Representasi Tiga Inti Ajaran dalam Semar sebagai Acuan Kehidupan

Cita Dwi Y
Project Admin of Alita Praya Mitra//Indonesian Literature at Universitas Pamulang, Tangerang Selatan.
Konten dari Pengguna
25 September 2022 10:17 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Cita Dwi Y tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto: Pixabay.com
zoom-in-whitePerbesar
Foto: Pixabay.com
ADVERTISEMENT
Sebagai manusia, kita sudah seharusnya menjalankan apa saja yang diperintahkan Tuhan. Melakukan hal-hal dalam kebaikan, serta menjauhi keburukan. Sikap yang senantiasa rendah hati dan selalu ingat kepada Tuhan menjadi acuan setiap manusia di kehidupannya.
ADVERTISEMENT
Manusia seperti kita tentu saja memiliki rencana, mimpi, bahkan keinginan yang selalu di ucapkan dalam doa. Selalu saja memaksa jika doa nya belum terkabul, tetapi hanya sedikit yang sadar dan berpikir atas apa yang telah dilakukan hingga menyebabkan mengapa doa itu belum terkabul.
Pada zaman perwayangan, tentu sudah ditetapkan juga ajaran-ajaran yang mengedepankan sifat-sifat terpuji kepada Tuhan. Hal ini sudah digambarkan dengan jelas sejak dahulu, contohnya ada pada tiga ajaran inti seperti Ojo Dumeh, Eling, dan Waspodo yang merupakan acuan serta pondasi kehidupan Semar.
Semar atau dikenal sebagai Batara Ismaya Batara Iswara Jurudyah Punta Prasanta Semar merupakan tokoh utama dalam punakawan di pewayangan Jawa. Tokoh Semar ini memiliki pribadi yang bercitra rasa manusia, dan kesederhanaannya. Tidak sombong, menjauhi kemewahan, dan memiliki perilaku yang santun.
ADVERTISEMENT
Sebagai tokoh punakawan yang sering memberikan nasihat bagi tuannya, Semar juga dapat difilosofikan sebagai manusia yang memiliki sifat Bumi. Artinya, sama seperti Bumi jika diinjak oleh banyak orang tetap diam dan mampu memberikan manfaat kepada makhluk hidup di sekitarnya.
Tiga inti ajaran Semar seperti Ojo Dumeh, Eling, dan Waspodo ini merupakan acuan kehidupan dari Semar. Ketiga istilah tersebut tentu memiliki perbedaan makna.
Ojo Dumeh, yang artinya jangan mentang-mentang. Peringatan bagi manusia untuk tidak larut atas apa yang dimiliki atau dijalaninya. Seseorang yang senantiasa ingat Tuhan tidak akan bersikap sombong meskipun segala sesuatu yang sudah ia harapkan berada di tangannya. Kita tidak seharusnya membangga-banggakan suatu hal yang sebenarnya hanya titipan dari Tuhan.
Foto: Pixabay.com
Kedua, Eling. Memiliki arti yang berkaitan dengan menyembah Tuhan. Ingat akan karunia Tuhan, nikmat, serta selalu memohon ampunan kepada Tuhan atas apa saja yang telah dilakukan. Kita bahkan lupa, atau tidak sadar hal apa saja yang merupakan sebuah kegiatan yang melanggar ketentuan Tuhan, oleh karena itu, kita sudah seharusnya memiliki sikap selalu ingat akan kewajiban kepada Tuhan.
ADVERTISEMENT
Yang terakhir yaitu, Waspodo. Merupakan bentuk kehati-hatian manusia dalam menjalankan hidup, teliti, serta terperinci. Hal ini termasuk dalam kehati-hatian dalam bertingkah laku serta berbicara kepada manusia lainnya. Karena saat ini, tidak jarang hanya dengan sepatah dua patah kata justru mampu membuat hati manusia lain tersakiti. Maka dari itu, kita sudah sepantasnya memiliki sikap ini dalam diri.
Sekilas dari inti ajaran dalam Semar yang telah disebutkan, wujud penerapan sikap dalam Semar memang sangat penting dalam kehidupan masa kini. Misalnya, seorang pasangan suami istri yang baru menikah sudah dipercaya untuk dititipkan keturunan oleh Tuhan, mereka sangat senang dan terharu, serta bangga terhadap diri sendiri bahwa dirinya sudah dipercaya. Akan tetapi bersamaan dengan hal itu, ucapan merendahkan kepada pasangan suami istri yang telah lama menikah dan belum memiliki anak tidak berhenti diberikan sehingga membuat mereka sakit hati. Padahal seharusnya, hal tersebut tidak pantas ia lakukan karena dapat menyakiti perasaan pasangan suami istri tersebut. Dan mereka lupa bahwa, keturunan juga hanya merupakan titipan Tuhan yang sewaktu-waktu dapat diambil kembali.
ADVERTISEMENT
Dari peristiwa di atas terdapat fenomena yang menjadikan pelajaran bahwa ketiga sikap tersebut sangat berperan dalam setiap diri manusia. Siapapun itu orangnya, apapun itu jenis kelaminnya, berapapun umur dan pendapatannya, tidak menghalangi setiap manusia untuk selalu melakukan hal baik kepada orang lain dan terutama untuk diri sendiri.