Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten Media Partner
Terendam Banjir, 3 Ribu Lahan Pertanian di Kabupaten Cirebon Gagal Tanam
2 Februari 2023 17:57 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
Ciremaitoday.com, Cirebon - Ribuan hektare lahan sawah atau pertanian padi di Kabupaten Cirebon mengalami gagal tanam akibat terendam banjir yang melanda dua pekan lalu. Bahkan hingga kini masih ada lahan pertanian tersebut yang masih terendam banjir.
ADVERTISEMENT
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Cirebon, Asep Pamungkas, menyebutkan, sebanyak 5.760 hektare lahan sawah terkena dampak banjir. Penyebabnya, yakni kondisi cuaca buruk dengan curah hujan tinggi selama sebulan terakhir.
Ribuan hektare lahan tersebut, kata Asep, berada di 13 kecamatan di Kabupaten Cirebon. Di antaranya adalah Kecamatan Astanajapura, Pangenan, Mundu, Plered, Gunungjati, Kapetakan, Arjawinangun, Panguragan, Susukan, Gegesik, Kaliwedi, Suranenggala, dan Kecamatan Jamblang.
Dari 13 kecamatan itu, lahan sawah di Kecamatan Kapetakan adalah yang terparah dan paling banyak terdampak banjir.
"Lahan pertanian di Kecamatan Kapetakan yang terendam banjir sebanyak 1795 hektare karena memang daerah tersebut karena dekat dengan kawasan muaranya," kata Asep kepada wartawan di Cirebon, Kamis (2/2/2023).
Kemudian, lanjutnya, bencana banjir yang melanda pun merendam lahan pertanian padi di Kecamatan Gegesik. Tercatat, ada 1121 hektare ikut terendam.
ADVERTISEMENT
"Dari 1121 Hektare yang terendam banjir di Gegesik, sebanyak 925 hektare tanaman padi yang rusak. Dan hingga sekarang masih ada 533 hektare masih terendam banjir," ungkapnya.
Selain itu, dari total 5760 hektare lahan yang ada di Kabupaten Cirebon yang terendam banjir, 3478 hektare lainnya mengalami gagal tanam. Bahkan paling banyak ada di Kecamatan Kapetakan mencapai 1380 hektare.
“Petani yang mengalami gagal tanam harus melakukan kembali tanam ulang,” terangnya.
Dinas Pertanian Kabupaten Cirebon mencatat, penyebab ribuan hektare lahan terendam yakni, akibat luapan dari beberapa sungai besar dan terjangan banjir rob dari Laut Jawa.
Ia mengatakan, permasalahan banjir di lahan pertanian menjadi tanggung semua pihak, salah satunya Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Cimanuk-Cisanggarung sebagai otoritas.
ADVERTISEMENT
Asep menyebut kejadian yang terjadi pada awal 2023 ini, merupakan terparah dalam kurun waktu 5 tahun terakhir dan menyebabkan kerugian hingga Rp23,7 miliar.
“Satu hektare kira-kira mengalami kerugian hingga Rp6,8 juta. Bila kondisi ini terus terjadi, panen raya perdana pada 2023 bakal mundur menjadi April atau Mei,” kata Asep.
Ia menambahkan, pihaknya akan membantu agar petani yang terdampak banjir bisa melakukan tanam ulang.
"Untuk bantuan anggaran kita belum ada, namun kami sedang meminta bantuan ke provinsi dan ke pusat," pungkasnya. (Joni)