Konten dari Pengguna

Pendekatan Psikologi Dalam Memahami dan Menangani Disleksia

Citra Maharani
Menempuh pendidikan di Universitas Airlangga, Fakultas Psikologi
24 Desember 2024 11:03 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Citra Maharani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber: https://pexel.com/
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: https://pexel.com/
ADVERTISEMENT
Disleksia adalah suatu kesulitan membaca yang serius, biasanya tanpa korelasi langsung dengan kecerdasan atau peluang belajar. Gangguan ini sering kali dihubungkan dengan masalah fonologis, yaitu kesulitan dalam mengenali dan memanipulasi bunyi ujaran. Ketidakmampuan ini dapat menyebabkan tantangan dalam memahami bahasa tertulis, yang berdampak besar pada perkembangan akademik dan emosional individu. Dalam konteks Psikologi, disleksia sering kali dikaji melalui berbagai pendekatan untuk memahami kompleksitas gangguan ini, termasuk aspek neurobiologis, perilaku, dan dampaknya terhadap hubungan sosial. Penelitian dari National Institutes of Health menunjukkan bahwa sekitar 20 persen populasi sekolah mengalami kesulitan membaca sejak dini, yang kerap kali menjadi dasar untuk diagnosis disleksia atau ketidakmampuan belajar lainnya. Kesulitan-kesulitan ini dapat melibatkan aspek fonologis, morfologi, sintaksis, semantik, hingga pragmatik dalam bahasa lisan, yang memperparah tantangan belajar individu. Selain itu, siswa dengan disleksia mungkin menghadapi kendala dalam keterampilan motorik halus, ejaan, dan komposisi, sehingga membutuhkan dukungan pendidikan yang disesuaikan.
ADVERTISEMENT
Dalam psikologi pendidikan, pendekatan yang responsif terhadap disleksia menjadi sangat penting karena gangguan ini dapat berdampak besar pada kemampuan akademik, emosional, dan sosial individu. Disleksia sering kali membuat siswa kesulitan memahami huruf, bunyi, dan kata-kata, yang dapat menyebabkan ketertinggalan akademik. strategi seperti Pengukuran Berbasis Kurikulum (CBM), penilaian portofolio, dan observasi perilaku kelas digunakan untuk mengidentifikasi kebutuhan siswa secara holistik. CBM membantu mengevaluasi sejauh mana siswa memahami kurikulum, sedangkan penilaian portofolio memberikan gambaran menyeluruh tentang kualitas dan kemajuan belajar mereka melalui hasil karya siswa. Observasi kelas memungkinkan guru memahami perilaku dan tantangan akademik siswa secara langsung, yang kemudian dapat menjadi dasar untuk menyusun strategi pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan mereka. Pendekatan pedagogis berbasis multisensori, seperti metode Orton-Gillingham, telah terbukti efektif dalam membantu siswa dengan disleksia. Metode ini memanfaatkan berbagai indra—seperti penglihatan, pendengaran, dan sentuhan—untuk memperkuat hubungan antara bunyi dan huruf. Dengan demikian, siswa dapat belajar membaca dan menulis secara lebih efektif. Di sisi lain, psikologi sosial menyoroti pentingnya menciptakan lingkungan yang mendukung untuk siswa dengan disleksia. Dukungan lingkungan mencakup pengurangan stigma yang melekat pada gangguan ini, serta penguatan kepercayaan diri siswa agar mereka merasa diterima dalam komunitas belajar. Tanpa dukungan ini, siswa dengan disleksia sering kali merasa terisolasi, menghadapi tekanan sosial, dan kehilangan rasa percaya diri akibat ketidakmampuan mereka untuk mengikuti ritme belajar teman-teman sekelasnya. Pengucilan sosial semacam ini dapat berdampak negatif pada kesehatan mental mereka, meningkatkan risiko gangguan emosional seperti kecemasan dan depresi. Oleh karena itu, pendekatan yang responsif harus mencakup tidak hanya strategi akademik, tetapi juga intervensi sosial dan emosional untuk memastikan bahwa siswa dengan disleksia mendapatkan kesempatan yang sama untuk berkembang secara holistik. Dukungan ini bisa diwujudkan melalui pelatihan guru dalam strategi inklusif, pemberian akses teknologi pendukung, dan keterlibatan keluarga dalam proses pembelajaran siswa. Kombinasi dari berbagai pendekatan ini memungkinkan siswa dengan disleksia mengatasi hambatan belajar mereka, mengembangkan keterampilan interpersonal yang sehat, serta mencapai potensi penuh mereka di lingkungan pendidikan dan sosial.
ADVERTISEMENT
Disleksia tidak hanya berdampak pada kemampuan akademik seseorang tetapi juga pada perkembangan emosional dan sosial mereka. Oleh karena itu, pendekatan multidisiplin yang melibatkan psikologi pendidikan, klinis, sosial, dan positif sangat penting untuk memastikan bahwa individu dengan disleksia dapat mengatasi tantangan mereka dan mencapai potensi penuh mereka. Penerapan teknologi, strategi pengajaran inklusif, dan dukungan emosional yang kuat merupakan langkah penting dalam mendukung perkembangan mereka, baik di lingkungan pendidikan maupun dalam kehidupan sehari-hari.