Konten dari Pengguna

Mengenal Pelopor Sekolah Kedokteran di Museum Kebangkitan Nasional

9 November 2017 19:10 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:14 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Citra Pulandi Utomo tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Museum Kebangkitan Nasional merupakan salah satu tempat pada zaman dahulu, yang menjadi pelopor sekolah kedokteran di Indonesia. Sebelumnya museum ini bernama Gedung STOVIA (School tit Opleiding van Inlandsche Arsten).
Mengenal Pelopor Sekolah Kedokteran di Museum Kebangkitan Nasional
zoom-in-whitePerbesar
Ditemui kumparan (kumparan.com), Sekar (24) yang merupakan salah satu edukator di Museum Kebangkitan Nasional, menceritakan sejarah, kegiatan, dan minat pengunjung dari Museum Kebangkitan Nasional ini. 
Mengenal Pelopor Sekolah Kedokteran di Museum Kebangkitan Nasional (1)
zoom-in-whitePerbesar
Bangunan yang telah didirikan sejak 1899 itu terletak di Jalan Abdul Rachman Saleh, Jakarta Pusat. Namun pada tahun 1902, gedung tersebut baru mulai beroperasi. STOVIA merupakan sekolah kedokteran pertama di Hindia Belanda. 
ADVERTISEMENT
"Dahulu ada sekolah dokter tetapi namanya sekolah dokter Jawa, sekarang tempatnya menjadi RSPAD Gatot Soebroto. Karena jumlah pelajar terus meningkat, jadi dibangun gedung STOVIA ini, "tutur pemandu itu kepada kumparan.
Mengenal Pelopor Sekolah Kedokteran di Museum Kebangkitan Nasional (2)
zoom-in-whitePerbesar
"Tidak hanya orang Jawa saja yang dapat belajar di sini (STOVIA), melainkan orang dari seluruh penjuru juga dapat sekolah disini," sambungnya.
Mengenal Pelopor Sekolah Kedokteran di Museum Kebangkitan Nasional (3)
zoom-in-whitePerbesar
Ia menjelaskan bahwa Museum ini dulunya merupakan tempat pendidikan kedokteran kaum bumiputera. Awal mula didirikan tempat pendidikan kedokteran ini, karena maraknya wabah penyakit kulit yang mematikan, di Purwokerto dan Banyumas, Jawa Tengah. 
Wabah penyakit yang timbul karena virus ini, pada akhirnya menular dan ketika itu sekitar sepertiga dari warga Indonesia terinfeksi penyakit kulit tersebut. 
"Penyakit kulitnya dulu seperti cacar, tapi sangat membahayakan. Oleh karena itu, dibangun sekolah kedokteran ini. Ketika pelajarnya lulus, langsung disebar ke berbagai daerah untuk membantu masyarakat," jelasnya kepada kumparan
ADVERTISEMENT
Di Museum Kebangkitan Nasional ini, pengunjung bisa melihat patung-patung yang dibuat untuk menggambarkan bagaimana suasana belajar pada saat itu. Lalu, ada pula peralatan medis tradisional yang digunakan untuk praktikum para pelajar.
Mengenal Pelopor Sekolah Kedokteran di Museum Kebangkitan Nasional (4)
zoom-in-whitePerbesar
Tak hanya itu saja, ketika pengunjung melanjutkan langkah kakiknya ke dalam, terdapat pula ruangan asrama pelajar, ruang dosen, serta alat-alat untuk meracik obat yang masih sangat sederhana, dan penggunaannya secara manual. 
Mengenal Pelopor Sekolah Kedokteran di Museum Kebangkitan Nasional (5)
zoom-in-whitePerbesar
Museum Kebangkitan Nasional ini memiliki luas sekitar 1,4 hektar, dan bangunannya sering mengalami pembaharuan untuk perawatan. Wanita yang bertugas sebagai pemandu itu menjelaskan barang-barang yang dipamerkan di dalam Museum merupakan barang-barang asli yang memang digunakan pada saat itu. 
"Ini yang dipajang memang sesuai dengan yang mereka gunakan zaman dulu, bukan replika. Hanya patung-patung saja yang kami buat sendiri," tuturnya sambil menunjukan beberapa pajangan di ruangan museum. 
Mengenal Pelopor Sekolah Kedokteran di Museum Kebangkitan Nasional (6)
zoom-in-whitePerbesar
Musem Kebangkitan Nasional berada di bawah naungan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, dan mulai beroperasi sebagai museum di tahun 1984.
ADVERTISEMENT
Wanita 24 tahun itu mengatakan Museum ini bekerjasama dengan berbagai pihak, seperti masyarakat setempat dan komunitas-komunitas yang ada di Jakarta. Dengan masyarakat setempat, pihak pengelola Museum bekerjasama untuk mendirikan PAUD Mawar. PAUD ini menggunakan beberapa ruangan di Museum yang sudah tidak terpakai. 
Mengenal Pelopor Sekolah Kedokteran di Museum Kebangkitan Nasional (7)
zoom-in-whitePerbesar
Pihak pengelola Museum bekerja sama dengan Komunitas Belantara Budaya Indonesia.  Kerjasama ini lebih fokus untuk kebudayaan Indonesia. 
" Setiap Sabtu dan Minggu, masyarakat boleh ikut latihan menari dan belajar alat musik gamelan dan angklung di sini, dan semuanya gratis," jelasnya. 
Ada juga Komunitas Buku Berkaki yang bekerjasama dengan pengelola Museum.  Komunitas ini bergerak untuk mengumpulkan buku-buku, untuk diletakan di salah satu ruangan Museum. "Kami buat seperti taman baca di sini," tutur sekar kepada kumparan. 
ADVERTISEMENT
Selain bekerjasama dengan berbagai pihak, untuk meningkatkan jumlah pengunjung, pihak pengelola Museum juga membuat pameran sebanyak dua kali dalam satu tahun. Pameran itu mengangkat tokoh-tokoh nasional yang punya andil dalam sejarah bangsa. 
Sang Edukator Museum juga menjelaskan bahwa pameran yang dibuat ini diharapkan dapat menjadi daya tarik pengunjung untuk datang ke museum. Sehingga, para pengunjung yang datang bisa mengenal tokoh-tokoh pencipta sejarah di Indonesia. 
Wanita yang mengenakan jilbab berwarna hitam itu menjelaskan bahwa Museum Kebangkitan Nasional ini cukup banyak peminat, terutama kunjungan dari sekolah-sekolah.  Meskipun Ia tidak memberi informasi mendalam terkait jumlah pengunjung,  tetapi ia mengatakan para pelajar sering mengunjungi Museum karena tugas dari Sekolah yang diberikan untuk para siswa. 
ADVERTISEMENT
"Berawal dari tugas Sekolah, mereka jadi dituntut untuk belajar sejarah. Kalau bukan karena tugas, mungkin Museum jadi sepi," tuturnya menutup percakapan bersama kumparan.