Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Jadi Relawan Vaksin Baru? Siapa Takut!
31 Mei 2021 16:00 WIB
·
waktu baca 6 menitTulisan dari Citra Isfira tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Sebagian dari kita pernah mendengar tentang vaksin AstraZeneca atau Pfizer, vaksin Merah Putih hingga vaksin Moderna atau Sinovac. Tetapi, nama Vaksin Rekombinan ZF2001 masih terdengar asing di telinga kita. Dengan minimnya pemberitaan media tentang vaksin ini, berikut cerita pengalaman saya tentang menjadi seorang relawan dari Vaksin Rekombinan.
Vaksin Rekombinan adalah vaksin keluaran dari Anhui Zifei Longcom Biopharmaceutical Co., Ltd., sebuah perusahaan dari China yang bekerja sama dengan Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran. Vaksin ini dibuat dari Chinese Hamster Ovary (CHO) yang sudah umum digunakan dalam penelitian biologis.
Uji klinis dari vaksin ini sudah dilakukan dua fase dengan data keamanan yang menunjukkan bahwa vaksin ini aman untuk lanjut ke dalam uji klinis fase tiga.
ADVERTISEMENT
Uji klinis fase tiga ini akan memerlukan 4000 relawan yang terbagi di Kota Bandung dan Jakarta dengan masing-masing 2000 relawan di tiap kota. Syarat relawan yang boleh mendaftar antara lain adalah sehat dan berumur lebih dari 18 tahun. Selain di Indonesia, uji klinis ini juga dilakukan di berbagai negara lainnya seperti di Ekuador, China, Pakistan, dan Uzbekistan.
Saya mendaftar sebagai relawan uji klinis Vaksin Rekombinan di Rumah Sakit Ibu dan Anak Limijati. Namun sebenarnya uji klinis dilakukan juga di berbagai rumah sakit lainnya di Kota Bandung seperti RSHS, Immanuel, Unggul Karsa Medika, RS Advent, dan Al-Ihsan. Selain itu, di Kota Jakarta sendiri ada beberapa Rumah Sakit yang menjadi tempat uji klinis ini.
ADVERTISEMENT
Setiap relawan akan diberi kode nama dan kode unik supaya dapat dibedakan mana relawan yang menerima suntikan vaksin atau hanya plasebo. Plasebo yang dimaksud adalah cairan yang tidak mengandung suntikan vaksin, melainkan hanya cairan larutan NaCl saja.
Keuntungan menjadi relawan antara lain adalah apabila beruntung, maka relawan dapat mendapat Vaksin Rekombinan ini terlebih dahulu. Namun, jika relawan tersebut mendapat plasebo, nantinya setelah uji klinis ini selesai, relawan dapat langsung disuntik dengan vaksin yang asli. Selain itu, relawan juga diberikan perlindungan asuransi selama uji klinis berlangsung untuk rawat inap maupun rawat jalan juga diberi tunjangan uang transportasi dan makanan untuk dibawa pulang sehabis vaksin.
Awalnya saya mengetahui vaksin ini dari flyer yang diberikan oleh Ibu saya yang merupakan seorang pekerja di salah satu laboratorium swasta di Kota Bandung. Tanpa berpikir panjang akhirnya saya mendaftarkan diri melalui tautan yang ada di flyer.
ADVERTISEMENT
Kedatangan pertama (23/3/2021)
Setelah saya mendaftarkan diri, saya dihubungi lewat pesan singkat WhatsApp beberapa hari sebelum kedatangan pertama. Pihak penyelenggara vaksin meminta saya untuk meluangkan waktunya selama 4-5 jam saat vaksinasi pertama.
Sebelum memulai segala sesuatunya, calon relawan yang datang pada hari itu akan dijelaskan mengenai teknis pelaksanaan uji klinis mulai dari tahapan awal hingga akhir dari uji klinis oleh penanggung jawab pelaksanaan uji klinis di rumah sakit tersebut. Calon relawan juga akan diberi detail tentang beberapa kemungkinan yang ada dan skenario yang mungkin terjadi ke depannya. Apabila calon relawan setuju akan segala aturan yang dipaparkan, maka proses penandatanganan surat persetujuan untuk menjadi relawan siap dilaksanakan.
Di kunjungan pertama, relawan akan melewati berbagai tahapan tes. Mulai dari tes swab antigen, pengukuran tensi darah, tinggi badan, dan berat badan beserta pengambilan sampel darah, tes kehamilan bagi wanita melalui urine, dan general check-up oleh dokter. Apabila semuanya tes dilewati dan calon relawan dikatakan aman untuk mengikuti uji klinis ini, maka pelaksanaan vaksinasi dapat berlanjut.
ADVERTISEMENT
Saya merupakan salah satu yang lolos semua persyaratan kesehatan yang dibutuhkan dan di hari itu juga saya mendapat satu dosis suntikan di lengan kanan atas. Rasanya sama seperti disuntik pada umumnya, tak ada rasa sakit berlebih ataupun pembengkakan.
Setelah saya mendapat suntikan, saya dan relawan lainnya diberi arahan tentang cara mengisi buku laporan kesehatan harian yang meliputi pengecekan suhu dan gejala yang mungkin terjadi paska penyuntikan. Arahan diberikan karena buku tersebut harus diisi secara mandiri oleh relawan di rumah masing-masing. Pengarahan itu dilakukan sembari menunggu 30 menit waktu setelah suntikan diberi untuk melihat apakah ada respons langsung dari tubuh sehabis disuntik.
Buku tersebut berguna untuk mendata kondisi relawan dari hari pertama sampai ketujuh. Di hari kedelapan, relawan akan dihubungi oleh pihak penyelenggara vaksin melalui pesan singkat WhatsApp untuk dimintai foto dari data yang sudah dimasukkan ke dalam buku laporan kondisi kesehatan.
ADVERTISEMENT
Pengecekan ini berkaitan dengan keamanan dari relawan, apabila ada tanda-tanda kesehatan yang mencurigakan seperti demam atau gejala yang abnormal, maka pihak penyelenggara dapat langsung turun tangan menangani gejala tersebut.
Hal-hal yang saya rasakan sehabis suntikan pertama adalah kelelahan dan sakit kepala ringan yang bertahan dua hari. Meski begitu, keluhan yang saya rasakan tidak terlalu mengganggu aktivitas keseharian saya.
Menurut saya, pelaksanaan uji klinis di kedatangan pertama berlangsung dengan tepat waktu, efektif, dan efisien.
Kedatangan kedua (24/4/2021)
Saat kedatangan kedua, situasi ruangan tidak seramai saat kunjungan pertama. Mungkin saja ada beberapa relawan yang mundur dari uji klinis. Tetapi, pelayanan yang diberikan tetap prima dan efisien.
Keluhan yang dirasakan selama jangka waktu dari penyuntikan pertama dan kedua dibicarakan langsung dengan dokter penanggungjawab. Sejujurnya dari suntikan pertama tak ada keluhan berarti, hanya sakit kepala minor yang tidak terlalu mengganggu dan hanya mengharuskan saya untuk meminum obat parasetamol sebanyak 2 tablet di hari ketiga setelah penyuntikan.
ADVERTISEMENT
Kunjungan kedua berlangsung lebih cepat hanya sekitar 2 jam. Kegiatan pada hari itu hanya konsultasi, pengecekan tensi darah, berat badan, juga tes urine, dan review buku laporan kesehatan lalu diberi suntikan kedua. Apabila di kunjungan sebelumnya saya mendapat suntikan di lengan kanan, maka di kunjungan ini saya mendapat suntikan di lengan kiri.
Lagi-lagi 30 menit setelah penyuntikan akan ada pemantauan langsung dan pengecekan suhu. Saya tidak merasa ada gangguan apa pun selama jangka waktu pemantauan langsung.
Suntikan kedua membuat saya merasakan kantuk hingga empat hari setelah vaksin, menurut dokter, hal itu adalah hal yang wajar dirasakan saat setelah penyuntikan.
Kedatangan ketiga (25/5/2021)
Tindakan yang dilakukan saat kedatangan ketiga kurang lebih sama dengan tindakan yang dilakukan pada saat kedatangan kedua. Kedatangan ketiga ini juga menandai bahwa rangkaian “vaksinasi” sudah sudah lengkap alias sudah tiga kali dilaksanakan. Kali ini, saya mendapat suntikan di lengan kanan atas lagi.
ADVERTISEMENT
Tidak ada efek samping berarti atau gejala abnormal yang saya rasakan setelah proses penyuntikan ketiga. Rasa kantuk berlebih tetap saya alami selama 4 hari setelah penyuntikan (hingga tulisan ini dibuat sudah H+6 suntikan ketiga) dan satu kali saya merasakan pusing yang mengharuskan saya untuk meminum 2 tablet parasetamol.
Kedatangan terakhir
Kedatangan selanjutnya akan dijadwalkan pada 30 Juni mendatang untuk melakukan serangkaian tes kesehatan dan review buku laporan kesehatan. Meski begitu, hingga saat ini saya tidak tahu apakah suntikan yang diberikan kepada saya adalah vaksin yang sebenarnya atau hanya plasebo saja.
Kesimpulan
Kesimpulan dari uji klinis yang sudah saya jalani cenderung mengarah ke arah positif. Dengan adanya pelayanan prima yang diberikan, relawan dapat melakukan uji klinis dengan aman dan nyaman tanpa rasa khawatir.
ADVERTISEMENT
Harapannya, semoga ke depannya semakin banyak orang yang tidak memandang sebelah mata tentang sebuah uji klinis vaksin ataupun kemajuan tekonologi kesehatan lainnya. Semoga ke depannya Indonesia juga dapat menjadi pelopor bagi inovasi kesehatan lainnya setelah pandemi ini berakhir, bukan hanya vaksin saja.