Pengaruh Agama Terhadap Kebudayaan Merti Dusun Di Desa Dagan

Citra Anggun Yusmia
Mahasiswi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Konten dari Pengguna
11 November 2020 15:18 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Citra Anggun Yusmia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pendahuluan
Berangkat dari pertanyaan bagaimana pengaruh agama terhadap kebudayaan Merti Dusun? bagaimana dampak kebudayaan Merti Dusun di desa Dagan? dengan mengambil objek telaah di daerah desa Dagan rt 07 Kelurahan Timbulharjo Kecamatan Sewon Kabupaten Bantul Yogyakarta. Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui pengaruh agama terhadap kebudayaan Merti Dusun, dan mengetahui dampak kebudayaan Merti Dusun bagi masyarakat desa Dagan. Dalam penelitian di desa Dagan mengenai Merti Dusun, kami mewawancarai dua orang narasumber yaitu Ketua Merti Dusun, Bapak Wongsorejo dan salah satu masyarakat yaitu Ibu Sumiyati.
ADVERTISEMENT
Indonesia merupakan Negara yang terkenal dengan kebudayaannya yang beragam terutama di pulau jawa. Banyak kebudayaan yang dapat ditemukan di pulau jawa, salah satunya adalah di Yogyakarta. Keragaman budaya, tradisi dan agama adalah suatu keniscayaan hidup,sebab setiap orang atau komunitas pasti mempunyai perbedaan sekaligus persamaan. Di sisi lain pluraritas budaya, tradisi dan agama merupakan kekayaan tersendiri bagi bangsa Indonesia. Namun jika kondisi seperti itu tidak dipahami dengan sikap toleran dan saling menghormati, maka pluraritas budaya, agama atau tradisi cenderung akan memunculkan konflik bahkan kekerasan.
Hubungan manusia dengan kebudayaan sangatlah erat, sehingga manusia pada hakikatnya disebut makhluk budaya. Menurut Kontjoroningrat dalam Herusatoto kata budaya berasal dari bahasa sanskerta buddhayah, ialah bentuk jamak dari buddhi yang berarti akal. Jadi budaya sendiri dapat diartikan hal-hal yang bersangkutan dengan budi dan akal. Hasil akal atau pemikiran kita dan karya manusia merupakan kebudayaan yang berkembang dalam masyarakat. Cipta dan karya yang dilakukan terus menerus pada akhirnya akan menjadi tradisi.
ADVERTISEMENT
Merti Dusun merupakan upacara tradisional yang dilakukan setiap satu tahun sekali oleh masyarakat di desa Dagan. Upacara ini selalu dilakukan setiap tahunnya sebagai wujud rasa syukur masyarakat desa Dagan atas berlimpahnya hasil pertanian. Mayoritas penduduk desa Dagan memiliki mata pencaharian petani karena di dusun ini dikelilingi lahan persawahan untuk bertani. Hasil tani mereka setiap tahunnya, memang cukup baik, tetapi terkadang juga tidak baik karena adanya hama yang membuat mereka gagal panen. Selain dari bentuk rasa syukur, Merti Dusun juga merupakan wadah bagi masyarakat untuk menyambung tali silaturrahmi juga saling menghormati antar masyarakat.
Perayaan Merti Dusun
Bapak Wongso Rejo sebagai ketua dari Merti Dusun, beliau menjelaskan bahwa asal kata Merti berasal dari bahasa jawa artinya uri-nguri atau dalam bahasa Indonesia adalah panen. Merti Dusun banyak dilakukan diberbagai daerah oleh warga namun tetap saja memiliki satu tujuan yang sama yaitu sebagai rasa syukur telah atas apa yang di berikan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Terdapat suatu perbedaan setiap daerah mengenai pelaksanaan, susunan acara, dan maksud syukur Merti Dusun, ada yang mengatakan sebagai kebudayaan bersih desa yang dilakukan atas syukur yang diberikan berupa keselamatan, kesejahteraan, rezki atau ketentraman hidup, dan ada pula yang menyebutnya sebagai rasa syukur atas penen bumi.
ADVERTISEMENT
Acara Merti Dusun yang dilakukan warga masyarakat pedukuhan Dagan yang terdiri dari tujuh Rt di meriahkan dengan arak-arakan jodang yang berbentuk gunungan dengan hiasan berbagai hasil panenan seperti padi, ketela, pohon dan berbagai macam sayuran dan buah-buahan, berawal dari desa Rendeng arak-arakan dibawa keliling dusun Dagan sebagai ajang arakan Merti Dusun. Tujuan dari Merti Dusun yaitu melestarikan budaya yang ada di desa Dagan khususnya, dan dapat merukunkan masyarakat sehingga antara RT satu sampai tujuh menjadi sangat rukun. Merti Dusun yang menjadi budaya sejak nenek moyang ini baru terdapat arakan jodang empat tahun kemarin atau lima tahun ini. Tujuannya dari Merti Dusun ini adalah menggalang, memperkokoh persatuan warga melestarikan adat istiadat, pembelajaran bagi generasi muda agar tidak lupa dengan sejarah dan sebagai media silaturrohmi. Pada tahun 2016 acara merti Dusun malam hari dilakukan pentas jatilan yang dimainkan oleh dua grup yang pertama yaitu grup jatilan yang di asuh oleh pak Gaduh, yang kedua ada acara prakmen acara ketoprak yang akan dimainkan oleh ibu-ibu pkk sepedukuhan Dagan, kemudian akan di susul pentas wayang kulit satu malam.
ADVERTISEMENT
Merti dusun ini sangat penting untuk warga karena berasal dari petuah lelulur sebagai pedoman dalam kehidupan, yang menjadi suatu urgen bagi pemuda sekarang mulai rontoknya moral baik karena tidak dapat melestarikan kebudayaan dari nenek moyang. Perayakan Merti Dusun inilah dijadikan sebagai alur pewarisan budaya dari generasi ke generasi banyak anak-anak, kalangan muda, kalangan tua asyik ria berarak-arakan mengitari dusun, bahkan mereka ada yang rela mengkostumkan dirinya dengan dandan ala setan, para tukang jamu, para kejawen dan sebagainya. Merti Dusun di selenggarakan satu hari penuh, meski bagitu apa yang menjadi perayaan sampai tengah malam warga tidak berhenti memeriahkannya, acara malam hari semacam pentas wayangan dan ketoprak bahkan ada perwakilan perdusun mempersembahkan pentasan. Acara di araknya gunungan merupakan bentuk syukur warga berlimpahnaya hasil panen. Bentuk rasa syukur yang dituangkan menjadi perayaan Merti Dusun mengharapkan agar terjalinnya tali silaturrohim dan solidaritas antar RT, RW, padukuhan dan agama.
ADVERTISEMENT
Perayaan kirab dimulai pagi hari dengan menggunakan pakaian adat jawa, kostum, dan segala sesuatu seperti drum band, angklung, kreta kuda, becak di sertakan untuk memeriahkan acara Merti Dusun, atribut-atribut yang digunakan warga mencerminkan antusias warga, sangat terlihat dari segala rangkaian acara di ikuti tanpa suatu jeda apapun. Setelah kirab selesai, dilakukan do’a bersama antara warga dusun dengan para tamu beserta tamu yang hadir. Acara arakan ini di tutup dengan rebutan gunungan yang telah dirangkai warga oleh para tamu yang hadir dan warga sekitar. Meski kirab pada siang hari berakhir namun kemeriahan acara Merti Dusun belom berakhir karena adanya suatu pertunjukkan wayang dan ketoprak.
Pegaruh Agama Terhadap Merti Dusun
Keagamaan sangat berperan dalam menentukan perkembangan masyarakat dan efeknya terhadap kesejahteraan masyarakat baik di bidang ekonomi, sosial-budaya, politik, dan komunikasi. Agama bagi masyarakat merupakan keyakinan akan sesuatu dan berperan penting dalam kehidupan karena dengan kehidupan masyarakat akan seimbang antara kehidupan dunia dan akhirat.
ADVERTISEMENT
Mengenai kehidupan agama berdasarkan dari wawancara beberapa tokoh dan masyarakat dapat disimpulkan bahwa masyarakat di desa Dagan dalam menjalankan agamanya semakin berkembang. Kehidupan spiritual agama di era modern ini secara umum tampak mengalami peningkatan, termasuk di kalangan masyarakat di desa Dagan. Oleh sebab itu, sesuai dengan tuntutan masyarakat modern, unsur budaya Jawa dalam beberapa bidang memang memerlukan reinterpretasi agar sesuai dengan perubahan yang terjadi pada masyarakat.
Meningkatnya spiritual agama warga desa Dagan adalah dipengaruhi dengan banyaknya kegiatan-kegiatan keagamaan yang dilaksanakan warga, diantaranya acara pengajian, tadarus, sholat berjamaah, yang membuat sadar warga desa Dagan dan kegiatan-kegiatan lainnya yang mampu membuat sadar desa Dagan akan hal-hal yang tidak sesuai dengan tuntutan ajaran agama Islam seperti dalam tradisi merti dusun.
ADVERTISEMENT
Maka dari itu masyarakat desa Dagan mulai menyadari bahwa dengan banyaknya hal yang berbau syirik dan musrik di dalam pelaksanaan tradisi merti dusun, warga desa Dagan mulai berfikir realistis. Oleh sebab itu didalam tradisi Merti Dusun tersebut meskipun warga tetap melaksanakn tradisi setiap tahunnya hal-hal yang berbau syirik dan musrik mulai dihilangkan, baik itu dalam pelaksanaan, makna dan tujuan upacara merti dusun mengalami pergeseran.
Mayoritas warga Desa Dagan adalah islam, terdapat beberapa warga non Muslim namun partisipasimya terhadap kebudayaan tidak luntur sehingga inilah Merti Dusun disebut sebagai hari penyatuan antar agama. Sedangkan masyaratkat desa Dagan memandang suatu yang berbeda kali jika desa lain menyebut Merti Dusun sebagai wujud syukur panen hasil bumi namun suatu hal yang berbeda tujuan mempererat tali silaturrohim antar warga. Sikap tasamuh saling menghargai sesama sebagaimana yang telah di gariskan oleh agama sangat kental di dalam perayaan Merti Dusun, saling ta’awun tolong menolong sesama manusia, hidup rukun dan damai dalam satu wadah Bineka Tunggal Ika. Selama ini kehidupan masyarakat tidak terdapat keresahan atau pertengkaran karena perbedaan Agama terbukti selama ini empat tahun terakhir tiga Dusun saling gotong royong mensukseskan Merti Dusun cara memeriahkannya dengan saling partisipasi.
ADVERTISEMENT
Dengan demikian faktor agama terhadap merti dusun sangat besar, antara budaya dan agama saling menyatu tanpa keluar dari aturan Islam untuk mensejahterakan masyarakat.
Dampak Merti Dusun Terhadap Masyarakat
Budaya Merti Dusun ini memiliki pengaruh yang besar bagi warga masyarakat desa Dagan karena budaya ini kini tidak hanya menjadi suatu kegaiatan warisan nenek moyang yang dilakukan secara terus menerus akan tetapi sudah menjelma sebagai suatu kegiatan yang wajib hukumnya untuk dilakukan dan menjadi agenda tahunan dari masyarakat desa tersebut. Ketika warga sekarang dihadapkan suatu persoalan homogenitas menjadikan antar warga hidup individual maka adanya kegiatan yang melibatkan suatu masyarakat sangatlah penting, warga Dagan sangat bersemangat bergotong-royong meramaikan desa dengan adanya acara penggelaran Merti Dusun.
ADVERTISEMENT
Dalam pelaksananaanya budaya ini ternyata sudah dapat mempengaruhi masyarakat sekitar hal ini dibuktikan dengan dampak-dampak yang ditimbulkan budaya ini terhadap masyarakat desa Dagan, dalam hal ini ada dua kategori dampak yang ditimbulkan yaitu dampak positif dan dampak negatif.
1. Dampak positif.
Dampak positif yang ditimbulkan dari adanya budaya ini adalah budaya Merti Dusun ini adalah:
a. Tumbuhnya sikap gotong royong.
Dalam budaya tersebut sebagian besar kegiatannya melibatkan semua warga untuk dapat berpartisipasi menjalankan serta mensukseskan acara tersebut. Dengan adanya kegiatan itu maka secara tidak langsung hubungan antar warga satu dengan yang lainnya akan mulai terjalin dan setelah itu untuk mensukseskan acra tersebut maka antar warga satu dengan yang lainnya harus saling bahu membahu untuk mensukseskannya, sehingga pada akhirnya rasa gotong royong diantara warga akan muncul dan berkembang dan lambat laun akan menjadi kuat.
ADVERTISEMENT
b. Memperat persatuan dan kesatuan.
Banyak kegiatan di dalam kebudayaan Merti Dusun yang melibatkan warga. Sehingga rasa solidaritas diantara warga terjalin dengan kuat, dari hal inilah rasa senasib, rasa saling memiliki dan membutuhkan mulai terjalin dan lambat laun semakin kuat, sehingga rasa persatuan dan kesatuan diantara anggota masyarkat menjadi terjalin sangat kuat. Dengan adanya rasa ini maka antar warga satu dengan yang lain tidak akan mudah dipecah belah.
c. Meningkatkan rasa toleransi (tasamuh) antar masyarakat.
Kebudayaan Merti Dusun ini tidak hanya diikuti oleh warga muslim saja akan tetapi banyak juga warga non muslim yang mengikuti acara ini. Walapun mereka berbeda-beda akan tetapi dalam mensukseskan acara ini mereka tidak tebang pilih mereka semua melebur menajdi satu. Dari hal inilah rasa toleransi (tasamuh) muncul, mereka menganggap bahwa perbedaan bukanlah sebagai halangan akan tetapi sebagai titik keindahan dalam kehidupan.
ADVERTISEMENT
2. Dampak negatif.
Dampak negatif yang ditimbulkan dari adanya budaya ini adalah budaya Merti Dusun ini adalah:
a. Sikap tradisional.
Hal ini muncul dikarenakan budaya tersebut adalah budaya warisan nenek moyang sehingga kebudayaan tersebut cenderung statis dan kalau sudah seperti itu maka tidak akan ada pembaharuan, dan sifat-sifat tradisional yang melekat dalam budaya tersebut akan terbawa oleh masyarakat yang ikut berpartisipasi di dalamnya, apabila hal ini dibiarkan maka lambat laun akan terjadi degredasi yang sangat signifikan.
b. Munculnya sikap ketergantungan.
Sikap ini muncul disebabkan oleh spengaruh sikap tradisional yang ada, dalam suatu kebudayaan pasti ada satu atau beberapa orang pemimoin yang menjadi panutan dalam menjalankan kebudayaan tersebut. Sikap tradisional masyarakat adalah mereka selalu bergantung dengan pemimpin-pemimpin tersebut sehungga semua tindak laku, semua keputusan harus di setujui oleh pemimpin tersebut. Hal inilah yang kurang baik apaibila terus dibiarkanm karena warga masyarakat tidak akan dapat berkembang dan lambat laun akan menjadi sebuah politisasi yang dilakukan oleh para pemimpin tersebut.
ADVERTISEMENT
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan-pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwasannya budaya Merti Dusun yang ada di desa Dagan cenderung dipengaruhi oleh unsur-unsur agama Islam, hal ini terjadi karena sebagian besar penduduk desa Dagan adalah mayoritas beragama Islam, akan tetapi tidak menutup kemungkinan warga lain yang tidak seagama mengikuti acara tersebut. Banyak juga warga yang non muslim mengikuti acara tersebut mereka melebur menjadi satu dan berbaur dalam perayaan Merti Dusun tersebut.
Kebudayaan ini terbentuk atas kesepakatan beberapa warga dalam menyikapi hasil panen yang pada waktu itu melimpah dikarenakan musim panen yang sesuai dengan yang direncanakan serta bisa panen secara berbarengan. Pengaruh agama yang muncul di sini adalah ajaran mengenai rasa syukur bahwasannya manusia harus selalu bersyukur dan tidak boleh kufur nikmat, hal inilah yang mendasari masyarakat sekitar dalam melakukan kegiatan tersebut tidak sampai di sana mereka juga melakukan ini karena keinginan untuk memperkuat tali silaturahmi antar sesama anggota masyarakat.
ADVERTISEMENT
Kemudian dampak yang ditimbulkan dari budaya ini terhadap masyarakat desa Dagan adalah yang pertama adalah dampak positif yang meliputi lebih kuatnya rasa gotong royong sesama warga, lalu rasa persatuan dan kesatuan yang semakin meningkat, dan menumbuhkan sikap toleransi atau tasamuh diantar warga yang berbeda agama atau identitas. Kemudian yang kedua adalah dampak negatif yaitu sikap tradisional yang semakin kuat dikarenakan budaya tersebut cenderung statis karena merupakan warisan nenek moyang yang tidak boleh diubah, dan munculnya sikap ketergantungan diantara warga desa Dagan.