Kota Cirebon Zona Merah, Keraton Kacirebonan Tetap Gelar Acara Maulid Nabi

Konten Media Partner
7 Oktober 2020 17:19 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sultan Keraton Kacirebonan, Pangeran Raja Abdul Gani Natadiningrat. (Juan)
zoom-in-whitePerbesar
Sultan Keraton Kacirebonan, Pangeran Raja Abdul Gani Natadiningrat. (Juan)
ADVERTISEMENT
Ciremaitoday.com, Cirebon - Keraton Kacirebonan, Jawa Barat, tetap akan menggelar tradisi Panjang Jimat yang biasa dilaksanakan setiap momentum Maulid Nabi Muhammad SAW.
ADVERTISEMENT
Padahal sebelumnya Pemkot Cirebon telah mengeluarkan surat edaran yang mengimbau semua pihak untuk sementara tidak melaksanakan kegiatan Muludan atau Maulid Nabi yang tiap tahun digelar di lingkungan keraton yang ada di Cirebon.
Hal itu tertuang dalam surat rekomendasi yang dikeluarkan oleh Tim Gugus Tugas COVID-19 Kota Cirebon. Dalam surat rekomendasi tersebut, Pemkot Cirebon meminta sejumlah pihak tidak melaksanakan beberapa kegiatan Muludan sebagai upaya mendukung program pemerintah menekan penyebaran COVID-19.
Apalagi Kota Cirebon masuk dalam zona merah. Namun, Pemkot Cirebon tidak melarang seluruhnya. Beberapa tradisi Muludan boleh dilaksanakankan dengan syarat menerapkan protokol kesehatan ketat dan diadakan secara terbatas.
Sultan Keraton Kacirebonan, Pangeran Raja Abdul Gani Natadiningrat mengatakan, pihaknya tetap mengadakan tradisi Panjang Jimat, namun tidak mengundang khalayak ramai hanya kalangan terbatas saja.
ADVERTISEMENT
"Panjang Jimat tetap diadakan dengan menyesuaikan kondisi sekarang, yakni secara sederhana dan terbatas," katanya, Rabu (6/10/2020).
Ia melanjutkan, upacara Panjang Jimat di malam pelaksanaan tidak dengan arak-arakan seperti tahun-tahun sebelumnya, diganti dengan pembawaan piring panjang jimat biasa.
"Kami tidak mengekspose Panjang Jimat untuk khalayak, namun diadakan secara adat biasa saja," imbuhnya.
Abdul Gani menjelaskan, tradisi tersebut kemungkinan akan diselenggarakan di ruang Prabayaksa dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat.
"Kami tidak ingin upacara tradisi ini menjadi klaster baru di Cirebon. Kami mendukung upaya pemerintah dalam upaya pencegahan penyebaran COVID-19," ujarnya.