Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Tradisi Unik Pascapanen di Purbalingga: Perang Tomat
18 Desember 2023 14:08 WIB
Tulisan dari Diandra Citra Salsabilla tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Sebagian besar daerah di Indonesia memiliki tradisi untuk merayakan suatu peristiwa, salah satunya adalah tradisi pascapanen. Biasanya tradisi pascapanen dilakukan sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan atas keberhasilan para petani sehingga panen dapat dilakukan. Desa Serang, Kabupaten Purbalingga, Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu daerah yang memiliki tradisi perang tomat yang unik dan dilakukan saat pascapanen.
ADVERTISEMENT
Asal-usul tradisi perang tomat berawal dari sejarah penamaan Desa Serang sebagai tempat tradisi perang tomat berasal. Dahulu, banyak sekali jawara yang datang ke daerah tersebut untuk menguji kesaktian dari sesepuh desa. Kemudian, sesepuh desa tersebut menerima tantangan dari para jawara dengan mengadakan perang. Sesepuh desa dan para pendukungnya sering mengatakan 'serang' sebagai tanda dimulainya perang.
Sebagai bentuk melestarikan kisah tersebut, maka digunakanlah tomat sebagai media pengganti pertarungan. Mungkin banyak orang mengira tradisi perang tomat merupakan tradisi yang buruk karena mebuang-buang makanan. Perlu diketahui, tomat yang digunakan dalam tradisi tersebut merupakan tomat yang sudah tidak layak konsumsi.
Perang tomat terdiri dari dua tim yang masing-masing memiliki anggota sebanyak 50 orang atau bahkan lebih. Peserta perang tomat terdiri dari para petani, warga sekitar, atau bahkan para wisatawan juga ikut memeriahkan tradisi perang tomat. Saat panitia mengucapkan aba-aba tanda perang dimulai, masing-masing tim melemparkan tomat sebanyak-banyaknya ke tim lawan sesuai dengan waktu yang diberikan oleh panitia. Biasanya dalam perang tomat terdiri dari 2 ronde dalam satu kali pertandingan. Setelah perang tomat berakhir, setiap peserta harus membersihkan tomat-tomat yang berserakan sampai lingkungan sekitar kembali bersih.
ADVERTISEMENT
Tujuan diadakannya tradisi perang tomat selain untuk mengenang sejarah berdirinya Desa Serang yaitu sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan atas melimpahnya hasil panen. Tradisi perang tomat memiliki nilai positif yaitu dapat mempererat persaudaraan dan kekompakan antarwarga, menjadi hiburan bagi masyarakat sekitar, serta dapat meningkatkan daya tarik pengunjung tempat wisata sehingga perekonomian warga sekitar ikut meningkat.
Perang tomat biasanya rutin diadakan setiap tahun dalam acara Festival Gunung Slamet (FGS). Namun, karena adanya pandemi festival tersebut sempat diberhentikan dan kembali diadakan pada tahun 2023 bulan Juli kemarin.
Selain perang tomat, acara Festival Gunung Slamet (FGS) juga menghadirkan hiburan lain seperti konser musik, bazar makanan dan UMKM, serta perlombaan gelar desa wisata yang diikuti oleh banyak desa di Kabupaten Purbalingga. Pemenang lomba tersebut nantinya akan mewakili Kabupaten Purbalingga dalam perlombaan antardesa se-Jawa Tengah.
ADVERTISEMENT