Konten Media Partner

Tak Miliki WC, Siswa SDN 3 Pekantingan, Cirebon Bolak-Balik Rumah untuk BAB

23 April 2024 16:38 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Operator Sekolah SDN 3 Pekantingan, Fasbih, saat menunjukkan WC bekas rumah dinas yang berada dilingkungan sekolah, yang sudah tidak layak digunakan. Foto: Tarjoni/Ciremaitoday
zoom-in-whitePerbesar
Operator Sekolah SDN 3 Pekantingan, Fasbih, saat menunjukkan WC bekas rumah dinas yang berada dilingkungan sekolah, yang sudah tidak layak digunakan. Foto: Tarjoni/Ciremaitoday
ADVERTISEMENT
Ciremaitoday.com, Cirebon-Kondisi memprihatinkan dialami oleh siswa-siswi SDN 3 Pekantingan, Kecamatan Klangenan, Kabupaten Cirebon. Pasalnya, mereka terpaksa harus pulang ke rumah hanya untuk buang air besar (BAB) dan kecil saat sedang berada di sekolahnya.
ADVERTISEMENT
Hal ini dikarenakan sekolah tempat mereka belajar tidak memiliki WC atau toilet. Parahnya, ketidaknyamanan ini dirasakan oleh siswa-siswi setiap harinya selama bertahun-tahun. Mereka harus menahan keinginan buang air hingga pulang ke rumah, yang bagi sebagian dari mereka berjarak cukup jauh.
Pihak sekolah pun mengakui bahwa sekolah memang belum memiliki WC. Meski ada WC bekas rumah dinas yang bisa digunakan sebelumnya, namun kondisi bangunan rumah dinas tersebut sudah lapuk termakan usia, bahkan WC nya pun tampak kumuh dan tak berpintu.
Dengan demikian, pihak sekolah khawatir kondisi tersebut dapat membahayakan keselamatan dan kesehatan siswa. Apalagi, kondisi bangunan yang lapuk, tampak menyeramkan hingga membuat siswa takut masuk ke rumah dinas tersebut.
Namun, pihaknya sedang berupaya untuk memperbaiki situasi ini, meskipun usulan bantuan yang diajukan ke pemerintah hingga saat ini belum membuahkan hasil.
ADVERTISEMENT
“Kami akan terus berkoordinasi dengan pihak terkait untuk segera membangun WC di sekolah kami agar para siswa bisa belajar dengan nyaman dan sehat,” ujar Kepala SDN 3 Pekantingan, Jari, melalui Operator Sekolah, Fasbih, Selasa (23/4).
Akibatnya, para siswa-siswi terpaksa harus bolak balik ke rumah dan sekolah. Atas kondisi ini juga, pihaknya mengkhawatirkan akan berdampak buruk terhadap kesehatan para siswa, karena sering menahan buang air di waktu tertentu.
“Anak-anak harus menahan buang air hingga pulang ke rumah setiap hari. Ini sangat tidak nyaman bagi mereka dan juga berpotensi tidak baik untuk kesehatan,” ungkapnya.
Pemerintah setempat diharapkan segera mengambil tindakan untuk memperbaiki kondisi ini demi kenyamanan dan kesehatan para siswa SDN 3 Pekantingan.
ADVERTISEMENT
Kondisi ini juga turut memperburuk keadaan di sekolah tersebut, sebab diketahui sekolah tersebut juga tidak memiliki cukup ruang kelas untuk menampung jumlah siswa yang ada.
Operator Sekolah, Fasbih, saat menunjukkan bangunan ruang kelas SDN 3 Pekantingan Kabupaten Cirebon yang rusak berat dan tampak lapuk termakan usia. Foto: Tarjoni/Ciremaitoday
Sebelumnya diberitakan, Sekolah Dasar (SD) Negeri 3 Pekantingan, Kecamatan Klangenan, Kabupaten Cirebon, tenggelam dalam kebobrokan infrastruktur pendidikan. Sebab, hanya 3 ruangan dari 5 ruang kelas yang dapat digunakan untuk proses kegiatan belajar mengajar (KBM) di sekolah ini, sementara siswa dan guru terpaksa berbagi ruang dalam keadaan yang memprihatinkan.
Kepala Sekolah SDN 3 Pekantingan, Jari, melalui staf operator sekolah, Fasbih Asrory, mengatakan, sekolah ini telah lama mengalami kerusakan namun tidak mendapat perhatian dari pemerintah. Bangunan sekolah yang berdiri sejak tahun 1983 hanya mengalami satu kali revitalisasi pada tahun 2004.
3 bangunan ruang kelas SDN 3 Pekantingan Kabupaten Cirebon yang terakhir mendapat bantuan rehabilitasi dari pemerintah setempat pada tahun 2004, yang saat ini digunakan KBM para siswa SDN sekaligus ruang guru hingga kepala sekolah. Foto: Tarjoni/Ciremaitoday
Akibatnya, 2 ruang kelas disekolah tersebut rusak parah dan tidak bisa digunakan. Bangunan bekas rumah dinas yang berada di lingkungan sekolah pun sempat diubah menjadi ruang guru dan ruang kepala sekolah, namun kini sudah tak terpakai, karena sudah lapuk termakan usia. Sedangkan bangunan perpustakaan hanya tersisa temboknya.
ADVERTISEMENT
“Untuk tahun-tahun sebelumnya tidak mengajukan karena kurang sosialisasi dari pemerintah, dan alasan tidak lolos mendapatkan bantuan kita belum tahu alasannya, karena dari dinas pun tidak memberikan penjelasan terkait pengajuan bantuan dana DAK yang tidak lolos,” ungkap Fasbih, Senin (22/4). (*)