Konten Media Partner

Sejarah Masjid Keraton Kanoman Cirebon, Sempat Jadi Pusat Syiar Islam

28 Mei 2021 12:30 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Masjid Keraton Kanoman Cirebon. (Ciremaitoday)
zoom-in-whitePerbesar
Masjid Keraton Kanoman Cirebon. (Ciremaitoday)
ADVERTISEMENT
Ciremaitoday.com, Cirebon - Selain memiliki destinasi wisata religi masjid-masjid tua peninggalan zaman Wali Songo, Cirebon juga memiliki masjid tua yang dibangun pada zaman kesultanan. Salah satunya Masjid Keraton Kanoman.
ADVERTISEMENT
Masjid ini berlokas di kompleks kekeratonan. Lokasinya persis di belakang Pasar Kanoman Cirebon, Kelurahan Pekalipan, Kecamatan Pekalipan, Kota Cirebon, Jaw Barat.
Masjid Keraton Kanomam ini memiliki sejarah sebagai syiar Islam pada zaman Sultan Raja Zulkarnain bersama Sultan Anom Raja Nurbuat. Sebagai tempat pelaksanaan acara tradisi yang hingga kini masih dilakukan, seperti panjang jimat.
Masjid Keraton Kanoman didominasi tiga warna, putih, kuning, dan hijau. Ya, warna kejayaan Keraton Kanoman Cirebon. Arsitektur bangunannya seperti bangunan khas jawa atau joglo, tak ada sekat di ruang utamanya. Masjid ini dibangun pada 1930 masehi oleh Sultan Raja Zulkarnain bersama Sultan Anom Raja Nurbuat.
Kendati bangunannya berbentuk joglo, Masjid Keraton Kanoman memiliki keunikan yaitu adanya keramik-keramik khas Tiongkok yang menempel di dinding. Seperti yang ada di gerbang Masjid Keraton Kanoman.
Masjid Keraton Kanoman Cirebon. (Ciremaitoday)
Patih Keraton Kanoman Pangeran Patih Raja Muhammad Qadiron Kesultanan Keraton Kanoman Cirebon mengatakan Masjid Keraton Kanoman sempat dijadikan sebagai pusat syiar Islam di tanah Jawa, khususnya Cirebon. Jamaah masjid, diakui Qadiron, dari berbagai daerah.
ADVERTISEMENT
Pasalnya, Masjid Keraton Kanoman kerap dijadikan sebagai tempat silahturahmi, perayaan tradisi, dan napak tilas para jamaah.
"Kalau tradisi muludan itu, pengunjungnya membludak. Dari berbagai daerah datang ke sini. Mereka menyaksikan prosesi panjang jimat saat muludan dari keraton menuju masjid. Ya dulu pernah jadi pusat syiar Islam," kata Qadiron kepada Ciremaitoday, belum lama ini.
Qadiron mengatakan tradisi mauludan atau panjang jimat itu dilakukan secara turun temurun sejak zaman Syekh Syarif Hidayatullah atay Sunan Gunung Jati. Tujuannya, lanjut dia, menghormati dan merayakan tanggal kelahiran Nabi Muhammad SAW.
Lebih lanjut, Qadiron menceritakan proses perkembangan bangunan masjid. Masjid Keraton Kanoman sudah mengalami pemugaran beberapa kali. Menurut Qadiron pemugaran itu dilakukan untuk menyesuaikan jamaah yang semakin bertambah.
ADVERTISEMENT
Kendati demikian, dikatakan Qadiron, bentuk bangunan Masjid Keraton Kanoman masih seperti asli. Empat saka guru atau tiang yang berada di ruang utama menurut Qadiron merupakan bangunan asli yang belum pernah diubah.
"Empat pilar kayu jati bulat itu masih orisinil, kita pertahankan sampai sekaran. Memang ada beberapa bagian masjid yang dipugar, terus ada penambahan halaman. Namun kita tidak mengubah kelestarian arsitektur bangunannya," tutup Qadiron.