Pengalaman Pertama Jadi Istri Kawin Kontrak WNA di Jakarta

Cinta dan Rahasia
Mulailah membaca dengan Bismillah, akhiri dengan Istighfar. Kisah didramatisir dari kisah nyata.
Konten dari Pengguna
22 Oktober 2021 11:42 WIB
·
waktu baca 9 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Cinta dan Rahasia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Dok.Pixabay.com
zoom-in-whitePerbesar
Dok.Pixabay.com
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Disclaimer: Cerita ini hanyalah fiksi
Aku tumbuh dan besar dari keluarga yang taat sekali dengan agama, meski kepepet uang aku masih tidak berani untuk ikut menjajakan tubuhku seperti kebanyakan teman kantorku. Mereka secara terbuka ikut aplikasi demi mendapatkan pelanggan harian dengan ketentuan juga tarif tertentu tapi berulang kali ditawarkan, aku menolak. Aku masih takut untuk mendapatkan uang mudah dengan cara seperti itu, baik dari segi kesehatan maupun agama.
ADVERTISEMENT
Beberapa kali aku sempat tergiur karena mereka bisa mendapatkan jutaan dalam semalam, berbeda denganku yang hanya mengandalkan gaji dari perusahaan saja. Setengah mati mengatur pemasukan untuk pengeluaran yang segunung, belum lagi hutang yang harus kubayar demi menutup bulan sebelumnya. Mereka sangat royal untuk memberiku pinjaman bahkan secara cuma-cuma tapi tetap saja aku tidak enak kalau terus datang pada temanku.
Tempatku bekerja merupakan perusahaan multinational, banyak WNA yang datang silih berganti sesuai permintaan atau keperluannya mengurus perusahaan ini di Indonesia. Namun temanku tidak ada yang mau dengan bule-bule itu karena menganggap kalau mereka adalah rekan kerja, “takut kalau dia akan membocorkan rahasia” begitu kata temanku. Dari dulu aku memang mendambakan pria bule dengan jenggot tipis, hidung mancung, bermata biru, dan berdada bidang karena rasanya sangat aman jika dia memelukku.
ADVERTISEMENT
Kebetulan saat itu rekan kerja baru di bidang IT datang dari Italia, posturnya sangat sesuai dengan apa yang aku inginkan selama ini. Namun semua balik lagi pada pertimbanganku tentang dua hal tadi, sebenarnya aku bisa saja nekat karena kedua orang tuaku sudah tidak lagi di Jakarta tapi tetap saja perasaan itu sangat mengganjal di hati. Pria bule itu bernama Stefian, diam-diam aku sering curi pandang ke arahnya dan masih dalam hitungan jari ia sempat memergokiku beberapa kali.
Sebenarnya aku malu tapi mungkin karena sudah mendamba laki-laki seperti itu sejak lama, aku masih tetap memandanginya dalam diam. Hanya satu temanku yang tahu kalau aku mulai ‘gila’ Stefian dan hampir setiap hari membicarakan kelakuannya meskipun itu tak ada hubungannya denganku. Sampai di bulan ketiga, HRD memanggilku secara personal untuk menghadap ke ruangannya tapi saat itu aku tidak terpikirkan berpikir kekagumanku akan berujung pada masalah yang serius.
ADVERTISEMENT
“Belakangan ini Stefian selalu mengatakan pada saya kalau ada wanita yang membuntutinya ke mana pun, dia merasa tidak nyaman dengan tatapan itu tapi saat saya tanya dia tidak tahu yang mana orangnya” ucap HRD-ku membuka percakapan. “Dia meminta saya untuk memantaunya dan beberapa kali saya melihat kamu memandanginya dengan tatapan yang tidak biasa, kini saya tahu kalau wanita yang dikatakan Stefian adalah kamu. Sebenarnya kenapa kamu selalu mengikuti Stefian seperti itu?” Tanyanya, aku hanya bisa tertunduk malu karena tidak tahu kalau tindakanku sudah membuatnya merasa tidak nyaman.
“Tidak ada apa-apa, saya hanya selalu mendambakan pria seperti dia dan mungkin sikap saya salah hingga membuat dia merasa tidak nyaman. Tolong sampaikan maaf saya padanya, saya tidak bermaksud membuat dia merasa ketakutan dan tidak nyaman seperti itu. Saya hanya mengaggumi karena dia adalah selera pria yang saya suka selama ini” jawabku. “Okee, tapi saya harap ini tidak terjadi lagi Yunita. Kamu tidak bisa membuat orang lain merasa tidak nyaman hanya karena kamu menyukainya, di luar sana itu dianggap sebagai kriminal” sarannya.
ADVERTISEMENT
“Saya tahu dan tidak akan terulang lagi untuk ke depannya. Saya ingin pindah divisi agar tidak bisa bertemu dengan dia, apa boleh?” Tanyaku, “baiklah nanti akan saya pertimbangkan di mana sebaiknya kamu pindah” jawabnya. Hari itu menjadi hari paling memalukan buatku dan baru saja keluar dari ruangan HRD aku sempat berpapasan dengan Stefian tapi kali ini aku membuang muka lalu berjalan begitu saja melewatinya. Aku sudah cukup malu dengan teguran HRD hanya karena menyukainya dan seperti tidak ada muka lagi untuk menatap wajahnya.
Satu bulan kemudian aku masih tidak mendapatkan surat pindah divisi dan hari-hariku semakin tersiksa karena harus menganggap kalau Stefian tidak ada di saat aku ingin sekali memandangi wajahnya. Sampai suatu hari, HRD memanggilku kembali “mungkin sekarang saatnya aku pindah divisi dan tidak melihatnya lagi” pikirku tapi sesampainya di ruangan aku justru dikejutkan dengan kehadiran Stefian di sana. “Silahkan duduk” ucap HRD-ku dan dengan wajah malu aku selalu mengalihkan pandanganku darinya, “ada apa ya?” Tanyaku, “peraturan di perusahaan ini bahwa setiap rekan kerja dari luar negeri akan mendapatkan fasilitas hiburan dalam bentuk apa pun sesuai dengan hobi mereka dan untuk saat ini Stefian belum menentukan apa yang akan dia dapatkan” jawabnya.
ADVERTISEMENT
“Lalu apa hubungannya denganku?” Tanyaku lagi, “Stefian memilih kamu untuk menjadi pasangannya selama dia berada di sini” jawabnya, “apa tidak ada orang lain?” Tanyaku, “sebenarnya pihak perusahaan tidak menganjurkan untuk menjalin hubungan dengan sesama rekan kerja tapi Stefian berani menjamin kalau dia bisa bersikap profesional meskipun memiliki pasangan di divisi yang sama” jawabnya. “Beberapa kali kami sudah menawarkan orang lain untuk menjadi pasangan tetapnya selama berada di Indonesia tapi bermula dari ketidaknyamanan kemarin akhirnya Stefian memutuskan untuk memilih kamu karena dia merasa kehilangan seseorang yang selama ini memerhatikannya” tambahnya.
“Aku bukan wanita yang bisa disewa begitu saja, kalau mau mungkin aku sudah menghasilkan banyak uang” jawabku, “bagaimana kalau kawin kontrak? Kalian resmi sebagai pasangan suami-istri tapi dalam waktu yang sudah ditentukan di dalam surat perjanjian” tawarnya. Kupikir itu adalah ide yang bagus, aku tidak berzinah tapi bisa memiliki pria dan juga mendapatkan nafkah selayaknya seorang istri. “Tapi apa dia mengerti dengan hal seperti itu?” Tanyaku, “itu perkara mudah nanti akan saya jelaskan apa yang boleh dan tidak boleh dia lakukan selama menjalin kawin kontrak dengan kamu” jawabnya.
ADVERTISEMENT
Aku menoleh ke arah Stefian dan dia tersenyum manis seolah sudah menanti-nantikan momen itu, lalu HRD menjelaskan padanya apa yang kumau sesuai dengan prosedur perusahaan. Stefian mengangguk mengerti dan tidak masalah dengan kawin kontrak yang sudah kuminta dari HRD “kalian sudah mengerti apa yang harus dilakukan dan saya juga sudah menjadi penengah di antara kalian. Selebihnya itu sudah menjadi urusan dan tanggung jawab kalian ya, saya hanya mengingatkan agar bisa berperilaku profesional dalam pekerjaan, itu saja” ucapnya.
Setelah kami keluar dari ruangan Stefian langsung meminta nomor kontakku dan mengatur janji temu usai jam kantor. Aku merasa semua itu adalah mimpi, tidak pernah menyangka kalau seorang pria bule seperti Stefian akan memilihku langsung sebagai pasangannya walau hanya sementara. Kabar bahagia itu tidak kubagikan dengan siapa pun, aku tidak ingin ada orang yang tahu tentang kami termasuk sahabatku, Ineke.
ADVERTISEMENT
Aku menepati janji untuk bertemu dengannya di tempat karoke dengan pilihan ruangan tertutup, “mungkin dia juga tidak ingin ada yang tahu tentang hubungan kami” pikirku. Dia tersenyum saat melihat aku memasuki ruangan dan di sana sudah tersedia beberapa camilan juga minuman, “aku sudah menunggumu daritadi” ucapnya, “maaf aku tersesat saat mencari nomor ruangannya” jawabku, “oke tidak masalah yang penting kamu sudah ada di sini” sahutnya. “Maaf kalau aku pernah mengadukan sikapmu pada HRD, saat itu aku merasa jengkel karena kamu selalu memerhatikanku dengan tatapan yang membuat aku tidak nyaman tapi setelah hari itu. Aku melihat kamu dengan wajah sebal saat keluar dari ruangan HRD, di saat yang sama aku tahu kalau aku sudah menyinggung hati kamu” jelasnya.
ADVERTISEMENT
“Aku memang kesal karena sebenarnya aku tidak merasa menggangu kamu, mungkin aku memang harus berada di tempat yang sama dengan kamu tapi itu tidak berarti aku membuntuti kamu” sahutku sebal. “Iya aku tahu, tapi di tempatku kami sangat waspada dengan seseorang yang menguntit dan itu bisa dianggap sebagai kriminal” jawabnya, “ya aku tahu itu makanya aku tidak pernah mau satu ruangan dengan kamu lagi, aku tidak ingin dituduh menjadi penguntit untuk yang kedua kalinya” sahutku.
“Kehadiran kamu dan tatapan itu membuat aku selalu berpikir apa yang harus kulakukan karena sebelumnya tidak pernah ada seorang pun yang melakukan itu padaku” balasnya, “tapi setelah kamu mengambil keputusan itu, aku tahu kalau tidak seharusnya aku membuat kamu merasa terpojokkan seperti itu dan meminta HRD untuk menahan kamu agar tidak dipindah divisi” tambahnya. “Jadi kamu yang membuat aku tidak kunjung mendapatkan surat pemindahan” sahutku.
ADVERTISEMENT
“Ketika kamu keluar, aku kembali menemui HRD untuk bertanya apa keputusan kamu tapi setelah lama berpikir aku meminta dia menahan surat pemindahan itu sampai aku menemukan cara untuk mendapatkan perhatianmu lagi” jawabnya. “Lalu kamu meminta aku menjadi pasangan sementara kamu di sini?” Tanyaku, “karena hanya itu yang bisa kulakukan, kamu sudah berhasil memasuki pikiranku selama satu bulan dan tidak mungkin aku mau menerima wanita lain di saat pikiranku hanya tertuju pada kamu” jawabnya.
“Tapi aku bukan wanita bayaran seperti yang mereka tawarkan” balasku, “aku tahu dan kalau kamu meminta untuk menikah ya lakukan saja, aku tidak keberatan untuk selalu bersama kamu selama di Indonesia” sahutnya. “Bagaimana isi kontraknya?” Tanyaku, “aku sudah menuliskan apa yang boleh dan tidak boleh kamu lakukan di sini, tapi intinya kamu tidak boleh meminta anak dariku dan menghubungiku setelah aku kembali ke Itali” jawabnya. Aku mengambil surat yang sudah ia letakkan di atas meja dan membacanya, syarat yang ia tulis memang hanya dua dengan keuntungan sangat besar untukku.
ADVERTISEMENT
“Lalu apa syarat dari kamu?” Tanyanya dan gentian aku yang memberikannya daftar apa saja yang boleh dan tidak boleh dilakukan. “Hmm bisa diterima karena aku juga tidak suka bermain kasar saat melakukan seks dan kukira kita sudah sepakat dengan ketentuan masing-masing” jawabnya, “jadi kapan aku bisa menikah dengan kamu?” tambahnya. Satu bulan kemudian aku dan Stefian sudah resmi menjadi suami-istri, dia membelikanku apartemen tersendiri agar selalu bisa bersamanya.
Kami sepakat untuk merahasiakan pernikahan kami dari siapa pun karena takut ada orang lain yang akan membocorkannya ke publik. Saat berada di kantor, aku bersikap seolah tidak mengenalnya dan itu yang membuat dia semakin penasaran denganku lalu melampiaskannya saat kami sudah berada di kamar. Aku mendapatkan pengalaman yang berbeda selama bersama Stefian mulai dari seks hingga percintaan. Impianku untuk menjadi pasangan bule akhirnya terpenuhi tanpa perlu berzina dan kebetulan Stefian adalah tipikal pria yang sangat romantis juga obsesi pada pasangannya.
ADVERTISEMENT
Ketika aku melakukan kesalahan di kantor, dia memberiku ‘hukuman’ untuk melayaninya dengan batasan tertentu. Bersama Stefian hidupku menjadi liar dan aku bisa menjadi diriku yang sebenarnya, tapi sayangnya semua kesenangan itu harus berakhir dua tahun lagi. Dia akan kembali ke Itali tanpa pernah tahu kapan datang ke Indonesia lagi, “kamu akan tetap jadi istriku selama aku berada di Indonesia” ucapnya, “kalau kamu kembali ke sana dan ada yang mau menikah denganku bagaimana?” Tanyaku, “kalau aku tidak ada, tidak masalah tapi kalau aku kembali maka aku akan merebut kamu dari dia, siapa pun orangnya” jawabnya.
Sebenarnya aku cukup bahagia menjadi istri kontrak Stefian, kami menjalaninya dengan penuh perasaan juga kehati-hatian. Rasanya tidak bisa terbayangkan kembali hidup tanpanya, membayangkan dia akan kembali ke pelukan istrinya di sana saja sudah membuatku cemburu tapi lagi-lagi aku harus menghormati kontrak yang sudah kami sepakati. Stefian akan tetap memberikan aku uang selama belum menikah dengan siapa pun, kalau pun sudah maka dia akan merebutku kembali saat sudah berada di Indonesia lagi.
ADVERTISEMENT