Konten dari Pengguna

Keraton Solo dan Pura Mangkunegaran Eksis Lestarikan Budaya Jawa di Solo

Cintia Yuliani
Mahasiswa Program Studi Tadris Bahasa Indonesia UIN Raden Mas Said Surakarta
3 April 2024 11:06 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Cintia Yuliani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Keraton Solo (Sumber Pribadi/Cintia Yuliani)
zoom-in-whitePerbesar
Keraton Solo (Sumber Pribadi/Cintia Yuliani)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Indonesia kaya akan kebudayaannya, mulai dari segi kesenian, tradisi, adat istiadat, dan masih banyak lagi. Hampir semua daerah yang ada di Indonesia pasti memiliki kebudayaan yang masih dijunjung tinggi dan dilestarikan sampai Sekarang. Seperti di Kota Solo, terkenal dengan kota budaya yang masih lekat dan lestari hingga sekarang.
ADVERTISEMENT
Ditambah dengan adanya dua keraton di pusat kota memperkokoh kebudayaan dan tradisi-tradisi Jawa yang ada di kota tersebut. Keraton tersebut yakni Keraton Surakarta atau Keraton Solo dan Pura Mangkunegaran. Walaupun masih satu wilayah, tetapi di antara keduanya memiliki ciri khas masing-masing. Mulai dari segi tariannya, tradisi, dan adat istiadat yang ada di Keraton Surakarta maupun Pura Mangkunegaran.
Keraton Surakarta berdiri lebih dulu daripada Pura Mangkunegaran. Keraton Surakarta atau Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat ini awalnya berdiri pada tahun 1745. Dulunya Keraton Surakarta adalah pusat pemerintahan Kerajaan Mataram, yang awalnya berada di Desa Kartasura hingga berpindah ke Desa Sala atau sekarang sering kita sebut sebagai Kota Surakarta.
Setelah adanya perjanjian Giyanti pada tahun 1755, menghasilkan keputusan pembagian wilayah Keraton menjadi dua yaitu berada di Jogja dan Solo yang terpecah menjadi Keraton Surakarta dengan Keraton Yogyakarta. Kedudukan Kerajaan Mataram pun berakhir, karena adanya perjanjian tersebut.
ADVERTISEMENT
Sedangkan awal mula berdirinya Pura Mangkunegaran, karena adanya Perjanjian Salatiga yang ditandatangi oleh Raden Mas Said atau disebut sebagai Pangeran Sambernyawa pada tahun 1757. Setelah menetapkan Perjanjian Salatiga, Raden Mas Said ditetapkan sebagai Raja pertama Pura Mangkunegaran yang memiliki gelar Mangkunegara I.
Itulah sekilas tentang sejarah adanya Keraton Surakarta dan Pura Mangkunegaran yang sekarang menjadi cagar budaya setelah adanya pengakuan de facto pada tahun 1956.
Dengan adanya cagar budaya membuat daya tarik wisatawan lokal maupun luar untuk berkunjung. Cagar budaya yang ada di suatu daerah juga bisa menaikan taraf ekonomi dan kesejahteraan masyarakat di sekitarnya. Daerah tersebut menjadikan kelebihan tersendiri yang berbeda dari daerah lain.
Kelebihan tersebut menjadi daya tarik dan keunikan tersendiri dari suatu daerah. Dilihat dengan perkembangan yang luar biasa di Kota Solo dari sektor budayanya menjadikannya tak kalah dari kota kota-kota lain.
ADVERTISEMENT
Kedua cagar budaya tersebut yakni Keraton Surakarta dan Pura Mangkunegaran masing-masing pun memiliki museum yang menjadi salah satu cara untuk melestarikan budaya dan peninggalan leluhur. Selain itu, di Pura Mangkunegaran pun memiliki restoran bernuansa kerajaan yang dinamai Pracima Tuin.
Pracima Tuin ini adalah cara Pura Mangkunegaran untuk tetap melestarikan makanan tradisional khas Pura Mangkunegaran agar tidak punah. Terdapat pula, event-event yang diadakan oleh Pura Mangkunegaran dengan mengkombinasikan budaya Jawa dengan budaya modern saat ini.
Tidak kalah dengan Keraton Surakarta yang menjungjung tinggi tradisi-tradisinya yang masyarakat sekitar juga dapat merasakan dan menyaksikan tradisi-tradisi yang sering digelar di Keraton Surakarta.
Disekitar Keraton Surakarta pun memiliki banyak situs cagar budaya, di antaranya Masjid Agung dan Masjid Paromosono sebagai masjid tua di Kota Solo, Dalem Joyokusuman rumah Pakubuwana ke IX, alun-alun yang menjadi pusat anak muda maupun tua menghabiskan akhir pekannya, dan masih banyak lagi beberapa cagar budaya lainnya.
ADVERTISEMENT
Di samping kedua cagar budaya tersebut, terdapat pula Taman Sriwedari. Di dalamnya terdapat pementasan wayang orang yang digelar setiap hari Senin sampai abtu. Ke eksistensiannya pun sekarang sudah lebih di lirik oleh masyarakat maupun wisatawan luar kota yang datang ke Kota Solo.
Ada pula pusat penjualan batik yaitu Batik Kauman dan Pasar Triwindu yang menjual berbagai barang antik di Kota Solo. Keduanya pun menjadi salah satu tujuan wisatawan untuk berkunjung ke Kota Solo.
Karena adanya cagar budaya dan kebudayaan di Kota Solo yang masih tetap di jaga sampai sekarang menjadikan Kota Solo di lirik oleh wisatawan. Hal ini juga membuat perekonomian masyarakat Solo meningkat, karena dampak dari kebudayaan Kota Solo yang tetap mempertahankannya.
ADVERTISEMENT