Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Suami Menikahi Sahabatku Setelah Aku Melahirkan Anak Kembar Kami
6 Desember 2020 20:29 WIB
Tulisan dari Cinta dan Rahasia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Disclaimer: Cerita ini hanyalah fiksi
Saat itu aku terbangun lalu menghebohkan satu rumah sakit. Para dokter dan suster berhamburan menuju kamar dan memeriksa kondisiku. Aku hanya melihat banyak selang dan alat yang terpasang pada tubuhku, hal terakhir yang kuingat adalah aku melahirkan anak perempuan kembar.
ADVERTISEMENT
Berita tentang aku mulai tersebar dan orang tuaku segera datang menemuiku. "Ke mana anak dan suamiku?" Tanya aku pada ibu, dia hanya terdiam sambil melempar tatapan nanar ke arah ayah. Aku tidak mengingat apa pun, hanya perjalanan cintaku bersama Rob yang sangat melekat.
Aku dan Rob saling mencintai, kami tidak pernah membayangkan bagaimana rasanya hidup tanpa satu sama lain. Ketika Rob tahu bahwa aku sedang hamil, kami merasa menjadi pasangan paling bahagia di bumi. Menunggu si kembar lahir rasanya waktu berjalan begitu lambat tetapi mengesankan.
Hal terakhir yang kuingat saat kontraksi di perutku mulai terasa tak tertahankan dan aku tengah berada di keramaian. Seseorang menghubungi ambulans dan mereka dengan sigap membawaku ke rumah sakit. Di perjalanan aku sempat menghubungi Rob dan mengatakan kalau bayi kami akan segera lahir.
ADVERTISEMENT
Perasaan senang akan bertemu dengan dua wanita yang selama ini ditunggu-tunggu berujung menegangkan. Tak semudah itu mengeluarkan mereka dari perutku hingga rasanya semua saraf di tubuhku terputus karena aku mulai tidak merasakan apa pun. Aku hanya melihat kedua anakku lahir dengan selamat dan mendengar tangisannya yang begitu memekakkan telinga.
Setelah itu? Aku tidak ingat apa-apa. Pengelihatanku berubah menjadi hitam pekat dan kebisingan berubah menjadi sunyi. Ibu mulai menceritakan semua hal yang tidak ada dalam ingatanku. Ia mengatakan kalau aku sudah terbaring di rumah sakit dalam keadaan koma selama empat tahun.
Satu tahun setelah kelahiran si kembar, hampir setiap hari Rob datang untuk menemaniku tetapi setelah itu ia meminta pada dokter agar semua alat pendukung kehidupanku dilepas. Ibu menangis ketika menceritakan hal itu padaku, ia yang bersikeras pada dokter agar tetap membiarkan alat-alat itu tertanam di tubuhku berapa pun biayanya. Aku tak menyangka pria yang kucintai memiliki pemikiran untuk menyerah padaku begitu saja.
ADVERTISEMENT
Aku masih menjalani perawatan selama beberapa hari di rumah sakit dan setelah itu mereka memperbolehkanku pulang. Meski sudah dilarang ibu, aku tetap kembali ke rumah lamaku untuk bertemu dengan si kembar. Aku mengeluarkan kunciku tetapi pintu itu tidak bisa terbuka hingga seseorang membukanya dari dalam.
Rob menyambut kedatanganku bukan dengan wajah bahagia seperti yang kubayangkan "kenapa kunciku tidak bisa membuka pintu ini?" Tanyaku, "kita sudah bercerai tiga tahun lalu dan sekarang aku sudah menikah" jawabnya. Tak lama Suzan berjalan menghampirinya "kamu menikah dengan sahabatku?" Tanyaku, "apa yang bisa aku lakukan tanpanya? Kamu hanya terbaring di rumah sakit dengan banyak alat" jawab Rob.
Ucapannya sangat membuatku terpukul, aku tidak menyangka usahaku melahirkan anak kami akan menjadi bumerang untukku sendiri. "Aku ingin lihat anak-anakku" balasku, "mereka tidak mengenalmu dan sekarang mereka sudah memiliki ibu" jawabnya kemudian menutup pintu. Rob tidak mengizinkan aku bertemu dengan kedua putriku dan aku hanya bisa memandangi mereka dari jauh.
ADVERTISEMENT
Tiga hari setelah pertemuanku dengan Rob, aku menghubungi pengacaraku dan meminta hak asuh pada pengadilan. Kemudian ia mengajukan permohonanku ke pengadilan dan setelah menjalani beberapa persidangan, mereka mengizinkanku bertemu dengan si kembar. Mulanya mereka menatapku dengan tatapan asing tetapi setelah mendapat penjelasan dari para ahli, si kembar mulai mengenaliku.
Kehadiranku yang semakin sering ternyata membuat kenyamanan sendiri di antara mereka. Anak-anakku perlahan mulai lebih dekat meski aku masih harus mengenali sifat dan karakter mereka masing-masing. Satu tahun kemudian, Rob mengalami permasalahan yang sangat besar hingga pengadilan memutuskan anak-anak tinggal bersamaku.
Hari ketika Rob mengantar mereka ke rumahku, ia terlihat sangat kacau sedangkan anak-anak begitu gembira karena akan tinggal bersamaku. "Aku sangat bodoh sudah meninggalkan kamu begitu saja, sekarang aku dipecat dan Suzan pergi meninggalkanku" ucapnya. "Apa aku bisa meminta kesempatan kedua? Anak-anak membutuhkan ayahnya" tambah Rob. Tak lama aku merasakan tangan kekar memeluk pinggulku "mereka sudah memiliki ayah" jawabku. Sejak saat itu aku hanya bertemu dengan Rob hanya pada hari-hari tertentu saat ia menjemput anak-anak untuk menghabiskan waktu bersamanya.
ADVERTISEMENT