Konten dari Pengguna

Swasembada Pangan di Era Prabowo: Jalan Panjang Menuju Kemandirian

Ciptaning Yodya DP
Statistisi Ahli Muda BPS Provinsi D.I.Yogyakarta
10 Februari 2025 13:39 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ciptaning Yodya DP tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pangan adalah pilar utama bagi ketahanan sebuah bangsa. Oleh sebab itu, Presiden Prabowo Subianto menjadikan swasembada pangan sebagai prioritas utama dalam visinya, Asta Cita. Ambisi ini bukan sekadar retorika politik, tetapi sebuah tantangan besar yang harus diwujudkan dengan aksi nyata.
Padi siap panen. Sumber: koleksi pribadi.
zoom-in-whitePerbesar
Padi siap panen. Sumber: koleksi pribadi.
Namun, mencapai kemandirian pangan bukanlah perkara mudah. Indonesia harus mampu memenuhi kebutuhan lebih dari 270 juta jiwa setiap hari. Ketergantungan terhadap impor beras dan komoditas pangan lainnya masih tinggi. Sementara itu, petani sebagai garda terdepan ketahanan pangan kerap berhadapan dengan harga pupuk yang mahal, perubahan iklim yang tidak menentu, serta alih fungsi lahan pertanian yang semakin masif.
ADVERTISEMENT
Di tengah berbagai tantangan ini, muncul pertanyaan besar: bisakah kita benar-benar mencapai swasembada pangan? Untuk menjawabnya, mari kita lihat lebih dalam.
Produksi Padi: Kabar Baik atau Tantangan Baru?
Badan Pusat Statistik (BPS) baru-baru ini merilis data bahwa produksi padi pada awal 2025 meningkat hingga 50% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Ini tentu menjadi kabar menggembirakan, terutama bagi pemerintah yang menargetkan swasembada pangan dalam tiga tahun ke depan. Tetapi, apakah peningkatan ini terjadi secara merata di seluruh wilayah Indonesia? Sayangnya, tidak.
Di Nusa Tenggara Barat (NTB), misalnya, produksi padi justru mengalami penurunan sebesar 5,53% sepanjang 2024. Kasus ini menunjukkan bahwa meskipun ada peningkatan secara nasional, ketimpangan produksi di berbagai daerah tetap menjadi masalah serius. Jika dibiarkan, kenaikan produksi di satu wilayah dapat terimbangi oleh penurunan di wilayah lain, sehingga target swasembada pangan menjadi sulit tercapai.
ADVERTISEMENT
Selain itu, faktor perubahan iklim juga menjadi ancaman besar. Fenomena El Nino yang menyebabkan musim kering lebih panjang berkontribusi pada penurunan produksi padi di beberapa daerah. Tanpa sistem irigasi yang memadai dan kebijakan mitigasi yang efektif, peningkatan produksi dapat dengan mudah terganggu oleh faktor alam.
Kontribusi Sektor Pertanian dalam Ekonomi Nasional
Pertanian masih menjadi sektor penting dalam perekonomian Indonesia. Data BPS menunjukkan bahwa sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan memberikan kontribusi besar terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di banyak provinsi.
Di Jawa Tengah dan Jawa Timur, misalnya, sektor ini tetap menjadi penopang utama ekonomi dengan kontribusi lebih dari 20% terhadap PDRB. Namun, di kawasan perkotaan dan industri, peran pertanian mulai menurun secara signifikan.
ADVERTISEMENT
Ini menjadi tantangan besar bagi swasembada pangan. Jika sektor pertanian semakin tidak menarik bagi generasi muda dan semakin banyak lahan produktif beralih fungsi menjadi kawasan industri atau perumahan, bagaimana kita akan memastikan ketahanan pangan di masa depan?
Langkah Nyata Mewujudkan Swasembada Pangan
Agar swasembada pangan tidak hanya menjadi janji kampanye, beberapa langkah konkret harus segera diimplementasikan:
1. Optimalisasi Lumbung Pangan
Program food estate atau lumbung pangan yang dikembangkan di berbagai daerah seperti di Kalimantan Tengah dan Sumatera Utara harus diawasi dengan ketat agar benar-benar produktif dan tidak hanya menjadi proyek mercusuar tanpa dampak nyata.
2. Modernisasi Pertanian
Para petani harus didorong untuk mengadopsi teknologi pertanian canggih, seperti drone pemantau lahan, sistem irigasi pintar, serta benih unggul yang tahan terhadap perubahan iklim.
ADVERTISEMENT
3. Pembangunan Infrastruktur Pertanian yang Memadai
Infrastruktur pertanian harus menjadi prioritas, bukan hanya pembangunan jalan tol dan bandara. Akses jalan ke sentra pertanian, fasilitas penyimpanan hasil panen, serta sistem distribusi yang lebih efisien harus diperkuat.
4. Perlindungan Petani dari Kerugian
Harga pupuk yang mahal dan biaya produksi yang terus meningkat menjadi kendala besar bagi petani. Pemerintah harus memastikan adanya subsidi pupuk yang tepat sasaran serta memberikan jaminan harga jual hasil panen yang menguntungkan petani.
5. Pengendalian Alih Fungsi Lahan Pertanian
Ribuan hektare sawah terus berkurang akibat alih fungsi menjadi kawasan industri dan properti. Tanpa regulasi yang ketat, kita akan kehilangan lahan produktif dan semakin bergantung pada impor. Oleh karena itu, kebijakan perlindungan lahan pertanian harus diperkuat.
ADVERTISEMENT
6. Diversifikasi Pangan untuk Mengurangi Ketergantungan pada Beras
Mengapa kita harus selalu bergantung pada beras? Indonesia memiliki berbagai sumber pangan alternatif seperti jagung, ubi, sagu, dan sorgum yang dapat dikembangkan. Pemerintah harus mendorong diversifikasi pangan agar ketahanan pangan lebih beragam dan berkelanjutan.
Swasembada Pangan: Mimpi atau Kenyataan?
Swasembada pangan adalah cita-cita besar yang harus diperjuangkan secara serius. Namun, untuk mewujudkannya, kita tidak hanya perlu meningkatkan produksi, tetapi juga memastikan distribusi yang merata, melindungi petani, dan menjaga keberlanjutan sektor pertanian.
Meskipun data terbaru menunjukkan tren peningkatan produksi padi, tantangan yang dihadapi tetap besar, mulai dari ketimpangan antarwilayah, perubahan iklim yang tidak menentu, hingga alih fungsi lahan yang semakin masif.
Jika pemerintah benar-benar ingin mencapai swasembada pangan dalam tiga tahun ke depan, maka kebijakan yang diterapkan harus konkret dan berkelanjutan. Tidak cukup hanya dengan proyek jangka pendek, tetapi diperlukan perubahan sistemik yang mampu memperkuat sektor pertanian secara menyeluruh.
ADVERTISEMENT
Kini saatnya memastikan bahwa pangan kita tidak hanya cukup untuk hari ini, tetapi juga terjamin untuk generasi mendatang. Sebab, bangsa yang tidak mampu memenuhi kebutuhan pangannya sendiri akan selalu berada dalam ketergantungan terhadap negara lain.
Jadi, pertanyaan yang harus kita ajukan bukan lagi apakah swasembada pangan itu mungkin?, tetapi seberapa besar komitmen kita untuk mewujudkannya?
Sumber:
1. Berita Resmi Statistik No. 15/02/Th.XXVIII, 3 Februari 2025
2. Berita Resmi Statistik No. 17/02/Th.XXVIII, 5 Februari 2025
Ciptaning Yodya Dian Pratiwi
Statistisi Ahli Muda BPS Provinsi DIY