Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten dari Pengguna
Om-ku Kecantol Sugar Baby yang Ternyata Pacarku Sendiri
18 Oktober 2021 14:09 WIB
·
waktu baca 7 menitTulisan dari Cinta dan Rahasia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Disclaimer: Cerita ini hanyalah fiksi
Beberapa kali menjalin hubungan dengan wanita, aku merasa tidak nyaman karena mereka selalu ingin tahu apa yang kulakukan sangat detail. Aku terlalu malas untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tidak penting di saat aku sibuk dengan banyak pekerjaan. Beberapa kali aku memutuskan sebuah hubungan hanya karena mereka terlalu manja dan ingin tahu banyak hal, kuanggap mereka terlalu meribetkan hidupku.
ADVERTISEMENT
Sampai akhirnya aku memutuskan untuk melajang sampai di tahun ketujuh aku bertemu dengan Salsa, seorang pegawai bank swasta yang saat itu sedang mengurus beberapa dokumen di kantorku. Bermula dari ledekan-ledekan kecil sampai bertukar nomor kontak, dia sendiri yang membolehkan aku untuk menghubunginya di nomor yang tertera di dalam dokumen. Merasa mendapat lampu hijau aku pun mulai mengirimkannya pesan singkat lalu berakhir cerita panjang lebar tentang apa pun yang kami tahu.
Salsa sangat asyik tapi di saat aku sudah mulai tertarik padanya, dia tidak pernah menggubris kata-kataku. Aku semakin penasaran, maka dia pun semakin kukejar hingga dia luluh dan mau menerima perasaanku. “Aku bukan wanita baik-baik yang kamu cari” ucapnya, tapi kuanggap itu hanya sebuah kalimat merendahkan diri sendiri “aku tahu kamu baik, jangan merasa seperti itu” sahutku. Setelah enam bulan meyakinkan dirinya akhirnya kami berpacaran, bersama dia kukatakan apa yang kusukai dan kubenci.
ADVERTISEMENT
Aku tidak mengerti kenapa dengan wanita sebelumnya aku juga tidak mengatakan hal demikian tapi saat bersama Salsa, aku tidak ingin menjauh darinya. Dia anak yang periang, lemah lembut, pemalu, seolah aku bisa menjamin kalau hidupku akan bahagia bila bersamanya dan benar saja dia bisa menerapkan semua yang kukatakan. Dia tidak ribet seperti wanita-wanita yang lain, dia bisa menghargai kehidupan pribadi kami masing-masing, dan terpenting tidak cemburu buta.
Dia percaya padaku dan aku sangat menghargai itu, “ini dia wanita yang kucari selama ini” pikirku. Hampir tiga tahun berpacaran rasanya jarang sekali kami bertengkar, aku dan Salsa selalu berusaha mencari topik pembicaraan menarik agar hubungan ini bisa berjalan dengan seru. Aku cukup terkejut ketika pacarku itu tahu banyak hal, dia mau diajak bergabung dengan teman-teman wanitaku bahkan mereka cepat akrab.
ADVERTISEMENT
Tidak sia-sia rasanya aku melajang selama bertahun-tahun kalau pada akhirnya aku bisa bersanding dengan Salsa di pelaminan suatu saat nanti. Rumah tangga yang tenang, damai, dan harmonis sudah pasti memenuhi bayanganku. Aku berniat untuk mengenalkan Salsa pada semua keluargaku, tentu saja sebagai laki-laki aku merasa bangga memiliki wanita mandiri, feminim, seru, dan penyayang seperti dirinya tapi sayangnya Salsa belum merasa percaya diri. Aku menghargai keputusannya, mungkin bagi wanita untuk bertemu dengan keluarga pria adalah hal besar dalam hidupnya dan mungkin di dalam bayangan mereka akan ada hal buruk yang terjadi.
Entah itu dianggap saingan dengan calon mertua, adik, atau dinilai penampilannya dari ujung kepala hingga ujung kaki. Jadi saat itu aku hanya bisa menghargai permintaannya untuk berjalan perlahan ke arah sana, “toh kami juga tidak ingin menikah terlalu terburu-buru” batinku. Namun beberapa kali aku mengajaknya untuk datang ke kosan adikku yang letaknya cukup jauh dari rumah kami, “kalau belum mau ketemu papa-mama, kamu ketemu Wiona dulu ya, adikku” pintaku dan dia pun setuju.
ADVERTISEMENT
Baru pertama kali kenal, Salsa dan Wiona terlihat kaku seolah masing-masing dari mereka memiliki gunung es yang harus dilelehkan untuk melihat sifat aslinya tapi lama-lama keadaan pun mulai mencair. Tapi tentu saja di pertemuan selanjutnya. Harus kuakui Salsa adalah orang yang sangat tertutup, ia bahkan tidak pernah mau menunjukkan akun media sosialnya kepada adikku dan saat itu Wiona berpikir kalau dia memang tidak bermain dunia maya.
Meski begitu, kedekatan Wiona dan Salsa pun tidak bisa diukur dengan apa pun. Mereka sangat dekat dan bahkan beberapa kali saling mencurahkan isi hati, aku sangat gembira karena Salsa sudah bisa membaur dengan adikku “mungkin kesulitannya untuk bertemu dengan keluargaku tidak akan sesulit itu” pikirku. Belum apa-apa Wiona sudah mengatakan banyak hal pada mama dan sering kali aku menjadi bahan ledekan karena tidak memperkenalkan Salsa pada mereka “kalau gitu langsung ajak aja saat tahun baruan di rumah Om Eman, Bang. Sekalian dikenalkan pada Om, Tante dan Nenek” usul Wiona.
ADVERTISEMENT
Kupikir dia ada benarnya juga, membawa Salsa di acara keluarga saat momen tahun baruan pasti akan lebih menyenangkan. Melihat warna-warni kembang api sambil membakar beberapa bahan makanan, sudah menjadi ritual keluarga kami untuk melakukan hal itu di rumah Om Eman tapi aku tetap memberitahu Salsa sebelum aku membawanya. Saat aku menjemputnya pulang dari kantor dan makan malam di sebuah warung tenda “Wiona usul sama aku, gimana kalau nanti tahun baru kamu bakal aku ajak ke rumah salah satu Om-ku untuk bakar-bakar sambil lihat kembang api? Kamu mau ga?” Tanyaku sambil menatap wajahnya.
Aku melihat sorot matanya yang menatapku dengan ragu, “malam tahun baru aku tidak bisa, sudah ada janji dengan keluargaku” jawabnya dan meski agak kecewa tapi aku berusaha memahami. Malam tahun baru memang banyak yang mengabiskan waktu dengan keluarga dan mungkin Salsa juga salah satunya, jadi aku tidak bisa memaksa. “Yaudah, mungkin lain kali. Mama sama Wiona sudah sering kali meledekku karena tidak berani membawa kamu ke rumah” sahutku, “adik kamu itu memang paling-paling deh, dia juga paksa-paksa aku terus untuk ketemu Mama kamu” jawabnya, “loh itu bagus dong berarti mereka sudah setuju dan mungkin membuat beban kamu sedikit terangkat, jadi kamu tidak perlu takut lagi bertemu keluargaku” sahutku.
ADVERTISEMENT
Pembicaraan kami malam itu adalah hal-hal menarik seputar kebodohan adikku saat berjalan ke mal bersama Salsa atau membicarakan kelakuan orang-orang di jalan. Pembahasan yang kurasa sangat menyenangkan dan biasa dijadikan topik oleh pasangan lainnya. Semua berjalan begitu saja, bahagia sebagai sepasang kekasih benar-benar kurasakan bersama Salsa dan tidak pernah sekali pun aku berpikiran buruk tentangnya karena dia selalu memberi kabar apa pun yang terjadi.
Dua minggu kemudian, malam akhir tahun pun tiba dan seperti biasa semua keluarga berkumpul di rumah Om Eman lalu sorenya aku bersama beberapa sepupu pergi keluar untuk membeli perlengkapan. Mulai dari ayam, sosis, bumbu, arang, kembang api, sampai terompet kami sangat sibuk mempersiapkan malam penyambutan tahun yang baru. Saking sibuknya aku dan beberapa sepupu tidak menyadari apa yang terjadi di dalam rumah, kami hanya tahu kalau semua keluarga berkumpul untuk berbahagia.
ADVERTISEMENT
Sampai di malam hari ketika semua keluarga sedang heboh dan sibuk makan, tiba-tiba salah satu om-ku datang membawa seorang wanita. Aku tidak menyadari itu sampai tanteku berteriak dengan sangat kencang “BERANI-BERANINYA YA LO BAWA TUH WANITA SIALAN KE SINI! DASAR LAKI-LAKI GA TAHU MALU!” sontak kami semua menoleh ke arah sumber suara lalu melihat jarinya menunjuk ke arah siapa. Jantungku berdebar sangat kencang, lututku lemas, selera makanku menguap begitu saja entah ke mana.
Aku bisa melihat raut wajah yang sama terkejutnya denganku, dia hanya bisa mematung dalam balutan gaun merah muda dengan sepatu hak tinggi. Om-ku membawa Salsa ke acara keluarga kami, telingaku tiba-tiba menjadi tuli dan mataku hanya terpaku pada wajahnya yang kini memucat meski dia mengenakan riasan. Aku tahu dia gugup, aku tahu dia terkejut dan tak menyangka akan bertemu denganku di rumah laki-laki yang membawanya.
ADVERTISEMENT
“DASAR PEREMPUAN GILA! TIDAK TAHU MALU KAMU YA JADI SIMPANAN SUAMI ORANG! MASIH BERANI KAMU DATANG KE SINI YA WANITA SIALAN!” teriakkan tante tak berhenti belum lagi ditambah dengan caci maki dari semua keluargaku. Aku hanya bisa diam sampai tiba-tiba tanganku ditarik oleh seseorang, aku menoleh dan menemukan Wiona berada di sampingku. “Dia yang sedari tadi dibicarakan oleh Tante, Om Herman memiliki simpanan dan rumah tangga Tante sudah berantakan sejak tiga bulan sebelumnya. Tante tahu tapi Om Herman sangat tergila-gila pada wanita itu, Abang tidak boleh melakukan hal yang sama! Dia tidak baik buat Abang” rajuknya.
Malam itu seharusnya keluarga kami berbahagia. Malam itu seharusnya aku yang mengenalkan Salsa pada seluruh keluargaku tapi semua itu berakhir tante yang harus ditenangkan oleh para tetangga dan juga RT setempat. Di malam yang sama hubunganku dengan Salsa berakhir, begitu juga dengan pernikahan om dan tanteku. Tidak ada keluarga yang menerima jika salah satu anggotanya tersakiti, terlebih di keluargaku ada dua sekaligus.
ADVERTISEMENT
Aku jadi berpikir sikapnya yang sangat menghargai privasi pasangan bukanlah suatu hal yang benar-benar baik melainkan dia memiliki tujuannya tersendiri. Dia tidak ingin aku tahu kalau dia adalah wanita simpanan dari om-ku. Begitu juga dengan akun sosial media yang selama ini tidak ingin dia bagikan, ternyata hidupnya sangat mewah dan berkelas mungkin hasil dari om-ku atau pria-pria lain. Entahlah tapi yang jelas itu menjadi pelajaran sekaligus tamparan buatku pada sikap wanita yang sangat berlebihan adalah tanda kalau dia kekurangan perhatian juga kasih sayang pasangannya.