Sejarah Singkat Kencan dan Hati yang Kesepian

Cinta dan Rahasia
Mulailah membaca dengan Bismillah, akhiri dengan Istighfar. Kisah didramatisir dari kisah nyata.
Konten dari Pengguna
20 September 2020 14:32 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Cinta dan Rahasia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Pasangan. Foto: LollipopPhotographyUK from Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Pasangan. Foto: LollipopPhotographyUK from Pixabay
ADVERTISEMENT
Sejarah kencan saat ini sebenarnya hampir sama dengan masalah pada tahun 1930-an, 1840-an, dan bahkan 1780-an, di mana mengkhawatirkan status keuangan, atau apakah seseorang akan bertahan hidup lama untuk pasangan dan anaknya kelak. Tak hanya itu, meyakinkan orang tua merupakan kunci dari awal mula hubungan yang serius. Melansir dari History Extra, berikut sejarah singkat kencan yang wajib untuk diketahui bagi generasi milenial.
ADVERTISEMENT
Masa muda merupakan masa di mana orang dimabuk asmara. Oleh karena itu, baik pria dan wanita selalu memperhatikan penampilan, dan berdandan sebaik mungkin. Wanita pada zaman Victoria, misalnya, mengenakan gaun yang dipotong untuk perlihatkan setengah bagian dada, serta kalung mutiara terlampir menawan pada leher mereka. Sementara, beberapa pria Edwardian lebih suka mengenakan korset dan senang dengan sensasi tali yang ketat.
Ilustrasi Pasangan. Foto: PublicDomainPictures from Pixabay
Saat seseorang merasakan sudah cukup percaya diri akan penampilannya, maka saatnya untuk mencari teman kencan. Orang-orang Georgia tergila-gila dengan iklan ‘hati yang sepi’, di mana mereka akan menulis dan mempromosikan dirinya melalui surat kabar, seperti Times. Kedai kopi di London dipenuhi dengan surat perkawinan, sementara orang pada era Victoria menetapkan biro pernikahan, sebuah agensi mak comblang untuk kelas menengah, melalui foto dan detail hobi mereka.
ADVERTISEMENT
Bertemu dengan wanita di jalan pada era Victoria adalah tantangan yang berat. Wanita tidak boleh dikenalkan kepada pria, tetapi pria yang harus dikenalkan pada wanita. Selain itu, tidak boleh menawarkan payung kepada wanita di jalan. Warga kelas menengah Victoria menganut ritual rumit dalam meladeni godaan pria, dan melakukan kunjungan dengan etiket yang ketat.
Awal abad ke-20, orang mungkin akan membayangkan bagaimana pasangan bertemu secara realistis, harapan mereka tidak terganggu oleh rumah impian atau tubuh indah yang menghantui media kontemporer. Namun, pada era 1920-an, ledakan dunia perfilman mengubah persepsi orang untuk menikahi orang terkaya dan tercantik atau tertampan, ditambah lagi dengan standar hidup yang lebih tinggi.
Meskipun saat ini manusia hidup dalam buaian narsisme, faktanya orang Victoria memiliki versi Instagram sendiri, bertukar carte de visites, yaitu berupa cetakan potret kecil yang dikumpulkan dalam sebuah album berisi gambar selebriti dan bangsawan. Album-album ini dipertukarkan dalam godaan tetapi juga sebagai cara untuk menegaskan status sosial seseorang.
ADVERTISEMENT

Seks sebelum menikah

Seks pra-nikah seringkali menjadi norma bagi kebanyakan orang. Undang-undang untuk Rakyat Miskin 1834 menghukum wanita yang hamil tanpa suami.
Pada tahun 1918, Marie Stopes menulis buku Married Love yang menganjurkan manfaat cinta suami-istri, dan kesenangan fisik dalam pernikahan.
Dua belas tahun setelahnya, tepatnya pada 1930, Marjorie Hillis, menulis Live Alone and Like it, merekomendasikan agar wanita menjauhi perselingkuhan sebelum usia 30 tahun, sambil melihat fakta bahwa banyak wanita lajang yang mengundang pria ke rumahnya pada malam hari.
Sementara itu, pada tahun 1960-an, pil kontrasepsi sebenarnya hanya ditujukan untuk wanita yang sudah menikah. Terlebih lagi, sisi negatif dari perempuan yang mendapatkan pil, adalah di mana laki-laki akan cenderung lepas tanggung jawab dalam menggunakan alat kontrasepsi, seperti kondom.
ADVERTISEMENT

Pencarian Jodoh

Ketika keadaan mengharuskannya, orang-orang telah melakukan perjalanan ke negeri yang sangat jauh untuk mencari jodoh. Pada tahun 1930-an, wanita kelas menengah melakukan perjalanan ke kolonial India untuk mencari calon suami. Para wanita ini melakukan perjalanan dengan perahu ke pos terdepan kolonial. Namun, ada beberapa kasus wanita ini justru jatuh cinta dengan pria dalam perjalanannya.
Kemelut sejarah kencan juga dibumbui dengan hubungan sesama jenis bersamaan dengan pro dan kontra pada beberapa negara dengan regulasinya. Namun, ruang kencan saat ini jauh lebih bebas dari kategorisasi atau prasangka. Dengan kemajuan teknologi, seperti munculnya aplikasi kencan online yang memungkinkan orang bertemu jodohnya, membuat kencan menjadi sebuah hobi baru bagi beberapa orang.
Ilustrasi Pasangan. Foto: pexels from Pixabay