Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten Media Partner
Politisi Golkar Cirebon Bicara soal Kenaikan Harga Beras
21 September 2023 17:01 WIB
ยท
waktu baca 5 menit
ADVERTISEMENT
Ciremaitoday.com, Cirebon-Situasi dan kondisi harga beras saat ini dapat diibaratkan atau digambarkan bagai dua mata pisau yang ternyata kedua arah tersebut akan mengiris dan menyayat kondisi perekonomian masyarakat. Namun, hal itu sebenarnya justru akan menjadi pondasi yang kuat dalam sistem perdagangan hasil pertanian kita menuju harga beras yang berkeadilan.
ADVERTISEMENT
Demikian kata Politisi Golkar Kabupaten Cirebon, Surnita Sandi Wiranata kepada wartawan, Kamis (21/9/2023). Menurut dia, satu sisi dari sudut pandang para petani yang selama ini di rundung kerugian, karena di setiap musim panen tiba harga gabah turun.
Sedangkan pada saat musim tanam dihadapkankan pada mahalnya dan kelangkaannya pupuk bersubsidi di tengah cuaca dan iklim yang selalu pada saat hujan kebanjiran. Bahkan para petani juga, kata dia, ketika kemarau atau kekeringan harus berada di bawah bayang-bayang kegagalan panen.
"Menyebabkan para petani ataupun buruh tani berada di garis ekonomi bawah dalam mata rantai sektor pertanian," ungkap Sandi.
"Tingginya biaya produksi yang di alami oleh petani saat ini, maka wajar jika ketika harga gabah saat ini mengalami kenaikan jika di bandingkan dengan nilai jual saat ini," sambungnya.
ADVERTISEMENT
Pengusaha penggilingan padi (Heller) di Kecamatan Gegesik yang akrab disapa Sandi ini menyebutkan, kalau rata rata biaya produksi Rp5.567-5.600/Kg dengan produktivitas padi rata-rata baru mencapai 5,4 ton/hektare pada 2021, Kementan RI saat ini bisa menjual harga gabah hasil panen seharga Rp7000-8000/Kg. Maka petani memiliki nilai keuntungan yang wajar.
Lantas bagaimana dengan harga beras saat ini yang tengah mencetak rekor sepanjang sejarah penjualan harga beras di negara kita, lanjut dia, dengan kisaran rata-rata untuk beras medium Rp13.000/Kg dan untuk beras premium di kisaran rata-rata Rp. 14.000-15.000/Kg nya.
"Prinsip ekonomi dalam pemasaran apabila tidak ada keseimbangan antara suplai (pasokan) dan Demand (kebutuhan) maka secara otomatis akan ada lonjakan. Harga itu berlaku sebaliknya, jika kelebihan pasokan maka akan mengalami penurunan harga dan begitu juga sebaliknya jika kekurangan pasokan maka akan mengalami kenaikan harga," katanya.
Menurutnya juga, jika di perhatikan kondisi saat ini tentu kelangkaan beras di pasaran disebabkan oleh beberapa faktor di antaranya kenaikan harga gabah yang berkisar di Rp7000 - Rp8000 menyebabkan harga jual beras menjadi naik dengan rendemen rata-rata 60%. Maka harga pokok penjualan (HPP) beras menjadi di atas Rp11.000 dan saat ini kita sudah tidak dapat menemukan harga beras senilai Rp10.000 lagi di pasaran.
ADVERTISEMENT
"Adanya lonjakan harga dianggap oleh produsen sektor pertanian terutama penggilingan padi menjadi kendala di pasaran karena apabila memproduksi dengan harga pokok penjualan yang tinggi mengalami kesulitan untuk menjual beras nya," ungkapnya.
"Sehingga mulai mengurangi produksinya karena akan mengalami kerugian apabila kenaikan harga beras yang diinginkan di tolak oleh agen dan kios beras. Begitu juga dengan pedagang beras yang mengalami penurunan omzet ketika harus menjual harga beras dengan kenaikan yang cukup signifikan berkisar 35-50% dari harga sebelumnya," ucap Sandi melanjutkan.
Lebih jauh kata Sandi, tentu hal ini menjadi sangat berdampak pada laju pertumbuhan ekonomi kita terutama kalangan UMKM yang menghasilkan produknya dari bahan beras seperti pengguna tepung beras, jajanan pasar terbuat dari tepung beras, tukang lontong, nasi kuning, nasi uduk, nasi jamblang, dll.
ADVERTISEMENT
Mereka berhenti memproduksi karena tidak bias menaikkan harga ke konsumen yang secara signifikan apalagi jenis makanan tentu menjadi sulit untuk menjual produknya apabila mengurangi ukuran ataupun jumlah yang selama ini dianggap sesuai.
"Situasi tersebut berlangsung sejak juli 2023 sampai dengan saat ini dan pemerintah harus segera mengatasi kelangkaan tersebut dengan melakukan operasi pasar dan lagi lagi import beras dari negara tetangga," ujarnya.
Bahkan, dikabarkan pemerintah akan mengimpor 2 juta ton beras dalam mengatasi kelangkaan tersebut dan sudah berlangsung sampai dengan saat ini. Tetapi harga beras tak kunjung turun.
"Melihat dua sisi kepentingan yang begitu urgent tersebut di mana dari sisi petani saat ini menemukan harga yang wajar dan layak untuk bisa meraih untung. Karena selama ini banyak ruginya dan tentu menjadi daya tarik untuk usaha di sektor tersebut," katanya.
ADVERTISEMENT
"Bagaimanapun masyarakat kita yang jelas dan notabene pertanian adalah sumber utama lalu disisi lain produsen dan penjual mengalami kesulitan melakukan penjualan dan meraih keuntungan karena dianggap kenaikan nya menjadi tidak wajar. Tetapi bila kita bandingkan dengan harga beras dunia yang berkembang sekarang ini memang nilainya sama dengan harga jual," terangnya.
Saat ini kenapa harga beras ini situasinya tidak bisa turun seperti tahun sebelumnya walaupun import beras sudah di lakukan dan ternyata di beberapa negara harganya tinggi karena mereka sudah mulai menyiapkan stok cadangan pangan nya sendiri dan bahkan menyetop ekspor berasnya demi ketahanan pangan negaranya.
"Bagaimana dengan stok cadangan beras negara kita? Ini yang menjadi pertanyaan semua masyarakat Indonesia dan pemerintah wajib menjawabnya dengan jujur dan bertanggung jawab," katanya.
ADVERTISEMENT
Jika dilihat dari data badan pusat statistik (BPS) produktivitas padi (gabah) pada tahun 2020 berjumlah 54.649.202.24 ton kemudian tahun 2021 mengalami penurunan menjadi 54.415.294.22 ton dan di tahun 2022 ada sedikit peningkatan menjadi 54.748.977.00 ton.
Sementara pada tahun ini, kata dia, diperkirakan mengalami penurunan akibat adanya elnino yang mengakibatkan kekeringan panjang dan menyebabkan beberapa daerah yang menjadi menyuplai beras dan sebagai lumbung mengalami gagal panen.
Kalau dari fluktuasi data yang ada, ini menjadi salah satu faktor ketidakstabilan harga beras di pasaran dan akumulasi dari penurunan produksi di tahun sebelumnya. Jika kebutuhan nasi rata-rata perorang 250 gram beras setiap hari, maka kebutuhan beras nasional kita perhari 61.875 ton dan kebutuhan setahun 22,6 juta ton beras.
ADVERTISEMENT
"Jadi dapat kita simpulkan berdasarkan hitungan kebutuhan dan hasil panen gabah tidak mencukupi untuk stok kebutuhan pangan kita bila diasumsikan hasil panen tersebut memiliki rendemen 65% maka tidak ada setengahnya cadangan kebutuhan beras kita sehingga mengakibatkan harga beras makin mahal," tandasnya.
Banyaknya faktor yang menjadikan produktivitas padi (gabah) menurun mulai dari faktor cuaca, kemarau yang Panjang, perubahan iklim global, penyempitan lahan produksi akibat alih fungsi lahan dll, serta beberapa negara yang memberhentikan ekspor beras nya untuk ketahanan pangan negaranya, makin tinggi nya harga beras dunia maka ini merupakan akumulasi dari penyebab naiknya harga beras kita dan kenaikan tersebut menjadi hal yang wajar.
"Tinggal tugas penguasa yang memiliki kewenangan regulasi mengambil sikap bijaknya melihat dua sisi tersebut untuk mencapai harga yang berkeadilan untuk semua," pungkasnya. (*)
ADVERTISEMENT