Konten Media Partner

Unik, Bangunan Pesantren di Majalengka Bergaya Kelenteng

25 April 2021 15:52 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pesantren Ar-Rahmat Majalengka memiliki desain bangunan seperti kelenteng. (Oki Kurniawan)
zoom-in-whitePerbesar
Pesantren Ar-Rahmat Majalengka memiliki desain bangunan seperti kelenteng. (Oki Kurniawan)
ADVERTISEMENT
Ciremaitoday.com, Majalengka - Pondok Pesantren (Ponpes) di Kabupaten Majalengka, Jawa Barat, memiliki arsitektur atau gaya bangunan mirip kelenteng atau rumah ibadah umat Tri Dharma, kepercayaan tradisional warga Tionghoa.
ADVERTISEMENT
Ponpes bernama Ar-Rahmat tersebut berada di Desa Weragati, Kecamatan Palasah. Pengasuh Utama Ponpes Ar-Rahmat, Adib mengatakan bangunan tersebut dibuat 5 tahun lalu atau sekitar tahun 2016.
"Jadi bangunan ini sehari-hari digunakan untuk rumah tahfidz bagi para santri di sini," ujar Adib saat ditemui, Minggu (25/4/2021).
Pesantren Ar-Rahmat Majalengka memiliki desain bangunan seperti kelenteng. (Oki Kurniawan)
Karena menyerupai kelenteng, banyak orang yang mengira jika bangunan tersebut bukan pesantren. "Apalagi jika orang luar, ngira ini kelenteng aja," katanya.
Sementara pemilik sekaligus pendiri Ponpes Ar-Rahmat, Ena Sarya Soemarna menjelaskan, bangunan kelenteng terinspirasi dari Masjid Cheng Ho di Kota Surabaya. Itu jadi alasan dirinya mendesain bangunan pesantren miliknya menyerupai kelenteng.
Di balik desain bangunan kelenteng tersebut, Ena ingin menyampaikan pesan kepada para santri untuk selalu menanamkan sikap toleransi dan harus meneladani perjuangan Pangeran Cheng Ho yang ikut andil dalam penyebaran ajaran agama Islam di Indonesia.
Pesantren Ar-Rahmat Majalengka memiliki desain bangunan seperti kelenteng. (Oki Kurniawan)
"Jadi kita terapkan ilmu toleransi kebudayaan di sini untuk para santri. Meski berasal dari Tionghoa, pangeran Cheng Ho itu beragama muslim yang diteladani," jelas dia.
ADVERTISEMENT
Ena mengatakan, bangunan mirip kelenteng yang kini menjadi rumah tahfidz tersebut, bukan saja terlihat pada warna dan atapnya, namun setiap sudut bangunan memiliki makna filosofi seperti bentuk persegi delapan dan menyerupai sarang laba-laba.
"Persegi delapan atau pagoda, dipercaya sebagai angka keberuntungan karena tidak memiliki sudut mati. Sedangkan, sarang laba-laba merupakan hewan yang menyelamatkan Nabi Muhammad SAW dari kejaran kaum Quraish," sebutnya.
Selain itu, di setiap ujung atapnya juga terdapat miniatur ujung kapal yang memiliki arti kalau Cheng Ho ialah sosok pelaut muslim dari China dan utusan perdamaian.
"Untuk warna dominana merah dan hijau, dalam kebudayaan Tionghoa, warna tersebut adalah simbol kebahagiaan, kemasyhuran, harapan dan kemakmuran. Hal Diharapkan menjadi daya tarik dan inspiraei santri untuk bisa menghafal Al-Quran sebagaimana peruntukannya," tukasnya.
ADVERTISEMENT