Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Suami Lebih Mementingkan Orang Lain, Aku Memilih Pria yang Peduli Padaku
6 November 2020 19:47 WIB
Tulisan dari Cinta dan Rahasia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Disclaimer: Cerita ini hanyalah fiksi
Ini adalah pengalaman buruk pernikahan yang pernah kualami. Aku harus berjuang melawan empat wanita sekaligus hanya untuk mendapatkan perhatian dari suami. Sejak awal menikah Curtis tidak pernah menjadikan aku prioritas, ia selalu lebih dulu mementingkan orang lain dibandingkan istrinya.
ADVERTISEMENT
Hampir dua tahun pernikahan, tidak ada yang berubah dari kebiasaannya meski sudah ku utarakan berkali-kali tentang hal ini. Puncaknya terjadi ketika dia berjanji akan berubah dan menjemputku di kantor. Hari itu hujan lebat sekali, aku yang sangat bersemangat ingin dijemput suami sudah berdiri di pinggir jalan untuk menyambutnya.
Aku tidak ingin Curtis menunggu dan membuatnya kapok menjemputku. Sudah kubayangkan hari itu, sepulang kerja, kami akan mampir ke beberapa tempat dan menghabiskan waktu bersama. Namun setelah hampir satu jam setengah menunggu di bawah hujan, mobilnya tak kunjung datang.
Tiba-tiba sebuah mobil sedan yang kukenali mulai melipir ke arahku dan membuka kacanya. "Suamimu belum jemput?" Tanyanya, aku hanya bisa menjawab dengan menggelengkan kepalaku "sudah berapa lama kamu di sini? Ayo masuk, aku antar pulang" ucapnya sambil membukakan pintu yang berada tepat di sampingnya.
ADVERTISEMENT
Tanpa pikir panjang sekaligus kesal, aku masuk ke dalam mobil Tomo dan duduk di sebelahnya. Mobil itu mulai melaju membelah hujan, sepanjang jalan aku hanya terdiam dan berusaha meredam kesalku. Selama menunggu tak satu pun panggilan teleponku diangkat oleh Curtis.
"Sudahlah, mungkin dia sedang sibuk" sahut Tomo yang seolah membaca pikiranku "aku menunggu satu setengah jam dan dia tidak ada pikiran untuk menghubungiku!" balasku kesal. Tak lama ponselku berdering dan memunculkan nama Curtis di sana "aku benar-benar lupa akan menjemputmu, aku baru saja mengantar kolegaku ke rumahnya karena sekarang hujan lebat," ucapnya.
Aku yang sudah kesal sedari tadi pun tak menanggapi ucapannya kemudian mematikan sambungan telepon itu. Tomo mengantarku hingga ke rumah, malamnya kepalaku sangat sakit dan tak menemukan obat yang biasa aku konsumsi di mana pun. "Kamu lihat di mana obatku?" Tanyaku pada Curtis karena seingatku, aku meminta tolong padanya untuk dibelikan yang baru saat ia belanja ke supermarket.
ADVERTISEMENT
"Aahhh..aku lupaaa!! Mannie tetangga kita memberiku banyak daftar belanjaan," jawabnya santai sambil memegang kertas panjang. Curtis dengan sigap mengambil kunci mobil dan membelikan aku obat yang baru. Setelah meminum obat itu, barulah aku bisa sedikit menenangkan diri.
Curtis tertidur lelap di sampingku, sedangkan aku terus berkutat dengan rasa kesal dan pikiranku sendiri. "Curtis bisa mengantar koleganya hingga keluar kota, ia bahkan pergi ke supermarket untuk menolong tetangga kami tapi ia tidak melakukan apa pun untukku!" Pikirku. Aku mulai membenci setiap wanita yang mampu mendapatkan perhatian Curtis lebih dari aku.
Berulang kali aku berusaha mengerti Curtis dan mencoba memperbaiki keadaan tetapi sepertinya ia tidak mempedulikan aku. Malam itu, aku memutuskan untuk beristirahat karena besoknya aku harus menghadiri rapat penting. Keesokan pagi aku mengecek rekening tabungan bersama aku dan Curtis tetapi betapa terkejutnya aku ketika melihat saldo di sana sudah habis tak bersisa.
ADVERTISEMENT
Aku segera bangkit dari tempat tidur dan mencari Curtis "ke mana semua uang tabungan kita? Aku ingin membeli sepatu hak tinggi baru" tanyaku padanya. "Aku kirim semuanya pada kakakku, dia butuh gaun baru. Sepatu hak tinggi kamu masih bagus, pakai saja yang itu" jawabnya sambil menunjuk salah satu sepatuku.
Dengan berat hati aku haru memakai sepatu lama yang sudah tidak nyaman menurutku. Namun aku tidak punya pilihan, sebentar lagi rapat penting yang harus kuhadiri akan segera dimulai. Aku menyambar sepatu itu dan bergegas ke luar.
Di jalan aku sedikit berlari agar dapat datang tepat waktu, tetapi tiba-tiba hak tinggiku patah dan aku tersungkur ke tanah. Tak ada lagi yang kuingat selain itu dan saat membuka mata, aku sudah berada di rumah sakit. Aku melihat kakiku di gips dan digantung dengan kain ke atas.
ADVERTISEMENT
Setelah sadarkan diri, aku menghubungi Curtis "aku menggunakan sepatu yang kamu pilih dan sekarang kakiku patah" ucapku. "Maaf sayang aku tidak bisa ke sana, aku sedang membantu ibu pindahan rumah" jawabnya kemudian mematikan telepon itu. Hari itu aku merasa benar-benar patah hati, kehadiranku seperti tak lagi diinginkan oleh suamiku sendiri.
Aku harus berjuang melakukan apa pun untuk mendapatkan perhatian Curtis, tetapi sepertinya aku kalah. Di tengah kesedihanku, Tomo datang dengan membawa sebuket bunga kesukaanku. "Aku segera datang setelah mendengar kabar tentangmu. Jadi bagaimana keadaanmu sekarang?" Tanyanya.
"Mulai membaik seperti yang kamu lihat" jawabku. Selama beberapa hari aku berada di rumah sakit, Tomo tak pernah meninggalkan aku. Ia selalu membantuku mengurus beberapa hal di rumah sakit. Tak satu hari pun Curtis mencoba menghubungi apalagi datang untuk melihat keadaanku.
ADVERTISEMENT
Saat Tomo tertidur, aku menyadari kalau selama ini dialah yang paling peduli padaku di saat suamiku sibuk menyenangkan orang lain. Curtis selalu memprioritaskan orang lain dan aku sudah tidak tahan lagi dengannya. Jadi saat aku kembali, aku dan Tomo mengemas semua barang Curtis dan meletakkannya di depan rumah.
Tak berselang lama, Curtis menemukan semua kopernya sudah berada di teras rumah. "Tunggu! Aku tidak tahu harus tinggal di mana. Beri aku waktu beberapa hari" pintanya. "Aku tidak peduli! Minta saja bantuan pada wanita yang selama ini kamu bantu!" Teriakku sambil menutup pintu.
Sejak saat itu, aku mulai hidup bersama orang yang paling peduli dan menghargaiku selama ini. Aku mengirimkan berkas perceraian ke pengadilan dan mengabaikan semua pesan permohonan maaf dari Curtis.
ADVERTISEMENT