'Gatot' Penganan Tradisional yang Kini Nyaris Punah

Konten Media Partner
1 Januari 2020 9:02 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
(Rd Algifari Suargi)
zoom-in-whitePerbesar
(Rd Algifari Suargi)
ADVERTISEMENT
Ciremaitoday.com, Majalengka - Penganan sederhana berbahan baku singkong dengan toping kelapa parut ini memiliki nama yang unik yakni 'Gatot'. Begitu para orang tua dulu, khususnya di Jawa Barat menyebut singkong rebus dengan tekstur kenyal dan berwarna kehitam-hitaman itu menamainya seperti tokoh pewayangan.
ADVERTISEMENT
Tapi kini, seiring waktu Gatot tak setangguh Gatot dalam cerita wayang. Gatot hanyalah satu dari sekian banyak penganan tradisional yang nyaris tidak dikenal oleh generasi milenial seperti sekarang ini.
Padahal, jika kita menelusuri sejarah, Gatot merupakan penganan yang familiar bagi masyarakat Indonesia, bukan tanpa alasan. Negara Indonesia pada masa penjajahan dan pasca kemerdekaan sangat miskin dan kesulitan pangan, terutama pada musim kemarau.
(Rd Algifari Suargi)
Waktu itu, Gatot merupakan penganan pokok bagi masyarakat karena sulitnya mendapatkan beras. Sehingga Gatot menjadi sumber penganan untuk bertahan hidup masyarakat.
Menurut salah seorang sesepuh Desa Cipeundeuy, Bantarujeg, Majalengka, Jawa Barat Atmaja, Gatot adalah penolong ketika terjadi kesulitan beras pada musim kemarau.
Atmaja menjelaskan, proses pembuatan Gatot membutuhkan waktu cukup lama. Mulai dari penjemuran singkong hingga memghasilkan 'Gaplek' yaitu singkong kering yang sudah dijemur berbulan-bulan.
ADVERTISEMENT
Namun, proses pembuatan 'Gatot' relatif mudah. Gaplek hanya cukup dikukus kemudian ditaburi kelapa parut dan langsung dihidangkan. "Pertama, sampaeu dipesek (singkong dikupas) kemudian dipotong dengan ukuran kecil sampai sedang. Lalu dijemur di hateup (genting rumah) 6-7 bulan lamanya," kata Atmaja.
Menurut dia, semakin lama proses penjemuran, maka kualitas 'Gatot' semakin bagus dengan ditandai tekstur setelah dikukus 'Gatot' semakin kenyal dan warnanya hitam.
Atmaja, kakek yang menurut pengakuannya berusia 98 tahun itu masih rutin mengkonsumsi 'Gatot'. Bahkan, dia tidak sungkan menawarkannya kepada anak-anak dan menceritakan kisah 'Gatot' sebagai makanan pokok pada waktu dia masih muda dulu.
"Sekarang, anak-anak tidak minat kadaharan (penganan) seperti ini," tuturnya.