news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Keputusan Pemerintah Impor Garam Bikin Petambak Garam di Cirebon Cemas

Konten Media Partner
17 Maret 2021 20:43 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Aktivitas di salah satu gundang penyimpanan garam di Kabupaten Cirebon. (Ciremaitoday)
zoom-in-whitePerbesar
Aktivitas di salah satu gundang penyimpanan garam di Kabupaten Cirebon. (Ciremaitoday)
ADVERTISEMENT
Ciremaitoday.com, Cirebon - Kebijakan pemerintah untuk mengimpor garam membuat petambak garam di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, cemas. Petambak garam meminta pemerintah andil mengendalikan harga garam rakyat.
ADVERTISEMENT
Warsono (56), salah seorang petambak garam di Desa Pangarengan, Kecamatan Pangenan, Kabupaten Cirebon mengatakan saat ini harga garam rakyat belum menyentuh Rp 500 per kilogram.
"Saat ini per kilogram berkisaran Rp 250 hingga Rp 400. Harusnya, saat panen raya nanti minimalnya harga garam itu bisa Rp 500 per kilogram. Ini bisa menutupi kebutuhan sehari-hari," kata Warsono saat, Rabu (17/3/2021).
Warsono mengatakan, ongkos produksi garam bisa mencapai Rp 1 juta hingga Rp 3 juta. Ongkos produksi itu belum termasuk sewa lahan.
"Di sini banyak yang garap tambak sewa lahan orang. Jadi, Kalau harga garam tidak sampai Rp 500 per kilogram, ya bakal rugi. Idealnya harga Rp 500 hingga Rp 1.000 per kilogramnya. Kalau terjual satu ton dalam sehari, kita bisa mengantongi Rp 1 juta, bisa buat makan sehari-hari," katanya.
ADVERTISEMENT
Warsono tak ambil pusing dengan kebijakan garam impor yang dilakukan pemerintah. Ia berharap pemerintah bisa lebih memerhatikan nasib petambak garam rakyat. Salah satunya dengan mengendalikan harga garam rakyat.
"Garam di sini katanya kurang bagus kualitasnya. Kalau masalah impor, itu urusan pemerintah. Kita minta supaya pemerintah bisa mengendalikan harga garam agar tidak turun. Kita minta itu. Untuk masalah bantuan itu nomor sekian," katanya.
Senada disampaikan Tono (40), salah seorang petambak garam. Ia meminta agar harga garam rakyat bisa stabil. "Kita tidak minta muluk-muluk. Harga garam jangan sampai anjlok. Itu saja. Sekarang saya jadi kuli angkut garam untuk bertahan. Kita lagi jarang produksi garam karena musim hujan," kata Tono.
Tono mengaku mencari tambahan penghasilan dengan menjadi buruh atau kuli angkut. "Ya kuli angkut garam di gudang-gudang. Lumayan buat nambah-nambah. Di sini garamnya buat ke pabrik-pabrik," katanya.
ADVERTISEMENT