Konten dari Pengguna

6 Tips Bekerja Sama dengan Pasangan setelah Kehadiran Buah Hati

Cinta Setara
Promote Healthy, Happy Relationship for Indonesia's Young Adult through online education, offline event, P3K Support via email, and research.
6 November 2018 11:27 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Cinta Setara tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi keluarga (Foto: pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi keluarga (Foto: pixabay)
ADVERTISEMENT
Memiliki buah hati bisa jadi merupakan impian beberapa pasangan di kehidupan pernikahan. Kehidupan sepasang suami istri tentunya akan berubah setelah hadirnya si buah hati. Saat masih hidup berdua, kemungkinan besar hidup terasa lebih mudah dan santai.
ADVERTISEMENT
Contoh, dapat menghabiskan banyak waktu berdua atau sekedar melakukan hobi. Atensi pun lebih mudah terjaga karena hanya berinteraksi dengan satu orang, yaitu pasangan sendiri. Namun dengan adanya si buah hati, dapat menimbulkan beberapa perubahan dalam hidup yang perlu diadaptasi.
Perubahan yang paling terasa biasanya ada di saat bayi masih berusia newborn. Pasangan akan diuji dalam bagaimana berbagi tugas, memecahkan masalah, berkomunikasi, dan di saat bersamaan juga menjaga keharmonisan pernikahan. Semakin beranjak dewasa usia buah hati, maka kemungkinan akan semakin banyak pula perubahan yang perlu diadaptasi bersama.
Oleh karena itu, ada baiknya pasangan mulai belajar menyiasati cara bekerja sama dengan pasangan sedini mungkin. Agar terbentuk cara penyelesaian masalah yang baik, serta menghindari kemungkinan adanya konflik berkelanjutan yang akan menjadi bom waktu ke depannya.
ADVERTISEMENT
Berikut adalah beberapa tips cara bekerja sama dengan pasangan usai kehadiran si buah hati.
1. Komunikasikan Kebutuhanmu Secara Jelas
Ilustrasi Saling Mendengarkan (Foto: pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Saling Mendengarkan (Foto: pixabay)
Pasanganmu bukanlah peramal yang bisa membaca pikiranmu. Jadi, komunikasikanlah secara jelas dan terbuka apa yang menjadi kebutuhanmu. Misalnya, jika kamu merasa butuh bantuan dari pasanganmu, maka sampaikanlah maksudmu secara langsung, seperti dengan kalimat sebagai berikut “Aku memerlukan bantuanmu dalam mengasuh anak kita di malam hari, bisakah kamu bangun bergantian denganku sekitar jam 12 malam?”
Komunikasikanlah kebutuhanmu dengan intonasi bicara yang tenang dan hangat. Hindari sikap acuh dan pemberian kode semata kepada pasangan, untuk menghindari terjadinya miskomunikasi yang dapat memicu konflik
2. Buatlah Pembagian Tugas Secara Spesifik, namun Tetap Fleksibel
Ilustrasi pekerjaan (Foto: pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pekerjaan (Foto: pixabay)
Mengurus anak sendirian tentu bisa jadi sangat melelahkan. Maka, ada baiknya pasangan dapat membuat pembagian tugas yang jelas dan spesifik. Misalnya, ayah secara sukarela bisa bertugas mengganti popok di malam hari atau menyuapi ASIP di malam hari. Dengan begitu ibu dapat beristirahat dan menjadi lebih segar untuk melakukan tugas berikutnya.
ADVERTISEMENT
Namun, perlu diingat bahwa pembagian tugas ini juga bersifat fleksibel. Contoh, apabila ayah pulang larut malam karena lembur pekerjaan, ibu bisa menawarkan bantuan untuk mengganti popok di malam hari dan membiarkan ayah tidur lebih lama. Yang terpenting, komunikasikanlah kebutuhanmu.
3. Tawarkan Bantuan
Ilustrasi menawarkan bantuan (Foto: pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi menawarkan bantuan (Foto: pixabay)
Ketika melihat pasangan kesulitan atau kelelahan dalam mengurusi si buah hati, tawarkanlah bantuan. Dengan begitu pasangan akan merasa senang karena tetap mendapat perhatian walaupun tidak lagi hidup hanya berdua.
4. Tunjukkan Rasa Terima Kasih serta Saling Menghargai
Jadikanlah kebiasaan ini hal yang otomatis untuk dilakukan. Ucapkan terima kasih dengan tulus kepada pasangan. Tunjukkan bahwa kamu menghargai jerih payahnya untuk terlibat. Kalimat sesederhana ini, pasti mampu menambah semangat pasangan karena merasa dihargai. “Terima kasih sudah membantu menidurkan si Kecil, aku bangga sekali punya suami seperti kamu!”
ADVERTISEMENT
5. Jadilah Pendengar yang Baik
Ilustrasi pendengar yang baik (Foto: pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pendengar yang baik (Foto: pixabay)
Ada kalanya hari terasa berat dan penat saat mengurus si buah hati. Ketika pasangan mencurahkan isi hatinya, jadilah pendengar yang baik. Sediakan waktu dan atensi mu untuk mendengarkannya. Jika memang tidak diperlukan, tidak perlu berkomentar. Hanya didengarkan dan dimengerti kadang sudah cukup membuat pasanganmu merasa lebih lega
6. Sediakan Waktu untuk Berdua
Walaupun sudah tidak lagi hidup berdua saja, bukan berarti sudah tidak ada lagi waktu untuk bercengkrama. Luangkanlah waktu untuk tetap melakukan aktivitas berdua. Mulai dari mempertahankan ritual makan bersama, mengobrol sebelum tidur, sampai pergi berdua dan menitipkan si buah hati pada orang terpercaya jika memang memungkinkan.
Dengan begitu, keharmonisan hubungan dapat tetap terjaga dan dapat menjadi fondasi kuat untuk menghadapi babak-babak baru di kehidupan pernikahan. Cobalah menerapkan langkah-langkah di atas, dan diskusikan hasilnya bersama pasangan.
ADVERTISEMENT
Jika dirasa bermanfaat, maka teruslah lakukan langkah-langkah tersebut sampai akhirnya dapat menjadi kebiasaan baru. Selamat menikmati kehidupan pernikahan yang tentunya lebih berwarna dengan kehadiran sang buah hati!
Penulis: Pustika Rucita,B.A., M.Psi, Psikolog Tim Psikolog Cinta Setara. Praktik di International Wellbeing Centre. Tim Penulis Buku Anti Panik Menjalani Kehamilan