Areal Pertanian di Indramayu "Diserang" Kawanan Burung

Konten Media Partner
9 Juli 2019 17:33 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Petani di Kecamatan Indramayu, Kabupaten Indramayu menggunakan tali plastik untuk mengusir burung yang kerap hinggap di areal pertanian dan merusak tanaman padi. (Nafis)
ciremaitoday.com, Indramayu, - Meski bebas dari kekeringan, petani di Kecamatan Indramayu, Kabupaten Indramayu tetap dihadapkan masalah akibat serangan hama burung. Tak ayal, berbagai cara dilakukan untuk mengusir burung agar tidak hinggap di areal pertanian.
ADVERTISEMENT
“Pakai jaring biar hemat,” ungkap Toyib, salah seorang petani di Kecamatan Indramayu.
Jaring tersebut dibentangkan di atas tanaman padi. Harapanya burung yang hinggap tersangkut jaring, sehingga tidak memakan bulir padi. “Kalau dibiarkan bisa-bisa padi habis,” keluhnya.
Dengan cara tersebut, Toyib tetap harus terjun ke sawah khususnya di waktu pagi dan sore hari untuk memantau tanamannya. Sebab, hama burung tersebut datang ke areal pertanian di waktu makan.
Sementara itu Rasja, petani di Desa Pabean Udik, Kecamatan Indramayu, memilih menggunakan tali plastik khusus untuk mengusir burung. “10 ribu per 15 meter, dahulu hanya 7 ribu,” ujarnya.
Petani di Desa Pabean Udik, Kecamatan Indramayu, misalnya, memilih menggunakan tali plastik khusus untuk mengusir burung. (Nafis)
Alasan Rasja memilih tali plastik untuk mengusir hama burung karena ia tidak punya jaring. Dijelaskan Rasja mengenai cara kerja tali khusus itu, tali tersebut diikaitkan pada sebuah bambu.
ADVERTISEMENT
Kemudian ditancapkan ke areal persawahan, kibaran tali akan mengusir burung yang tengah terbang diatas tanaman. “Praktis, tinggal tali diikat di bambu dan ditancapkan ditanah persawahan,” terangnya.
Meskipun harus mengeluarkan modal, namun Rasja mengakui jika caranya itu dalam mengusir hama burung dinilai lebih hemat. Ketimbang dengan menggunakan petasan. “Kalau menggunakan petasan gak sanggup modalnya,” keluhnya. (*)
Penulis : Nafis
Editor : Tomi Indra Priyanto