Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.91.0
Konten Media Partner
Mahasiswa UNMA Majalengka Ciptakan Alat Pendeteksi Volume Cairan Infusan
25 September 2021 18:11 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Ciremaitoday.com, Majalengka - Tiga mahasiswa Program Studi Teknik Informatika Universitas Majalengka (UNMA) ciptakan alat pendeteksi volume cairan infusan berbasis kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI).
ADVERTISEMENT
Alat yang diberi nama Sistem Informasi Monitoring Infusan Pasien (SIMOISEN) itu diciptakan oleh M Iqbal Assegaf, Rifa Nurfalah dan Aditya Nursaidillah.
Salah satu mahasiswa, M Iqbal Assegaf mengatakan, alat tersebut secara umum berfungsi mendeteksi dan memberikan peringatan ketika cairan infusan akan habis.
"Nanti kalau cairan infusannya tinggal 30 CC (centimeter cubic) akan ada alarm ke web perawatnya, jadi nanti hpnya (perawat) bunyi dan ada pesan di layarnya "Cairan infusan hampir hasis". Cara mematikan alarmnya tinggal diganti infusannya sama yang baru nanti alarmnya mati sendiri," ujar Iqbal kepada Ciremaitoday, Sabtu (25/9/2021).
"Alat ini juga terhubung dengan website, jadi asalkan ada jaringan internet kita bisa memonitoring di website SIMOISEN apakah cairan infusannya masih banyak atau tidak. Di sana (website) ada tandanya, hijau artinya full cairannya, kuning sudah mau habis, dan merah akan habis," sambungnya.
ADVERTISEMENT
Dijelaskan Iqbal, alat tersebut merupakan pengembangan dari hasil tugas mata kuliah Pengantar Intelegensi Buatan (PIB). Namun, setelah mendapat dana hibah dari Asuransi Astra alat itu dikembangkan menjadi alat pendeteksi berbasis website.
"Awalnya alat ini tuh dari tugas mata kuliah mereka berdua (Rifa sama Aditya), kalau saya mah beda sementer, saya gabung pas pengajuan CSR (Corporate Social Responsibility) ke Asuransi Astra, saya ambil peran di pengembangan websitenya. Kalau pas masih tugas mata kuliah alat ini hanya prototipe saja, setelah dapat CSR kita kembangkan lagi," jelas Iqbal.
Dikatakan Iqbal, untuk pembuatan aplikasi ini mereka menghabiskan waktu sekitar 1 bulan. Adapun untuk biaya pembuatan alatnya mereka menghabiskan Rp. 2 juta per alat.
"Ada 3 alat yang kita bikin, proses pembuatan alatnya bisa nyampe 2 sampai 3 Minggu. Kalau aplikasinya paling sekitar 2 Minggu rampung," terangnya.
Tak puas sampai di sana, mereka juga berniat ingin mengembangkan lagi alat pendeteksi volume cairan infusan itu. Sensor tetes cairan infusan dan penggunaan untuk transfusi darah mereka canangkan untuk pengembangan alat tersebut.
ADVERTISEMENT
"Nanti pengen ada sensor tetes cairan infusan, jadi kalau nanti perawat mengatur cairan infusan yang menetes kepada pasien tuh bisa ke-ukur sama alat itu sesuai atau tidaknya, terus sama satu lagi kita pengen alat ini bisa digunakan juga untuk transfusi darah," tuturnya.
Saat ini, kata Iqbal, karya mereka sedang dilakukan ujicoba di Rumah Sakit Daerah (RSUD) Majalengka. Hal itu dilakukannya untuk menguji kualitas alat tersebut.
"Alat masih di ujicoba, dari tanggal 14 September kemarin. Ujicoba ini kita ukur sejauh mana alat itu nyala, jadi kalau ada kendala kita perbaiki lagi, tapi saat ini Alhamdulillah lancar. Alat ini memakai power bank untuk menyalakannya, kekuatannya kira-kira 3 sampai 4 hari. Insyaallah akhir bulan sekarang tuntas, terus nanti alat ini kami diserahkan ke tim IT di sini," pungkasnya.
ADVERTISEMENT
Buatan Mahasiswa UNMA Majalengka
Sementara, Wakil Dekan I Fakultas Teknik UNMA, Dony Susandi mengapresiasi mahasiswanya dalam membuat alat pendeteksi volume cairan infusan. Apalagi karya mahasiswanya itu akan dilombakan setelah mempertanggungjawabkan penerimaan manfaat dana hibah dari Asuransi Astra.
"Tanggal 2 Oktober nanti anak-anak harus mempertanggungjawabkan ke pihak CSR-nya. Setelah itu, karya mereka akan dilombakan. Mudah-mudahan kita dapet yang terbaik lagi," ujarnya. (Erick)