Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten Media Partner
Komisi II: Kabupaten Cirebon Optimis Wujudkan Swasembada Pangan 2028
11 Desember 2024 14:54 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Ciremaitoday.com, Cirebon-Kabupaten Cirebon menegaskan kesiapannya mendukung program swasembada pangan nasional pada 2028. Ketua Komisi II DPRD Kabupaten Cirebon, R. Cakra Suseno, mengungkapkan bahwa daerah ini memiliki potensi besar untuk menjadi salah satu lumbung pangan di Indonesia.
ADVERTISEMENT
“Potensi swasembada pangan di Kabupaten Cirebon sangat menjanjikan. Dengan lahan sawah dan perkebunan yang luas, daerah ini mampu mendukung target nasional untuk swasembada pangan,” ujar Cakra, Rabu (11/12).
Meski optimis, Politisi Gerindra ini menyebut pengelolaan sumber daya air sebagai salah satu tantangan terbesar. Ia menilai tata kelola air yang ada saat ini belum maksimal.
“Kita ingin berbicara soal swasembada pangan, tapi kalau airnya tidak tersedia, bagaimana bisa? Banyak air dari dataran tinggi justru terbuang ke laut,” jelasnya.
Cakra menekankan pentingnya pembangunan embung dan saluran irigasi yang lebih efektif, terutama di wilayah tengah dan timur Kabupaten Cirebon yang sering menghadapi kekurangan air.
“Setu-setu (waduk) dan saluran irigasi harus kita maksimalkan, bukan hanya untuk pertanian, tapi juga untuk mencegah banjir di musim hujan,” tambahnya.
Fokus pada Distribusi Pupuk dan Teknologi Pertanian
ADVERTISEMENT
Selain air, distribusi pupuk juga menjadi perhatian. Cakra menyarankan agar sistem distribusi pupuk berbasis kartu tani diganti dengan pendekatan berbasis luas lahan. Hal ini dinilai lebih efektif karena sebagian besar petani di Kabupaten Cirebon adalah buruh tani yang menyewa lahan.
“Kalau distribusi pupuk mengacu pada luas lahan, alokasinya akan lebih merata dan adil,” katanya.
Di sisi lain, teknologi pertanian juga disebut sebagai aspek yang harus diperkuat. Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL), yang menjadi ujung tombak keberhasilan program ini, memerlukan dukungan fasilitas yang memadai.
“PPL memiliki tanggung jawab besar, tapi fasilitas yang mereka miliki masih minim. Kita harus memberikan perhatian khusus pada hal ini,” ujarnya.
Cakra menyatakan, jika semua tantangan dapat diatasi, Kabupaten Cirebon optimis dapat mencapai swasembada pangan sesuai target nasional. Dukungan dari Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan juga menjadi faktor penting dalam keberhasilan program ini.
ADVERTISEMENT
“Kabupaten Cirebon sangat siap menjadi lumbung pangan percontohan. Dengan sinergi yang baik, kita bisa mencapai target ini,” pungkasnya.
Sebelumnya, Seorang petani penyewa lahan di Desa Danamulya, Kecamatan Plumbon, Kertosono, mengungkapkan optimismenya terhadap program ini.
“Dari setengah hektare lahan yang saya sewa, saya bisa panen sekitar 3 ton padi per musim. Tapi itu hanya bisa tercapai kalau kebutuhan seperti air, pupuk bersubsidi, dan obat-obatan terpenuhi,” ujarnya.
Namun, tidak semua petani berbagi optimisme tersebut. Petani asal Desa Danamulya, Nurhamad, justru pesimis program ini dapat terlaksana di Kabupaten Cirebon.
Ia menilai lahan produktif semakin berkurang setiap tahunnya akibat alih fungsi lahan menjadi kawasan industri, bahkan permukiman.
“Setiap tahun, lahan pertanian berkurang. Kalau tidak ada pengendalian, bagaimana mau swasembada? Lahan saja semakin sempit,” ungkap Nurhamad.
ADVERTISEMENT
Meski demikian, ia setuju bahwa swasembada pangan tetap memungkinkan, asalkan pemerintah memastikan ketersediaan pupuk, pengendalian hama tikus, dan pasokan air mencukupi. (*)