya membaik.
ADVERTISEMENT
Tiga hari di ruang ICU, Jessie akhirnya dibawa ke ruang perawatan. Aku masih berada di sampingnya meski North tidak ada di sana menemaniku. Tiba-tiba tangan Jessie yang sangat dingin menyentuh permukaan tanganku. "Jessie apa kamu mendengarku?" Tanyaku, sambil terus meremas tangannya memberi kehangatan. Aku melihat mata Jessie bergerak meski ia tak bisa membukanya. Kepalanya terus bergerak ke kanan dan kiri seolah mencari kesadaran.
Aku menunggu sambil tetap menggenggam tangan Jessie. Tak lama ia mulai membuka matanya sedikit demi sedikit, "Rachel" ucapnya, "ya aku di sini" jawabku, aku menunggu hingga Jessie benar-benar menatapku. "Aku tidak bermaksud menggunakan Cindy sebagai senjata untuk merebut North" ucapnya terbata-bata. "Aku hanya ingin Cindy dekat denganmu dan memiliki ibu baru sebelum aku pergi" tambahnya. Ucapan Jessie seperti tamparan keras untukku, Jessie kehilangan banyak berat badan bukan karena ia ingin tetapi penyakit yang menggerogotinya.
ADVERTISEMENT
Aku semakin merasa bersalah pada Jessie dan berjanji akan berusaha menjadi ibu yang baik untuk Cindy. Kepulangan Cindy dari rumah sakit langsung disambut dengan beragam perayaan yang kubuat bersama Cindy. Mulai hari itu aku mendukung semua kebutuhan Jessie, termasuk dalam hal mengurus anaknya. Beberapa bulan kemudian hubunganku dengan Cindy dan Jessie jauh membaik, kami bahkan pergi piknik bersama.
Namun di saat keadaan sudah membaik, keadaan Jessie justru semakin memburuk dan ia harus meninggalkan anak kesayangannya. Hari itu bukan hanya Cindy dan North yang merasa kehilangan, tetapi aku juga. Aku kehilangan sahabat yang belakangan sering bertukar lelucon denganku. Aku mungkin tidak akan pernah bisa menggantikan Jessie, tetapi setidaknya aku bisa menjadi sahabat untuk Cindy.
ADVERTISEMENT