Minimalisir Berita Hoaks, AMSI Jabar Gelar Pelatihan Cek Fakta Secara Daring

Konten Media Partner
27 Oktober 2020 14:26 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tangkapan layar pelaksanaan pelatihan cek fakta yang dilaksanakan AMSI Jawa Barat. (Tomi Indra)
zoom-in-whitePerbesar
Tangkapan layar pelaksanaan pelatihan cek fakta yang dilaksanakan AMSI Jawa Barat. (Tomi Indra)
ADVERTISEMENT
Ciremaitoday.com, Bandung - Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) Jawa Barat menyelenggarakan pelatihan cek fakta terkait yang digelar secara daring selama 3 hari pada 27-29 Oktober 2020.
ADVERTISEMENT
Pelatihan ini merupakan kolaborasi sejumlah media untuk melawan dan memerangi berita palsu atau hoaks yang diikuti oleh 24 peserta yang tergabung dalam AMSI.
Jawa Barat menjadi salah satu daerah yang melaksanakan kegiatan pelatihan cek fakta karena tahun ini ada 8 kota/kabupaten yang melaksanakan Pilkada 2020.
Ketua AMSI Jawa Barat, Rahim Asyik didampingi Sekretaris AMSI Jabar, Riana Afriadi Wangsadiredja mengatakan, pelatihan ini bertujuan untuk mengecek dan memverifikasi kebenaran berita di Pilkada Serentak 2020.
“Kita melakukan pelatihan cek fakta untuk melawan hoaks di Pilkada bulan Desember dan sudah mulai kampanye pada bulan November,” kata Rahim Asyik, Selasa (27/10/2020).

Media Sering Terjebak Misinformasi dan Disinformasi

Sementara salah satu pemateri, Muhammad Junaidi menjelaskan, ada dua poin yang disoroti yakni misinformasi dan disinformasi.
ADVERTISEMENT
Misinformasi, ucap dia, adalah informasi atau berita palsu yang beredar, namun orang yang berbagi tidak menyadarinya bahwa itu salah atau menyesatkan.
Sedangkan, disinformasi yakni suatu informasi yang dengan sengaja dirancang untuk menyebabkan kerugian. Menurutnya, hal tersebut terjadi karena adanya ketidakseimbangan antara wawasan masyarakat terhadap informasi yang beredar di internet.
“Penetrasi internet yang tinggi di Indonesia tidak diimbangi dengan kemampuan bersikap kritis terhadap informasi yang beredar di internet,” ujar Junaidi.
Dia menyebut ada tujuh alasan dibalik adanya disinformasi di antaranya jurnalisme lemah, buat lucu-lucuan, sengaja buat provokasi, partnership, cari duit (clickbait untuk memperoleh pendapatan iklan), gerakan politik, dan propaganda.
Tak hanya itu, Junaidi mengungkapkan, redaksi media sering terjebak dalam membuat konten yang justru menjadi misinformasi dan disinformasi.
ADVERTISEMENT
“Media juga sering membuat konten yang seperti ini. Karena mengejar tayang dan permintaan terkadang membuat konten tanpa mengecek kebenarannya,” tutupnya.