Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.8
Konten Media Partner
Cerita Abah Lurah Edi, si Penunggu Kampung 'Mati' di Kuningan
15 Februari 2021 10:14 WIB

ADVERTISEMENT
Ciremaitoday.com, Kuningan, - Abah Lurah Edi, salah satu tokoh di dusun Cimeong, Desa Cilayung, Kecamatan Ciwaru, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat merupakan satu-satunya warga yang menolak pindah dan direlokasi dari tempat tinggalnya saat longsor dan pergerakan tanah terjadi di desanya.
ADVERTISEMENT
Abah Lurah Edi tetap memilih bertahan dan tinggal di rumah kediamannya di dusun Cimeong dan menolak untuk ikut relokasi yang disediakan oleh Pemkab Kuningan.
Dalam beberapa kesempatan di kanal Youtube, Abah Edi mengaku bertahan di dusun Cimeong karena ingin mempertahankan adat dan budaya nenek moyang di dusun tersebut.
"Saya sudah empat tahun disini. Saya memilih tidak ikut relokasi karena dusun ini harus ada yang menjaga," kata dia.
Untuk kebutuhan sehari-hari, ia mengaku tercukupi. Banyak warga sekitar dan keluarga yang mengirim makanan ke rumah kediamannya. Di lokasi ini, abah bisa bertahan hidup meski tanpa aliran listrik. Ia menggunakan alat penerangan seadanya yakni lampu duduk baterai.
Perangkat Desa Cilayung, Dian mengatakan abah Lurah Edi tinggal di dusun cimeong hanya untuk menjaga dan menggarap sawah miliknya. Sebab jaraknya lebih dekat, jika harus pindah ke tempat relokasi itu cukup jauh.
ADVERTISEMENT
“Jadi beliau itu nungguin sawah, berhubung karena usianya sudah sepuh, kalau harus jalan kan jauh, ya sudah diam di rumahnya. Kalau anak-anaknya sudah pindah, hanya memang setiap pagi selalu diantar makanan dari anak-anaknya,” ucapnya.
Menurutnya, sosok Abah Lurah Edi merupakan orang yang ditokohkan karena berpengaruh di desanya. Jadi seseorang yang cukup dihormati oleh warga desa ketika itu.
Menolak Relokasi saat Longsor di Dusun Cimeong Kuningan
Kepala Desa Cilayung, Danta Hidayat mengatakan, dahulu saat ada rapat, seorang warga yang tidak menandatangani kesiapan untuk direlokasi hanya Abah Lurah Edi.
“Beliau tetap ingin di lembur saja (Dusun Cimeong, red). Jadi beliau itu mantan lurah, ya sekarang disana saja sambil tutunggon (menjaga, red),” tukasnya.
ADVERTISEMENT
Oleh sebab itu, ia menyebut, warga yang masih bertahan di Dusun Cimeong hanya satu orang. Pemerintah desa sudah berusaha membujuk. Namun, yang bersangkutan tetap memilih untuk bertahan.
“Jadi beliau ingin menjaga lembur, titipan dari karuhun, kalau warga lain silahkan saja, gitu. Jadi kami sudah berusaha mengingatkan karena rawan lah, maksudnya masih ada rawan longsor dan kedua khawatir ada satwa-satwa liar dan semacamnya,” paparnya.
Ia menjelaskan, jika keluarga dari Abah Lurah Edi semuanya sudah pindah di rumah relokasi Dusun Mekarsari Desa Cilayung. Termasuk istri dan anak-anaknya sudah pindah, namun hanya Abah Lurah Edi yang tetap bertahan.
“Ya itu tadi karena ingin menjaga lembur, titipan dari karuhun (nenek moyang) jadi jangan ditinggalkan,” pungkasnya. ***
ADVERTISEMENT