Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.101.0
Konten dari Pengguna
Pengaruh Restu pada Kisah Mahabharata dan Dampaknya di Masa Kini
25 September 2022 9:48 WIB
Tulisan dari Cita Dwi Y tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Sebuah restu sudah tidak asing lagi berperan sebagai kunci utama dalam segala hal, terutama pada hal-hal apa saja yang sedang atau akan kita jalani. Banyak yang bilang, kalau restu merupakan hal utama yang harus kita dapatkan demi lancarnya sebuah usaha. Sekeras apapun usaha seseorang, sekuat apapun yang dilakukan, kita senantiasa tidak lupa untuk memohon restu dan izin dari keluarga. Restu dari mereka akan membuat langkah kita menjadi semakin ringan dan dipenuhi kelancaran.
ADVERTISEMENT
Kisah Mahabharata merupakan karya sastra yang dikenal oleh banyak orang. Kisah Mahabharata ini menceritakan konflik-konflik para Pandawa lima dengan saudara sepupu mereka mengenai sengketa hak pemerintah tanah negara Astina. Puncaknya adalah pertempuran berlangsung selama delapan belas hari yang dikenal sebagai perang Batarayuddha di medan Kurusetra. Mahabharata juga mengandung cerita yang didalamnya terdapat nilai moral yang dapat bermanfaat bagi kehidupan manusia.
Setelah membaca dua bab pada kisah Mahabharata yang berjudul “Saat-saat Sebelum Perang dan Perang di Hari Pertama”, ada hal menarik yang membuat saya berpikir bahwa fenomena pentingnya restu juga terdapat pada kisah Mahabharata. Hal ini tentu saja membuat saya tersadar dan paham bahwa kunci lancarnya sebuah usaha adalah sebuah restu.
ADVERTISEMENT
Kisah Mahabharata yang dimuat pada dua bab tersebut mengisahkan tentang beberapa hal mengenai peraturan-peraturan serta apa saja yang boleh dan tidak boleh dilakukan dalam peperangan. Tekad dalam memegang teguh aturan-aturan perang dalam melancarkan serangan dan gempuran terhadap lawan yang disempurnakan. Didalamnya juga dijelaskan mengenai ketentuan pertarungan satu lawan satu hanya boleh dilakukan di antara dua pihak yang setara, tidak ada yang boleh seorang pun berbuat sesuka hati di luar aturan yang ditetapkan. Beberapa peraturan perang tersebut disepakati oleh Kaurawa dan Pandawa, tetapi jauh di kemudian hari tata krama perang tersebut di langgar oleh manusianya sendiri. Masing-masing pihak merasa paling benar, paling kuat dan paling berkuasa.
Sesaat sebelum perang dimulai, ketika segala senjata pun siap digunakan untuk menyerang musuh, tiba-tiba Yudhistira meletakkan senjatanya dan turun dari keretanya. Ia melangkah mendekati Senapati Agung Kaurawa yang menjadikan semua orang yang melihat perbuatannya tercengang. Ternyata, Yudhistira datang menghampiri musuh bukan karena cuma-cuma, ia sengaja kesana untuk mendapatkan restu dari Bhisma, Mahaguru Drona, Mahaguru Kripa serta Raja Salya yang ada di pihak Kaurawa. Setelah mendapatkan restu dari mereka, Yudhistira pun kembali ke Pandawa dan perang besar Baratayudha dimulai.
ADVERTISEMENT
Dalam kisah tersebut terlihat Yudhistira yang meminta restu terlebih dahulu kepada orang tuanya, keluarga, serta Maha Gurunya. Padahal, yang dilakukannya tersebut dapat membahayakan dirinya karena Yudhistira melepaskan senjata, meninggalkan keretanya untuk menghampiri keluarganya di pihak Kaurawa.
Hal demikian yang menjadikan restu sebagai tombak dalam sebuah kesuksesan dan kelancaran setiap usaha. Ketika kita ingin menggapai sesuatu, atau bahkan merencanakan sesuatu, baik buruk hasilnya dipengaruhi oleh keikhlasan serta keridhaan hati keluarga serta saudara.
Sekilas membandingkan dengan fenomena pentingnya restu yang juga terjadi pada masa kini, dapat ditemukan dengan mudah di sekitar kita. Misalnya, seorang anak yang nekat pergi untuk mendaki Gunung Ciremai, di Jawa Barat dengan teman-temannya. Tetapi, sebelum ia berangkat, anak itu tidak dapat restu dari ibunya. Menurut ibunya, kegiatan mendaki bisa saja membahayakan anak perempuan satu-satunya itu, apalagi di atas Gunung Ciremai sana tidak ada sinyal untuk berkabar. Sepanjang perjalanan, anak itu mendapati kendala dan kesulitan yang tidak ada habisnya, bahkan saat di atas pun ia mengalami hipothermia atau suatu kondisi dimana terjadinya penurunan suhu tubuh secara drastis serta berbahaya. Penyebabnya dapat berupa paparan cuaca yang dingin dalam waktu lama sehingga mengakibatkan dirinya tidak dalam keadaan sadar beberapa waktu.
ADVERTISEMENT
Kisah dalam Mahabharata memberikan fakta bahwa fenomena pengaruh restu juga terdapat di dalamnya, dan cerita tersebut juga banyak kita temukan atau bahkan dapat mengalaminya. Ada banyak peran moral yang dapat kita temukan dalam kisah tersebut dan harus senantiasa dipraktikkan dalam wujud kehidupan sehari-hari.