news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Mengenal Tradisi Maulid Nabi di Keraton Kanoman Cirebon

Konten Media Partner
11 November 2019 13:29 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Keraton Kanoman Cirebon menggelar tradisi Panjang Jimat sebagai puncak peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. (Juan)
zoom-in-whitePerbesar
Keraton Kanoman Cirebon menggelar tradisi Panjang Jimat sebagai puncak peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. (Juan)
ADVERTISEMENT
Ciremaitoday, Cirebon - Tradisi Maulid Nabi Muhammad SAW tidak bisa lepas dari sejarah agama islam di Nusantara. Tradisi ini muncul dan berkembang sejalan dengan peran dakwah Wali Songo sejak abad 15.
ADVERTISEMENT
Dalam upaya menyebarkan islam para wali songo, termasuk Sunan Gunung Jati dalam dakwahnya menggunakan pendekatan sosiologi, antropologi, teologi dan pemahaman yang banyak memunculkan nilai-nilai dan ajaran dengan agama lokal (Hindu, Budha, Kapitayan).
Sehingga terjadi sebuah proses akulturasi dan sinkretisasi budaya yang di dalamnya mengandung ajaran dan nilai-nilai Islam.
Dalam perjalanannya, tradisi Maulid Nabi Muhammad SAW berkembang dan menyebar di Nusa-Jawa. Istilah penyebutan peringatan Maulid Nabi SAW bermacam-macam, bergantung pada daerah masing-masing.
Keraton Kanoman Cirebon menggelar tradisi Panjang Jimat sebagai puncak peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. (Juan)
Di Keraton Cirebon, tradisi Maulid Nabi dikenal dengan beragam istilah, antara lain Pelalan, Sekatenan, Pelal Ageng, Muludan dan Panjang Jimat.
Juru Bicara Keraton Kanoman Cirebon, Ratu Raja Arimbi Nurtina mengatakan, tradisi ini sudah muncul dan berkembang sejak masa pemerintahan Pangeran Cakrabuwana, anak Prabu Siliwangi yang menjadi penguasa Cirebon sejak 1447-1479 M.
ADVERTISEMENT
"Sejak masa Pangeran Cakrabuwana, tradisi ini diperingati lengkap dengan tradisi-tradisi yang dilakukan sebelumnya, yang dimulai sejak tanggal 1 safar sampai pada puncaknya 12 rabiul awal," katanya, Minggu malam (10/11/2019).
Keraton Kanoman Cirebon menggelar tradisi Panjang Jimat sebagai puncak peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. (Juan)
Tradisi ini terus bertahan dan dilestarikan secara rutin ketika masa Sunan Gunung Jati (1479-1568 M), Fatahillah (1568-1570 M), berlanjut pada masa Pangeran Mas Zainul ‘Arifin atau Panembahan Ratu I (1570-1649/50 M), masa Panembahan Girilaya (1650-1662).
Kemudian, masa Pangeran Wangsakerta atau Panembahan Tohpati (1662-1677/8 M) dan sampai pada masa pemerintahan Sultan Badridin, Sultan Kanoman pertama hingga generasi sultan ke-12 sekarang, Sultan Raja Muhammad Emirudin, sebagai pewaris Sunan Gunung Jati dan pemangku tradisi Maulid Nabi SAW.
"Malam puncak tradisi Maulid Nabi SAW di Keraton Kanoman, biasanya disebut dengan malam Pelal Ageng, atau biasa disebut Panjang Jimat. Panjang Jimat adalah acara inti yang bermaksud memperingati kelahiran Gusti Rasulullah SAW pada malam 12 Rabiul Awal tahun Gajah (571 M) di Kota Makkah," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Ia menjelaskan, istilah Pelal Ageng artinya malam keutamaan yang besar yakni malam dimana Gusti Rasul lahir ke dunia. Sementara istilah Panjang Jimat berasal dari kata Panjang, yakni sebuah piring pusaka berbentuk bulat dan besar pemberian seorang Pertapa suci bernama Sanghyang Bango dari Gunung Surandil kepada Pangeran Cakrabuwana. Sedangkan istilah Jimat, yakni sebuah benda apa pun yang mempunyai nilai sejarah dan nilai pusaka yang harus dijaga.
"Istilah Jimat sendiri hakikatnya adalah nasi yang sudah dimasak dengan cara dikupas satu-persatu setiap biji berasnya sebari melantunkan salawat kepada Nabi Saw oleh rombongan Bapak Sindangkasih, lalu kemudian disucikan di Sumur Bandung dengan diiringi lantunan salawat oleh rombongan Perawan Sunti yakni rombongan perawan yang suci (menjaga wudu) dari hadas kecil dan hadas besar. Nasi yang proses memasaknya diiringi salawat inilah yang disebut nasi jimat," terangnya.
Keraton Kanoman Cirebon menggelar tradisi Panjang Jimat sebagai puncak peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. (Juan)
Jimat yang dimaksud adalah bacaan salawat yang dipanjatkan kepada Baginda Gusti Kanjeng Rasulullah Saw, karena salawat inilah yang menjadi sebab syafaat umat manusia ketika tiba hari pembalasan nanti dan Nur Muhammad lah yang menjadi sebab terciptanya manusia dan alam semesta.
ADVERTISEMENT
"Dengan kata lain, panjang Jimat adalah iring-iringan nasi jimat yang diletakan di atas piring panjang yang di dalamnya mengandung banyak keutamaan (fadhilah), sehingga malam itu disebut pelal ageng, yakni malam yang bersejarah dalam sejarah manusia dan alam semesta serta mengandung banyak keutamaan," pungkasnya.