Kali Ini, Tradisi Maulid Nabi di Keraton Kasepuhan Cirebon Tanpa Keramaian

Konten Media Partner
19 Oktober 2020 17:34 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Keraton Kasepuhan Cirebon. (Dok. Ciremaitoday)
zoom-in-whitePerbesar
Keraton Kasepuhan Cirebon. (Dok. Ciremaitoday)
ADVERTISEMENT
Ciremaitoday.com, Cirebon - Keluarga Keraton Kasepuhan Cirebon, Jawa Barat, tengah melaksanakan rangkaian tradisi mauludan, perayaan hari kelahiran Nabi Muhammad atau Maulid Nabi. Tradisi mauludan tahun ini berbeda dengan sebelumnya karena pandemi COVID-19.
ADVERTISEMENT
Direktur Badan Pengelola Keraton Kasepuhan (BPKK) Ratu Raja Alexandra Wuryaningrat mengatakan, tradisi mauludan tetap digelar dengan mematuhi protokol kesehatan. Keraton Kasepuhan tak akan mengundang masyarakat dan pihak luar lainnya.
"Kita tetap jaga tradisi. Tidak akan ada kerumunan. Biasanya kan ramai, sekarang tidak. Tradisi tetap dijalankan dengan menyesuaikan kondisi sekarang," kata Alexandra di Keraton Kasepuhan Cirebon, Jawa Barat, Senin (19/10/2020).

Rangkaian Tradisi Maulid Nabi Tetap Digelar

Alexandra mengatakan, rangkaian tradisi mauludan tetap digelar sepenuhnya. Pada tanggal 5 Safar laku, pihaknya telah membuat pekasam atau bekasam ikan. Menu yang disajikan saat pelaksanaan mauludan nanti, atau saat panjang jimat yang digelar pada 29 Oktober nanti.
"Nah kita juga sudah melaksanakan tradisi apeman dan pelaburan. Pelaburan itu semacam bersih-bersih beberapa ruangan keraton, temboknya kita bersihkan dan lainnya. Sekarang juga dapur maulud sudah berjalan," kata Alexandra.
ADVERTISEMENT
Alexandra menambahkan, keluarga Keraton Kasepuhan akan membuat boreh atau lulur yang digunakan untuk perempuan keraton saat tradisi panjang jimat nanti. Proses pemipisan, atau penghalusan bahan lulur itu akan dilakukan pada 5 Maulud atau 23 Oktober mendatang.
"Tanggal 5 Maulid ini akan ada juga proses pembuatan ukup, atau wewangian. Kemudian, bekasem ikan juga dibuka saat tanggal 5 Maulid. Semua prosesnya tetap sama. Tapi tetap mematuhi protokol kesehatan pencegahan penyebaran COVID-19," kata Alexandra.
Alexandra menambahkan puncak tradisi mauludan atau panjang jimat pada 29 Oktober berbeda dengan tahun lalu. Tahun ini, lanjut Alexandra, tak ada arak-arakan benda pusaka dan sajian makanan menuju Masjid Agung Kasepuhan. Proses panjang jimat hanya dilakukan di bangsal Keraton Kasepuhan.
ADVERTISEMENT
"Hanya di dalam bangsal. Kami hanya melibatkan wargi keraton, kaum masjid dan abdi dalem keraton. Jadi tidak mengundang pihak luar, sesuai anjuran pemerintah. Masyarakat yang datang sebetulnya kami larang, karena kami tidak mengundang," kata Alexandra.