Curhat Kusir Delman di Tengah Pandemi: Dapat 1 Penumpang Saja Sudah Untung

Konten Media Partner
9 Mei 2020 13:10 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sejumlah kusir delman mangkal menunggu penumpang di Pos Citamba Kuningan Kota, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. (Andri Yanto)
zoom-in-whitePerbesar
Sejumlah kusir delman mangkal menunggu penumpang di Pos Citamba Kuningan Kota, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. (Andri Yanto)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ciremaitoday.com, Kuningan - Pandemi Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) menghantam seluruh sendi perekonomian masyarakat di Indonesia, tak terkecuali para pendokar atau kusir delman.
ADVERTISEMENT
Seperti dialami dan dirasakan para kusir delman di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, Jika aktivitas normal bisa membawa hasil Rp 60 ribu tiap hari, kini memperoleh penumpang satu hingga dua orang saja sudah untung.
Kondisi ini tak lepas dari wabah COVID-19, hingga membuat aktivitas warga menjadi terbatas. Saat muncul wabah COVID-19 di Kuningan, banyak warga yang lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi ketimbang memanfaatkan moda transportasi umum.
Tak terkecuali delman atau dokar, moda transportasi tradisional ini makin jarang ditumpangi masyarakat. Sebelum wabah COVID-19 muncul, delman menjadi salah satu transportasi paling diminati khususnya anak-anak.
Sebab banyak ibu-ibu saat berbelanja dengan membawa anaknya, ketika beranjak pulang kerap menumpang dokar sembari berjalan-jalan diatas kuda. Namun kondisi saat ini berbanding terbalik, penumpang delman semakin sepi.
Sejumlah kusir delman mangkal menunggu penumpang di Pos Citamba Kuningan Kota, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. (Andri Yanto)
Apalagi muncul sejumlah regulasi dan aturan yang memaksa para kusir delman pulang lebih awal, bahkan tidak beraktivitas pada waktu tertentu. Sebelum diberlakukan jam malam akibat wabah virus corona, para kusir delman menghiasi dokarnya dengan lampu warna-warni.
ADVERTISEMENT
Tentunya menjadi penghasilan tambahan bagi para kusir delman, jika saat narik dokar di siang hari sepi penumpang. Apalagi kini ditambah pemberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), kusir delman harus pulang lebih awal walaupun dengan tangan hampa.
Seorang kusir delman yang biasa mangkal di Pos Citamba Kuningan Kota, Dinar (35), menyampaikan beberapa keluh kesah dengan kondisi yang dialami saat ini. Bahkan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari cukup sulit, apalagi dengan pendapatan yang turun drastis.
“Kalau dulu sebelum Corona, uang Rp 60 ribu sampai Rp 70 ribu itu bisa dapat untuk dibawa pulang ke rumah. Tapi semenjak Corona ini, pendapatan berkurang paling juga Rp 20 ribu sampai Rp 25 ribu sehari,” sebutnya, belum lama ini.
ADVERTISEMENT
Ditambah dengan kebijakan baru, lanjutnya, yakni dengan penerapan PSBB. Sebab waktu operasional angkutan umum dibatasi dari pukul 06.00 WIB pagi hingga pukul 16.00 WIB sore, termasuk para kusir delman.
“Ya itu ada pembatasan jam malah makin berkurang, makin susah. Sudah untung kita dapat satu orang, dua orang, itu juga paling ongkosnya Rp 5 ribu, terus ini hari ini temen saya dari pagi di sini belum dapat satupun penumpang,” keluh bapak dua anak ini.
Atas kondisi ini, Ia bersama kusir delman yang lain, berharap adanya bantuan sembako yang kini ramai diperbincangkan. Sebab sejak ramai adanya bantuan sembako, belum ada satupun yang diantar ke rumahnya.
Sejumlah kusir delman mangkal menunggu penumpang di Pos Citamba Kuningan Kota, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. (Andri Yanto)
“Sekarang sepi jarang yang naik delman, ya semenjak Corona, lah. Jadi pulang ke rumah ya secukupnya ada uang, yang penting anak jajan, sama ikan asin juga yang penting makan. Bantuan juga belum ada, katanya mau ada, ini belum ada, kalau bisa mah ada bantuan lah kita juga susah, ya gimana lah caranya supaya ada bantuan buat makan sehari-hari,” ungkap Dinar yang telah narik delman sejak sembilan tahun lalu.
ADVERTISEMENT
Hal senada disampaikan Nana (45), kusir delman dari Cijoho Kuningan. Padahal setiap pagi harus merawat kuda dengan mencari rumput untuk makan.
“Pagi cari rumput untuk makan kuda, kandang harus dibersihkan, andongnya juga dibersihin. Tapi pas berangkat nariknya dibatasi sampai jam 4 sore, kita nunggu penumpang kan tidak pasti,” ujarnya.
Menurutnya, biaya perawatan kuda juga cukup lumayan. Sebab jika dihitung menghabiskan uang sebanyak Rp 25 ribu satu ekor kuda.
“Ya sepatu kuda kan harus diganti kalau rusak, belum yang lain. Tapi kalau andongnya rusak, paling sedikit-sedikit diperbaiki sendiri,” pungkasnya.
***
kumparanDerma membuka campaign crowdfunding untuk bantu pencegahan penyebaran corona virus. Yuk, bantu donasi sekarang!