Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten Media Partner
Satrio Sugeng Prayitno dan Perannya dalam Infrastruktur Jalan di Indonesia Timur
25 Desember 2024 17:54 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
ciremaitoday.com, Bandung, - Selama bertugas di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Satrio Sugeng Prayitno telah memberikan kontribusi besar dalam pembangunan infrastruktur jalan, khususnya di Indonesia bagian Timur.
ADVERTISEMENT
Sebagai seorang pejabat di PUPR, ia terlibat langsung dalam berbagai proyek jalan yang kini menghubungkan wilayah-wilayah terpencil di seluruh Indonesia.
Satrio, yang pernah menjabat sebagai Kepala Balai Pelaksana Jalan (BPJN) XVI Ambon yang mencakup wilayah Maluku dan sekitarnya, mengungkapkan bahwa hampir seluruh waktu kerjanya difokuskan pada pembangunan jalan baru.
“Selama masa dinas saya, hampir tidak terhitung jalan-jalan baru yang telah dibangun. Saya merasa bangga bisa berkontribusi dalam memperbaiki konektivitas antar daerah,” ujar Satrio.
Salah satu proyek monumental yang ia pimpin adalah pembangunan jalan perbatasan Indonesia-Malaysia di Kalimantan Barat pada tahun 2024.
Pembangunan jalan sepanjang 237 kilometer di Kabupaten Sanggau menuju Badau, Kabupaten Kapuas Hulu, menjadi sorotan utama.
“Pembangunan jalan paralel perbatasan ini menggunakan sistem multiyears, dengan anggaran mencapai Rp1,2 triliun yang bersumber dari APBN,” jelasnya.
ADVERTISEMENT
Di tengah kesibukan proyek tersebut, Satrio memastikan bahwa pada pertengahan tahun 2024, sebanyak 135 kilometer dari total panjang jalan yang dibangun sudah dapat diaspal, sementara 102 kilometer lainnya akan menggunakan material pasir batu (sirtu).
“Kami targetkan pada Juni 2024 semua ruas jalan ini selesai, dan dapat melayani lalu lintas perbatasan dengan baik,” tegasnya.
Satrio juga menekankan, pembangunan jalan perbatasan ini bukan hanya soal mengurangi keterisolasian daerah, tetapi juga bertujuan untuk memperlancar arus logistik dan merangsang pertumbuhan ekonomi baru.
“Jalan perbatasan ini penting dibangun dengan kualitas terbaik karena itu merupakan beranda depan negara,” katanya.
Setelah pensiun pada 2 Agustus 2024, Satrio kini lebih banyak menghabiskan waktu bersama keluarga.
Meskipun telah memasuki masa pensiun, ia mengaku masih sangat terbuka untuk berdiskusi tentang masalah jalan.
ADVERTISEMENT
“Saya merasa 24 jam tetap bisa saya luangkan untuk berdiskusi tentang permasalahan jalan. Saya berharap para penerus saya dapat terus melayani masyarakat dengan merawat jalan, karena jalan adalah urat nadi kehidupan,” ujar Satrio dengan penuh harapan.
Berkat dedikasi Satrio dan timnya, daerah-daerah perbatasan dan terpencil di Indonesia kini semakin terhubung dan tidak lagi terisolasi.
Jalan yang dibangun tak hanya meningkatkan mobilitas, tetapi juga memberi dampak positif bagi kehidupan masyarakat yang tinggal di wilayah-wilayah tersebut.
Kini, Satrio mengenang masa-masa dinasnya dengan penuh kebanggaan, melihat jalan-jalan yang telah dibangun sebagai bukti nyata dari upaya keras yang telah dilakukannya untuk kemajuan Indonesia.***