Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.95.1
Konten Media Partner
Menengok Kampung Perajin Tali Tambang Berbahan Daun Pandan di Majalengka
14 Maret 2020 12:56 WIB
ADVERTISEMENT
Ciremaitoday.com, Majalengka - Siang itu, tak ada yang berbeda dengan aktivitas ratusan perempuan di Blok Banyusari, Desa Banyusari, Kecamatan Malausma, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat.
ADVERTISEMENT
Keseharian mereka, bekerja sebagai peerajin tali tambang berbahan dasar daun pandan. Pekerjaan ini sudah menjadi tradisi sejak puluhan tahun silam. Mereka selalu semangat agar bisa terus menyambung hidup.
Salah satu perajin di kampung tersebut adalah Kartini (67). Di usianya yang sudah senja, Kartini terus menarik untaian daun pandan sambil memutar-mutar sebuah alat pemintal tradisional terbuat dari kayu, agar daun pandan yang dipasang bisa melilit menjadi tambang.
Dia berjalan hingga puluhan meter untuk menarik lilitan tersebut, sementara dua orang temannya terus menyambung daun pandan ke ujung lilitan sembari duduk. Mereka terus berjalan seperti tengah bermain tali.
Di sudut lain, seorang kakek berusia 85 tahun bernama Andi dengan tekun merapikan tambang dengan cara menggunting sambungan daun pandan yang nampak tak rapi. Meski pendengarannya sudah berkurang, tapi matanya masih tetap tajam menyisir setiap jengkal tambang untuk dirapikan.
ADVERTISEMENT
Aktivitas tersebut sudah mereka lakukan sejak puluhan tahun lalu. Kartini misalnya sudah sekitar 20 tahun menekuni pekerjaan tersebut. Itu dilakukan turun temurun, tepatnya sejak ada pengusaha yang memesan tali tambang dari daun pandan dalam jumlah besar.
Para perajin biasanya bekerja atas pesanan dari bandar tali tambang asal Tasikmalaya. Dua hari sekali sang bandar mengirim bahan baku daun pandan yang sudah dibelah kecil-kecil. Sehingga ketika bahan baku datang, para perajin hanya tinggal memintal menjadi tali tambang dengan alat sederhana. Setelah tali tambang selesai dibuat, mereka menyetornya kembali kepada bandar melalui pengepul di desa itu.
"Upah pembuat tambang itu perkilonya hanya Rp5 ribu, kami sehari hanya mampu membuat 10 kg tambang. Uang sebesar itu dibagi tiga orang karena satu kelompok pembuat tambang biasanya tiga orang," ujar Rumsih, salah seorang peerajin kepada Ciremaitoday/Kumparan, belum lama ini.
ADVERTISEMENT
Pekerjaan tersebut menurut mereka, dilakukan hampir setiap hari. Mereka biasanya libur pada hari-hari besar saja. Pekerjaan ini dimulai dari pagi hingga siang saat waktu salat duhur. Sementara saat musim bercocok tanam, mereka mengubah jadwal memintal daun pandan di sore hari setelah bekerja di sawah.
“Ini karena tidak ada pekerjaan, jadi walaupun upah murah tetap kami lakukan yang terpenting bisa mendapat penghasilan walaupun kecil,” ungkap Atni.
Selain itu, Kepala Desa Banyusari Junadi memuturkan, jika di wilayahnya ada sekitar 400 orang perajin tali tambang daun pandan yang sebagian besar dari jumlah itu merupakan ibu-ibu. "Ada sekitar 400 orang, pekerjaan membuat kerajinan tali tambang dilakukan untuk menambah penghasilan," kata Kepala Desa.
Junadi berharap ke depan kerajinan tali tambang dari daun pandan ini kembali diminati masyarakat. Agar lebih meningkatkan lagi produksi tali tambang yang nantinya berimbas terhadap meningkatnya perekonomian masyarakat.
ADVERTISEMENT
"Harapannya ya masyarakat semakin produktif. Agar waktu luang mereka dapat menghasilkan rupiah," tukas Junadi.