Ucapan Anakku Menyadarkan Aku dari Keputusasaan

Cinta dan Rahasia
Mulailah membaca dengan Bismillah, akhiri dengan Istighfar. Kisah didramatisir dari kisah nyata.
Konten dari Pengguna
7 Desember 2020 12:41 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Cinta dan Rahasia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Dok. Pixabay.com
Disclaimer: Cerita ini hanyalah fiksi
Pernikahan yang kubangun penuh cinta harus berakhir dengan kebencian. Tujuh tahun bersama sudah cukup untuk meleburkan semua cinta yang Alberto miliki. Satu per satu kenangan yang sudah kami ciptakan hilang begitu saja terhempas waktu.
ADVERTISEMENT
Hubungan yang seharusnya semakin menguatkan berubah menjadi saling menjatuhkan. Perhatian dan romantisme di antara kami sudah lama hilang, aku bahkan lupa kapan terakhir kali Alberto memberikan bunga dan perhatiannya untukku. Aku tak lagi merasa menjadi wanita yang dicintai sepenuhnya oleh suamiku.
Aku sungguh iri ketika tak sengaja melihat mereka yang tengah dimabuk cinta dan diperlakukan layaknya seorang wanita. "Kamu sangat cantik seperti biasanya" ucap salah satu pegawai supermarket tempat langgananku membeli semua kebutuhan "apa kamu bilang? Cantik? Apa kamu tidak lihat lemak di perutnya? Ia bahkan tidak mau berusaha untuk menghilangkannya!" Sahut Alberto. Itu bukan pertama kalinya ia mempermalukan aku di depan umum.
Seketika semua orang yang berada dalam antrean memandangi kami dengan tatapan asing. Rasanya aku ingin segera menghilang dari keramaian dan meninggalkan Alberto di sana. Puncak kemarahanku muncul ketika ia tak mau membantu aku memperbaiki saluran air di dapur. "Sayang bisa tolong bantu aku sebentar? Aku tidak bisa melakukannya sendiri" tanyaku, "apa kamu tidak lihat aku sedang istirahat?" Sahut Alberto.
ADVERTISEMENT
"Sayang apa kamu bisa bantu Mama?" Tanyaku pada Anna, anakku. "Ma aku sedang main!" Sahut Anna "lihat bahkan anak kita saja tidak mencintai kamu, jadi untuk apa aku mencintai kamu" timpal Alberto. Ia memang tak pernah membantuku tetapi selalu mempertanyakan apakah aku pantas mendapatkan cintanya? Bahkan setelah semua yang kulakukan untuknya.
Namun kali ini ucapan Alberto benar-benar membuat aku sakit hati dan benar-benar membencinya. Aku hanya membalikkan badan meninggalkan mereka dengan air mata yang mulai mengalir di pipiku. Hatiku rasanya hancur, aku merasa tidak ada lagi yang bisa menjadi alasan untukku bahagia. "Mama" panggil Anna, "ya sayang" sahutku sambil berusaha menghapus air mata. "Apa yang Papa katakan tidak benar, aku sangat mencintaimu lebih dari apa pun di dunia ini" ucapnya dengan wajah polos.
ADVERTISEMENT
Aku berjalan cepat menghampiri anakku dan memeluknya, "oh betapa kalimat itu yang ingin kudengar darinya dan ia melakukannya! Itu sudah cukup untukku" batinku. Kini aku tahu apa yang harus kulakukan, aku tak akan membiarkan Alberto bersikap semaunya padaku. Di hari yang sama aku mengemas semua baju aku dan Anna lalu memutuskan untuk pergi dari rumah Alberto.
"Kamu suami yang sangat malas dan mengerikan! Tapi aku tetap mencintai kamu dan kamu pikir aku adalah satu-satunya yang pantas mendapatkan cinta kamu?" Marahku sambil menggandeng Anna dan beberapa koper kami. Di hari yang sama aku dan Anna keluar dari rumah Alberto dan memulai hidup kami yang baru.
Aku menyewa sebuah apartemen yang tak jauh dari sekolah Anna dan mulai berkencan dengan pria yang tertarik padaku. Dua tahun kemudian saat aku dan Anna berada di sebuah taman, tiba-tiba Alberto menghampiri kami dengan penampilan yang sangat kacau. "Kamu terlihat sangat cantik" puji Alberto, "dia selalu cantik hanya saja kamu tidak melihatnya" sahut Peter, kekasihku.
ADVERTISEMENT
"Sayang apa kamu mau makan es krim dengan Papa?" Tanya Alberto pada Anna, "maaf tapi aku dan Mama mau pergi ke sinema bersama Peter" sahutnya. "Ayo sayang" ajakku, aku dan Anna meninggalkan Alberto begitu saja. Aku sudah bahagia sekarang, selama memiliki Anna dan Peter yang bisa memperlakukanku dengan sangat baik.