Konten Media Partner

Melihat Penampakan Penghuni Gunung Ciremai, Musang Rase hingga Macan Tutul Jawa

7 Maret 2021 14:24 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sejumlah satwa liar yang dilindungi tertangkap kamera trap milik petugas di kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC) Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. (Dok.TNGC)
zoom-in-whitePerbesar
Sejumlah satwa liar yang dilindungi tertangkap kamera trap milik petugas di kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC) Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. (Dok.TNGC)
ADVERTISEMENT
Ciremaitoday.com, Kuningan – Sejumlah satwa liar yang dilindungi tertangkap kamera trap milik petugas di kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC) Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. Penampakan langka satwa liar itu mulai dari Musang Rase, Kijang hingga Macan Tutul Jawa.
ADVERTISEMENT
Menurut data tahun 2018, jumlah macan tutul di Gunung Ciremai diperkirakan ada tiga ekor. Namun jumlah itu bertambah, setelah ada pelepasliaran seekor Macan Tutul Jawa yang diberi nama Slamet Ramadhan pada 9 Juli 2019.
Sejak dilepasliarkan, Slamet Ramadan kembali terekam di lokasi wilayah selatan Gunung Ciremai. Macan Tutul Jawa dengan nama latin Panthera Pardus Melas itu masih terlihat mengenakan Kalung GPS Polar.
Aktivitas Slamet Ramadan terekam kamera penjebak yang dipasang pada Maret 2020, membuahkan hasil dokumentasi pada Juli dan Agustus 2020. Secara visual, kondisi Slamet Ramadan terlihat sangat sehat.
Adapula satwa lain penghuni Gunung Ciremai, Kijang. (Dok.TNGC)
Adapula satwa lain penghuni Gunung Ciremai, Kijang. Dari data yang ada, hewan ini memiliki panjang tubuh termasuk kepala sekitar 89-135 sentimeter, ekornya sepanjang 12-23 sentimeter.
ADVERTISEMENT
Sementara bobot tubuhnya bisa mencapai 35 kilogram. Kijang diperkirakan dapat hidup hingga usia 16 tahun.
Termasuk satwa liar jenis Musang Rase dengan nama latin Viverricula Indica. Hewan ini merupakan salah satu dari jenis-jenis musang yang pernah terdokumentasi kamera jebak milik petugas Pengendali Ekosistem Hutan (PEH) BTNGC Kuningan.
Petugas PEH Balao TNGC Kuningan menerapkan metode pemasangan kamera trap atau kamera jebak. (Dok.TNGC)
Petugas PEH Balai TNGC Kuningan, Idin Abidin mengatakan, dalam mengumpulkan data potensi keanekaragaman hayati TNGC Kuningan, petugas PEH biasanya menerapkan metode pemasangan kamera trap atau kamera jebak.
“Metode tersebut menggunakan kamera khusus yang dipasang di kawasan TNGC dalam jangka waktu tertentu. Kamera jebak ini dilengkapi sensor panas dan sensor gerak, untuk mendokumentasikan secara otomatis terhadap objek yang melintas di depan kamera,” ungkapnya, Minggu (7/3/2021).
Satwa liar jenis Musang Rase dengan nama latin Viverricula Indica. Hewan ini merupakan salah satu dari jenis-jenis musang yang pernah terdokumentasi kamera jebak milik petugas Pengendali Ekosistem Hutan (PEH) BTNGC Kuningan. (Dok.TNGC)

Kamera Jebak di Gunung Ciremai

Dengan demikian, lanjutnya, petugas PEH bisa mengidentifikasi dan menginventarisasi jenis dan perilaku asli satwa liar di habitatnya. Misalnya Musang Rase yang hidup di Gunung Ciremai bersama keluarga musang lain seperti Musang Luwak, Musang Akar dan Binturong.
ADVERTISEMENT
“Keberadaan musang ini di Gunung Ciremai sangat susah dijumpai, bahkan jarang terdokumentasikan kamera jebak,” ujarnya.
Kamera jebak ini dilengkapi sensor panas dan sensor gerak, untuk mendokumentasikan secara otomatis terhadap objek yang melintas di depan kamera. (Dok.TNGC)
Dia menyebut, hewan liar yang juga terekam kamera jebak adalah Macan Tutul Slamet Ramadan. Hasil dokumentasi Slamet Ramadan terekam pada Juli-Agustus 2020.
“Aktivitas Slamet Ramadan di lokasi baru menandakan bahwa macan tutul ini punya daya jelajah yang semakin luas. Selain itu, kondisi hutan yang relatif mirip dengan habitat yang ditinggali sebelumnya. Di lokasi ini pun masih banyak terdapat satwa mangsa serta sumber air yang memadai,” tutupnya. ***