Pengolahan Obat Herbal Harus Dimaksimalkan untuk Ciptakan Kemandirian Farmasi

Konten Media Partner
25 Februari 2024 18:28 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ketua Bidang Riset dan Kerja sama Asosiasi Pendidikan Tinggi Farmasi Indonesia I Ketut Adnyana saat penyampaian produksi obat herbal di Indonesia. Foto: istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Ketua Bidang Riset dan Kerja sama Asosiasi Pendidikan Tinggi Farmasi Indonesia I Ketut Adnyana saat penyampaian produksi obat herbal di Indonesia. Foto: istimewa
ADVERTISEMENT
ciremaitoday.com, Bandung, - Indonesia mempunyai bahan alam yang melimpah yang bisa diolah menjadi obat herbal. Akan tetapi, patut disayangkan, bahan alam yang melimpah itu belum dapat diolah menjadi obat herbal. Para pelaku industri belum mampu mengolahnya. Hal itu dikatakan Ketua Bidang Riset dan Kerja sama Asosiasi Pendidikan Tinggi Farmasi Indonesia I Ketut Adnyana.
ADVERTISEMENT
"Secara faktual kita sudah tidak asing dengan obat alam. Di Indonesia ini ada jamu, godokan, seduhan, dan lainnya. Jadi secara historis sudah panjang dan memang bisa menggunakannya," katanya di Kota Bandung, pada Minggu (25/2/2024).
Adnyana menyampaikan tak banyak pelaku industri yang berkecimpung. Hal tersebut membuat obat herbal belum dapat dipenuhi secara masif. Kondisi itu pula yang membuat penggunaan obat alam sebagai resep dari dokter masih sangat minim.
"Harus ada sistem yang lebih baik dari mulai penelitian, pembuatan, pengawasan, hingga penggunaan oleh masyarakat. Semua harus dibuat sistematis dan mengikuti perkembangan medis secara global," kata dia.
Jaminan hak cipta untuk mengembangkan obat alam masih belum rinci. Hal itu juga yang membuat hanya segelintir pihak mau berinvestasi pada produksi obat herbal.
ADVERTISEMENT
Di lokasi yang sama, Farmalkes Kemenkes RI, Anwar Wahyudi, mengatakan bahwa penggunaan obat kimia memang mendominasi dibanding obat berbahan dasar alami.
Padahal, obat herbal dari Indonesia yang beredar bisa dikonsumsi dan sudah terbukti khasiatnya. Maka dari itu, dokter seharusnya bisa memberi rujukan agar kekuatan farmasi Indonesia semakin kuat.
"Ini yang harus kita dorong bersama agar kekuatan farmasi Indonesia pun makin kuat," katanya.
"Karena kalau obat-obat herbal yang sedikit dipakai, maka industri juga ga akan mau masuk. Mereka ngapain masuk kalau tidak menguntungkan kan," ungkapnya.
Sementara itu, Ketua STFI Adang Firmansyah menuturkan kolaborasi setiap kampus farmasi, industri, dan pemerintah harus ditingkatkan guna kemandirian farmasi khususnya dalam pemenuhan obat herbal untuk masyarakat. Selama ini, banyak peneliti atau kampus yang bekerja sendiri-sendiri dalam pengembangan obat.
ADVERTISEMENT
Ke depan, STFI membuka ruang kepada berbagai pihak untuk berkolaborasi dalam menghadirkan obat herbal berkualitas di Indonesia. Harapannya, obat-obatan alami yang selama ini sudah dipakai, bisa didistribusikan ke berbagai daerah di Indonesia.
"Ini menjadi pekerjaan rumah bersama, sehingga riset dan produk yang ada tujuannya lebih jelas untuk apa. Karena tidak mungkin ada perguruan tinggi atau industri yang bergerak sendirian," kata dia.