Konten Media Partner

KPK dan Kejaksaan Ibarat Matahari Kembar dalam Pemberantasan Korupsi

12 November 2024 18:20 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi hukum. (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi hukum. (Foto: Pixabay)
ADVERTISEMENT
Ciremaitoday.com, Jakarta - Pendiri Haidar Alwi Institute (HAI), R Haidar Alwi menilai, Kejaksaan dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menjadi matahari kembar dalam pemberantasan tindak pidana korupsi.
ADVERTISEMENT
Ia menjelaskan bahwa saat ini ada tiga institusi yang bertugas menangani kasus korupsi, yaitu KPK, kejaksaan, dan polri.
Namun dari ketiga institusi tersebut, tumpang-tindih kewenangan hanya terjadi antara KPK dengan kejaksaan.
"Fenomena matahari kembar antara KPK dengan kejaksaan tidak hanya berpotensi menimbulkan gesekan antar institusi tapi juga kekacauan penegakan hukum khususnya dalam pemberantasan tindak pidana korupsi," kata R Haidar Alwi, Selasa, 12 November 2024.
Dalam pemberantasan tindak pidana korupsi, KPK dan kejaksaan sama-sama dapat menjalankan fungsi penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan. Sedangkan polri hanya terbatas pada fungsi penyelidikan dan penyidikan.
Menurut R Haidar Alwi, undang-undang sebenarnya telah mengatur dengan jelas kewenangan masing-masing agar tidak tumpang-tindih.
Berdasarkan Pasal 11 Ayat (1) dan (2) Undang-undang Nomor 19 Tahun 2019 tentang KPK, kasus korupsi dengan kerugian negara paling sedikit Rp1 miliar ditangani oleh KPK. Sementara yang di bawah Rp1 miliar wajib ditangani atau diserahkan kepada kejaksaan dan polri.
ADVERTISEMENT
"Tapi pelaksanannya kacau-balau. KPK yang seharusnya menangani kasus besar malah sering menangani kasus kecil. Sebaliknya Kejaksaan yang seharusnya menangani kasus kecil malah mengambil kasus besar seperti Asabri, Jiwasraya, BTS kominfo, kasus Timah, dan lain-lain. Hanya Polri yang 'on the track', tertib sesuai Undang Undang," jelas R Haidar Alwi.
Ia melihat fenomena matahari kembar antara KPK dengan kejaksaan, entah disebabkan oleh ketidakmampuan KPK menangani kasus besar atau karena ambisi kejaksaan ingin menjadi lembaga superbody.
Kritik dan saran terhadap KPK dan Kejaksaan seringkali dimentahkan dengan tuduhan adu domba atau sebagai upaya perlawanan balik koruptor.
"Oleh karena itu diharapkan Presiden Prabowo Subianto, Menko Polkam dan DPR bisa mengevaluasi KPK dan kejaksaan. Sebab mustahil mewujudkan Indonesia Emas dengan kekacauan penegakan hukum karena tidak tertib dalam bernegara," pungkas R Haidar Alwi. (*)
ADVERTISEMENT